HAPPY READING ♡
Sayup-sayup angin berdesir keras hingga daun-daun kering itu berguguran dari rantingnya, beterbangan bebas ke sembarang arah. Burung-burung berkicau riuh rendah, bak bersenandung merdu di pagi cerah. Sunyi dan senyap dalam ruangan serba putih polos, hanya deru conditioner yang menyala di atas dinding.
Nadira Minhee diam saja menatap kakaknya yang sedari tadi duduk dan memandang lingkungan luar di balik jendela besar, tersibak oleh gorden putih. Minhee menyedot susu kotak rasa pisangnya sampai habis, kemudian ia mendengus kesal. Sesekali ia mengajak kakaknya berbincang, namun yang didapat darinya hanya anggukan, gelengan, dan diam. Membosankan."Kak Jaemin ngomong dong! Dari tadi adiknya dicuekin mulu! Berasa ngomong sama tembok tau gak?!" sembur Minhee merasa geram, menatap kesal kakaknya yang masih menatap ke samping jendela besar.
Sejenak, kepala Jaemin berputar pelan ke arah adiknya. Ia menatap tanpa ekspresi. "Tumben nggak main. Biasanya lo nggak pernah peduli sama gue."
Lagi, Minhee menghela napas kasar, apalagi mendengar kalimat kakaknya yang terdengaran seperti menyindir dirinya. "Yah, mau bagaimana lagi? Soalnya gue di suruh bunda jagain kakak. Mungkin nanti siang, bunda ke sini."
Air muka Jaemin tampak datar, datar sekali menatap sang adik, lalu ia mendengus samar. "Terserah."
Sang adik mengerucutkan bibir kesal. Dan tak lama kemudian, pintu kamar terbuka hingga membuat 2 anak itu menoleh bersamaan ke arah yang dituju.
"Eh, ada Kak Jeno," sapa Minhee, tersenyum semringah menatap laki-laki itu datang kemari sembari menenteng sekantong keresek putih dengan logo minimarket.
"Nih, buat kalian berdua. Bagi-bagi, ya? Jangan rebutan." Jeno mengasih keresek putih itu kepada Minhee, lalu diambil olehnya.
"Wah! Rotinya banyak banget! Besar-besar lagi. Terima kasih banyak, Kak Jeno." Setelah melihat isi keresek itu, Minhee tersenyum lebar sampai deretan giginya tampak.
Jeno mengangguk senyum, lalu pandangannya mengarah ke arah Jaemin. Melihat temannya itu yang beralih menatap luar jendela. "Gimana keadaan lo?"
Terdiam cukup lama, Jaemin mengangguk kecil. "Baik."
Jeno menghela napas samar. Dari nada bicara Jaemin sepertinya sedang malas mengobrol. Oke, Jeno mengerti perasaan dia, mungkin Jaemin kali ini tak banyak bicara.
"Kak Jeno. Titip Kak Jaemin sebentar, ya? Minhee mau beli susu dulu," pamitnya tersenyum tipis dan bangkit dari kursi, Jeno mengangguk saja sebagai jawaban.
Sepeninggal Minhee keluar dari ruangan, hanya menyisakan mereka berdua di kamar rawat inap. Hening, tak ada yang mulai pembicaraan sama sekali. Kemudian, Jeno memilih untuk berjalan ke tepi jendela, dan berdiri tegak di sampingnya, seraya memandang diam gedung-gedung tinggi di Kota Jakarta dari luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry Love For Jaemin
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN] pemesanan bisa melalui shopee @metabookstore.id ❝Sampaikan puisiku ini untuknya, Jaemin.❞ Aku suka menuliskan segala bait-bait puisi. Apalagi mengirimkan puisi cinta kepada seseorang yang sekian lama kusukai. Nadira Jaemin, namany...