19. Engkau Khawatir

154 46 106
                                    

Dari lima menit yang lalu. Karina sudah berpamitan pulang pada Jaemin dan melenggang pergi dari pemilik rumah tersebut. Kini, sorot mata Jaemin mengarah ke meja makan, dan beberapa detik kemudian, ia berjalan menuju meja tersebut. Membuka tudung saji, chicken katsu yang ia inginkan telah dimasak oleh gadis bernama Tiara sejak tadi.

Ditatapnya lamat-lamat makanan yang telah dingin itu tanpa ekspresi. Dalam hatinya, Jaemin jadi merasa bersalah karena telah mengusir gadis itu yang telah memasak makanan untuknya. Ah, daripada termenung terlalu lama, mendingan Jaemin mencoba mencicipi chicken katsu itu. Apakah makanan yang gadis itu masak sungguh enak atau tidak?

"Kak!"

Belum sempat Jaemin mengambil sepotongan ayam, namun ia berjengit kaget saat pekikan suara menyahut.

"Apasih?!" geram Jaemin, seraya menutup kembali tudung saji tersebut.

Minhee mengerucut bibir kesal, menatap marah ke arah kakak laki-lakinya itu. "Lebih baik Kak Jaemin jangan berani-beraninya membuat hati Kak Tiara sakit lagi, kalo enggak ...." Dia menggantungkan kalimatnya, membuat sang kakak menaikkan sisi alis heran.

"Kalo enggak apa?" tanya Jaemin dengan tatapan datar, "lo kalo nggak tau apa-apa, mending jangan ikut campur. Masuk kamar sana," usirnya.

"Nih, kakak liat." Minhee memampangkan layar ponselnya ke arah Jaemin, sontak membuat kakaknya terbeliak tak percaya.

Jaemin terbelalak saat melihat foto dirinya bersama Tiara yang sedang berciuman. Tunggu dulu. Bukankah adegan itu pas Tiara disuruh bersih-bersih rumah ini, kan tempo lalu?

"Sialan! Balikin!!"

"Eits! Nggak bisa." Minhee dengan cergasnya menyembunyikan ponselnya yang hampir saja disahut oleh kakaknya itu.

"Kurang ajar lo, dek! Hapus nggak fotonya! Berani-beraninya foto hal begituan!!" serunya, menggeram kesal. Jari-jarinya pun terkepal kuat dengan rahang yang mengeras. "Sini fotonya!!"

"Enggak mau!!"

"HAPUS NGGAK?!!"

Alhasil, kakak beradik itu jadi kejar-kejaran di ruang makan, berlarian berputar-putar mengelilingi meja makan, sampai akhirnya Minhee berpindah lari ke ruang tengah, sedangkan Jaemin tak kalah cepat untuk berlari mengejar adiknya yang laknat itu. Sampai akhirnya—hap!

Tertangkap.

"Lepasin, kak!!" teriak Minhee saat kakaknya dengan cekatan menarik  kain belakang bajunya, membuat sang adik memberontak kuat agar lepas dari cengkeraman kakaknya.

"Hapus nggak fotonya?! Kalo nggak, gue gak segan-segan bunuh adik setan kayak lo!!" Jaemin yang susah payah untuk mengambil ponsel adiknya dari tangannya, namun sang adik terus meronta-ronta kuat dan menggenggam ponselnya erat, serta berusaha untuk lepas dari cengkeraman kakaknya.

Minhee terus merontakan dirinya, dan berusaha menjauhkan ponsel digenggamnya itu dari tangan sang kakak yang mencoba untuk merampas. "Kak Jaemin harus janji sama Minhee, kalo Kak Jaemin nggak bakal bikin hati Kak Tiara sakit lagi!!"

"Nggak usah nyuruh-nyuruh gue! Lo tau apa tentang dia?!"

Bugh!

Jaemin terjungkal ke atas sofa kala perutnya baru saja ditonjok keras oleh adiknya, hingga membuatnya merintih kesakitan memegangi bagian perutnya. "DEK!!" teriaknya bersuara berat, saat adiknya berhasil lepas dari cengkeramannya.

Sang adik berlari cepat menaiki anak tangga menuju ke kamarnya, lalu membanting pintu. Sialan! Jaemin gagal merebut ponsel adiknya. Dia hanya bisa menyumpah serapahi adiknya dalam hati. Mendengus kasar, Jaemin beranjak bangun dari sofa. Tepat ketika ia berdiri gontai, namun entah mengapa kepalanya mendadak pening. Lagi-lagi pandangan di sekitarnya menjadi buram.

Poetry Love For JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang