05. Memberanikan Diriku Padamu

262 121 232
                                    

Pembukaan cerita diawali liat cogan dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembukaan cerita diawali liat cogan dulu. Biar fresh bacanya. :v

HAPPY READING ♡



"CUUUKUP MAEMUNAH!!!"

"E ayam, ayam! Kaget bambank." Winter kaget dan langsung mengelus dada.

Dan, 5 gadis itu langsung menghentikan aksi jambak-jambakannya saat suara nyaring dari seorang pria bertubuh jangkung itu melotot ke arah mereka. Itu Pak Judi, seorang guru BK yang paling galak di sekolah ini.

"Apa-apaan kalian ini?! Berantem seperti anak kecil saja! Nggak malu diliatin adek kelas?!" sergahnya, melotot seraya berkacak pinggang.

Lima gadis yang bergaduh itu langsung bungkam dan saling menatap sinis. Masih belum puas untuk berantem.

"Dia jambak rambut saya, pak," tuntut Karina menunjuk tajam ke arah Winter.

"Habisnya dia gangguin teman saya, pak," terang Winter, mendengus kesal.

"Heh, gue kan cuma liat aja, emang nggak boleh?"

"Lo ngerebut buku temen gue kayak mau nyopet njirr."

"Apa lo bilang?!!"

"Apa?!"

"HEH. UDAH. CUKUP!!" marah Pak Judi penuh penekanan, dengan tatapan tajam pada 2 anak itu, hampir saja bola matanya ingin keluar. Pusing jika siswinya berantem seperti ibu-ibu rumah tangga. Ubun-ubunnya pun sudah memanas merasakannya. "Kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu. Ikut ke ruangan saya, SE-KA-RANG!!"

"HAH?!!"

~~~

Teman satu kelas sedikit demi sedikit lenyap dari ruangan. Hari menjelang sore, waktunya menjalankan piket dahulu sebelum pulang. Aku dan Sungchan sibuk menyapu lantai kelas, tanpa ada pembicaraan sama sekali.

"Oh, Sungchan~~" panggil Winter bernada, menghampiri laki-laki itu yang tengah menyapu di barisan bangku pojok.

Sungchan tak menoleh, dia terus melanjutkan kegiatannya.

"Chan!"

"Apasih?" geramnya, beralih menatap kesal gadis itu.

Winter menyengir. "Mau ... aku temenin kamu nyapu nggak?" godanya dengan mata berkedip-kedip.

Sungchan diam beberapa saat. "Pulang sana."

"Ih, kok ngusir?"

"Lo temenin doang, nggak bantuin," cibirnya.

Kedua alis Winter terangkat antusias. "Oh, mau dibantuin? Yaudah sini."

"Nggak usah, buruan lo pulang, keburu dicariin emak lo nanti."

"Tapi—"

"Pulang."

Dari jarak 5 meter. Aku menggeleng-geleng saja melihat Sungchan dan Winter yang tengah ribut. Sudah terbiasa melihat kelakuan mereka berdua. Winter memang dari dulu suka sama Sungchan, tapi ya gitu. Sungchan-nya saja yang tak peka.

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang