❝Kepuitisan ini mungkin yang terakhir untukmu. Hari-hari di mana ketika aku menangis dan tertawa bersamamu. Perasaan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Aku ingin berada di sampingmu selama mungkin, walau pada akhirnya kita tak akan pernah ditakdirkan semesta.❞
- bagian terakhir -
Song Recommended
iKon - Goodbye Road
Play this song right now :')HAPPY READING ♡
Mentari pagi menyingsing cerah di langit biru. Memulai lembaran baru dengan melakukan segala aktivitas yang dijalankan oleh setiap insan. Namun tidak dengan Nadira Jaemin, mendekam diri di atas bangsal semenjak ia masuk rumah sakit. Sesering itu dia dirawat inap. Rasanya sungguh bosan dan hampa. Mengingat dirinya yang selalu melakukan segala aktivitasnya sehari-hari, bersama keluarga, teman-teman, dan ... menikmati waktu berdua bersama gadis yang ia cintai.
Jaemin rindu hal-hal itu.
Merenungi nasibnya dengan melawan penyakitnya dalam tubuh. Setidaknya, Nadira Jaemin tak perlu mengeluh tentang penyakitnya ini, meski bertambah kambuh setiap saat.
Kini, sebuah buku bersampul cokelat tua nan usang. Kalimat demi kalimat, Jaemin menuangkan isi hatinya ke dalam tulisan tersebut. Jari-jari tangan kanannya yang pucat dan kurus itu terus menulis, dengan goresan tinta hitam yang merangkai kata demi kata.
"Maaf ...." Satu kata yang menggumam itu keluar dari mulut Jaemin. Menatap sayu tulisan miring itu.
Ceklek
Jaemin berjengit dan cepat-cepat menyembunyikan buku catatan kecil itu di bawah bantal ketika pintu ada yang buka.
"Jaemiiiiinnn!!" teriak Haechan Mahardika girang. Datang bersama teman-temannya dari belakang. Dia berhambur ke arah Jaemin, lantas memeluknya erat. "Gimana kabarmu, bro? Gue kangen wuih!"
Sudah terbiasa dengan kelakuan Haechan. Jaemin hanya mengusung senyuman simpul ketika temannya itu masih memeluk dirinya. Yang lain hanya geleng-geleng kepala.
"Udah meluknya, Chan. Kasian tuh Jaemin gak bisa nafas lega, gara-gara nyium bau lo yang apek," sindir Etta, menatap datar hingga membuat Haechan melotot dan melepaskan pelukannya.
"Apa lo bilang?!" sungutnya, tak terima.
Sementara Etta melipat kedua tangannya sambil menye-menye menirukan ucapan Haechan tadi.
"Udah, ah! Kebiasaan deh kalian berantem mulu! Gue bawa nih kalian berdua ke KUA," dengus Renjun kesal.
Etta dan Haechan saling pandang sebelum berkata. "Huueeeh, ogah!!"
"Cieee barengan nieeh jawabnya." Chenle ketawa tanpa suara.
"Diem lu pecel lele!"
Melviano Mark yang melihat temannya lagi ribut, dia hanya cekikikan tak henti-henti. Lainnya masih geleng-geleng kepala dengan ekspresi datar, sementara Nadira Jaemin jadi ketawa geli melihat kekocakan teman-temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry Love For Jaemin
Fiksi Penggemar[TELAH DIBUKUKAN] pemesanan bisa melalui shopee @metabookstore.id ❝Sampaikan puisiku ini untuknya, Jaemin.❞ Aku suka menuliskan segala bait-bait puisi. Apalagi mengirimkan puisi cinta kepada seseorang yang sekian lama kusukai. Nadira Jaemin, namany...