13. Datang Padaku

137 53 104
                                    

HAPPY READING ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING ♡




"Nih abang gojek lama amat jemput, malah bokap-nyokap gue nggak bisa jemput pula."

Winter berdecak kesal dan membolak-balik mengecek aplikasi gojeknya yang ternyata tukang gojek tersebut belum kunjung menjemputnya.

Ting!

Bunyi notifikasi itu mengalihkan perhatian Winter. Ada pesan masuk dari gojek tersebut.

Gojek
Maaf neng, kagak bisa jemput
Kebelet berak
15.20
Read

"What?!!" Mata Winter melebar menatap pesan masuk dari gojek tersebut. "Gue dari tadi nungguin sampe lumutan gini, ternyata kang gojek kebelet? Oasu!"

Dia mengumpat, berdecak kesal dan merutuki layar ponselnya itu, lalu membatalkan aplikasi gojeknya yang tak berguna itu. Bukan. Bukan aplikasinya yang salah, tapi salahkan tukang gojeknya sendiri. Mengapa tukang gojek itu seperti tak berguna sekali, menurutnya.

"Aaaa! Terus gue siapa yang jemput? Capek gue, pengen cepet rebahan dirumah," gerutunya bicara sendiri. Sesaat, kepala Winter berputar ke kanan. Melihat sosok yang ia kenal. "Tiara!"

Nama yang dipanggil pun tersentak kecil bersamaan menoleh cepat. Lalu, Winter berlari menghampiri temannya itu yang tengah menunggu jemputan.

"Tiara, gue boleh nebeng? Gue nggak ada yang jemput nih, bahkan abang gojek aja ngeselin banget nggak bisa jemput," kata Winter dengan ekspresi murung setelah berdiri tepat di dekat teman perempuannya itu.

Mendengar kalimat Winter yang mengeluh itu. Aku hanya tersenyum samar. "Boleh. Nanti gue antar lo pulang. Tapi nunggu kakak gue jemput dulu, ya."

"Aaa thanks, Tiara .... Lo memang temen gue yang baik." Winter langsung memeluk erat leherku hingga aku nyaris terdesak.

Akhirnya, kami berdua menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Setelah beberapa menit menunggu, ada mobil putih yang berhenti tepat di depan kami, kemudian jendela depan mobil itu terbuka lebar.

"Kakak?" Aku tercengang melihat seseorang di dalam mobil itu, ternyata itu Kak Arzesa. "Kakak jemput pake mobil? Itu mobil siapa?"

Kak Arzesa tersenyum tipis. "Mobil temen, buat jemput ayah sama mama dari Bandung. Yuk, naik."

"Kak, bisa minta tolong anterin temenku pulang? Kasian dia nggak ada yang jemput." Aku menepuk pelan pundak Winter yang berdiri di sampingku. Gadis itu hanya tersenyum semringah menatap Kak Arzesa.

"Boleh. Ayo naik aja."

"Terima kasih, Kak Ar," ucap Winter, lalu diangguki senyum oleh Kak Arzesa. Kemudian, kami berdua masuk ke dalam mobil, dan duduk di jok belakang serta menutup pintu mobil.

"Rumah temenmu di mana, dek?"

"Jalan Kamboja, kak," jawabku, lalu diangguki singkat oleh kakak.

Kemudian, Kak Arzesa siap tancap gas untuk menjalankan mobilnya. Berjalan setapak demi setapak aspal sampai melewati jalan raya, yang biasanya terjebak macet. Kota Jakarta memang ramai dan membosankan kalau sudah terjebak macet. Suasana di sore hari tampak begitu cerah, sinar mentari pun menyilaukan mata ketika memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi di balik jendela mobil.

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang