Granada |1|

241 19 4
                                    

20-07

Fhuuhhh...

"Selamat ulang tahun, Kim Hanna. Oh sulit dipercaya, benarkah usia mu sekarang sudah 25 tahun? padahal rasanya baru dua hari yang lalu kau hobi bermain orang-orangan di kamar mandi dengan sikat gigi dan kolam bak sebagai tokoh dan latar ceritanya." Ucapku bermonolog sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepalaku sendiri.

Di depanku terdapat kue red velvet mewah setinggi 40 cm dengan bubuk dan lembaran emas siap makan bertaburan di puncaknya. Lilin ulang tahun baru saja mati, sudah ku tiup saat arlojiku menunjukkan tepat pukul 00.00.

Ku alihkan netraku ke samping. Memanjakan mataku dengan menatap indahnya pemandangan malam Granada dari balik kaca gedung 45 lantai.

Granada benar-benar akan masuk dalam list kota terfavoritku. Tempat ini sangat memikat, aku tidak tau kenapa. Tapi jantungku sungguh berdebar-debar setiap menulusuri seluruh sudut kota ini. Nasrid Pallace, Capilla Real, katedral katedral indah sampai ke bagian yang paling membuatku jatuh cinta.

Si gagah istana Alhambra.

Inspirasiku mengalir deras ditempat itu, aku menulis banyak sekali, seolah tanganku baru saja mendapat bahan bakar ekstra. Dengan ide-ide yang cukup untuk membuat manajerku, Kim Namjoon, menangis sangkin senangnya setelah membaca potongan naskah yang ku setorkan.

Aku terkesiap, ponsel ku berdering.

-Manajer Namjoon-

Oh ya Tuhan, Panjang umur sekali pria itu.

"Mwo?"

"Saengil chukkae uri golden writer!!!!"

Refleks ku jauhkan ponsel dari telinga. Si Kim berbadan kekar itu teriak tidak pakai perkiraan, telingaku benar-benar mau pecah rasanya.

"Yak!! suaramu---hey, tunggu.

Kau telat 11 menit!" Pekik ku dengan netra memicing ke arah jam rolex di pergelangan tangan.

"Mian mian... tadi habis olahraga malam, masih kusempatkan lho pasang alarm demi memberikanmu ucapan. Memangnya apa yang tidak sanggup ku lakukan untuk penulis kesayanganku, huh?"

"Shikkero*!" Pekik ku.

(Shut up*)

"Olahraga malam mulutmu itu. Palingan olahraga di ranjang, kau pikir bisa membodohiku, huh?"

"Wanita komersil mana lagi yang mencuri hatimu? cepat menikah sana! kebobolan dengan wanita murahan sama sekali bukan ide yang bagus."

Bisa ku dengar kekehan Namjoon dari sebrang sana, aku mendecih sambil tersenyum miring. Pria yang lebih tua 8 tahun dariku itu memang penggila wanita. Hobinya keluar masuk hotel dengan 2 sampai 3, 4 wanita. Oh astaga, aku hampir mengkhawatirkan kewarasannya. Pria itu bahkan rela menghabiskan banyak uang demi membeli wanita komersil yang sedang top di situs yang entahlah apa namanya, Namjoon lebih tau.

Kata orang, di dunia ini memang ada tiga hal yang dapat merusak akal waras manusia.

Harta, tahta, dan wanita.

Dan jika Kim Namjoon tergila-gila pada wanita maka aku lebih cocok dikatakan gila dengan harta.

Terutama uang. Sungguh, benda itu sudah seperti belahan jiwaku.

GRAVITY  •JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang