Aku mendekam diri di dalam toilet. Duduk di atas kloset yang tertutup. Berusaha menahan suara tangisan dan isakan, namun rasanya begitu sesak dan pedih. Aku tak menyangka Jaemin mencampakkan dan merobek secarik kertas yang berisi satu nama dia, yang telah kubuat untuk menggabungkan setiap kata demi kata.
"Udah. Udah gue baca. Puisi lo bagus."
Kata-kata itu ....
Langsung terlintas begitu saja di pikiranku. Apakah Jaemin berkata seperti itu tempo lalu, hanya sengaja membohongiku? Lantas, kenapa?
"J-Jaemin ... kenapa kamu ...." Aku merintih dan tak sanggup berkata lagi. Masih dalam tangisan tanpa suara, lalu aku membersit hidung.
Aku pikir, Jaemin mulai menyukaiku. Tapi nyatanya, aku terlalu berharap. Lalu, apa yang dimaksud Jaemin selama dia menyuruhku menginap di rumahnya? Menciumku dan mengatakan sepenggal kalimat manisnya untukku?
Apakah semua itu hanyalah sebuah kebohongan?
Menyakitkan.
Byuurrr
Sontak aku terkejut setengah mati saat air dari atas toilet ini mendadak mengguyur deras mengenai tubuhku. Airnya terasa begitu dingin, layaknya air es.
''Hahahahahahah!!!"
"Heh Tiara! Lo masih di dalam?! Gimana? Pasti lo udah basah kuyup. Kasian ...."
Aku mengenal suara itu. Bukankah itu suara Karina yang mencemoohkanku? Berbarengan dengan temannya yang bergelak tawa mengejek secara bersahutan. Dibalik pintu toilet, jadi mereka menyiramiku?
"Oh, ini hukuman buat lo. Kalo lo berani-beraninya dekati Jaemin lagi. Siap-siap aja lo berhadapan sama gue." Suara dingin Karina terdengar jelas di telingaku. Hatiku jadi mencelis.
"Gue denger-denger. Lo juga pernah deketi Renjun, ya? Katanya, lo pernah belajar bareng sama dia. Cih, awas aja lo sampe jadi teman belajarnya Renjun. Nggak akan gue biarin!"
Aku tahu, itu pasti suara Ningning yang menggertak mengancamku, agar aku tak boleh dekat dengan Renjun. Ya, gadis itu memang terlalu posesif. Padahal aku dan Renjun hanya teman belajar, bahkan tak lebih. Memangnya aku punya perasaan apa sama dia?
Samar-samar kudengar derap langkah kaki mereka sepertinya sudah perlahan pergi, bahkan sayupan suara dengki mereka terdengar menjauh dari toilet ini. Sepertinya mereka sudah pergi.
Tanpa pikir panjang, aku harus cepat mengganti seragam, karena sebentar lagi jam masuk. Tepat saat aku mulai membuka pintu, namun pintu ini tak bisa dibuka. Apa pintu ini terkunci otomatis? Atau jangan-jangan ... mereka mengunciku dari luar? Tidak ....Drok drok drok drok!!!
Aku mengetuk keras-keras pintu toilet dan berulang kali mengait kenopnya, namun tetap saja tak bisa terbuka.
Drok drok drok drok!
"TOLONG!!
Drok drok drok!!
"SIAPA PUN DI SANA!! TOLONG BUKA PINTUNYA!!"
~~~
Dua puluh lima menit telah berlalu. Jeno sedari tadi menunggu kedatangan Tiara yang belum hadir di kelas. Ke mana anak itu? Di jam pelajaran bahasa Inggris ini tak ada di kelas. Guru saja menanyakan keberadaan anak murid itu saat diabsen pada anak satu kelas, tapi katanya mereka tak tahu.
Akhirnya, Jeno bangkit dari duduknya. Ia meminta izin pada guru untuk pergi ke toilet. Entah, mengapa perasaan Jeno sedari tadi ada yang janggal. Khawatir kalau Tiara terjadi sesuatu yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry Love For Jaemin
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN] pemesanan bisa melalui shopee @metabookstore.id ❝Sampaikan puisiku ini untuknya, Jaemin.❞ Aku suka menuliskan segala bait-bait puisi. Apalagi mengirimkan puisi cinta kepada seseorang yang sekian lama kusukai. Nadira Jaemin, namany...