Manhattan |6|

74 13 2
                                    

"Jeon Jung Kook?"

Pekikan sukses keluar dari mulutku saat bajingan itu berhasil menumbangkan tubuh Justin ke samping dan beralih mengungkung pria itu.

Tangannya mencengkram kuat-kuat leher Justin dengan bibir yang menyeringai puas.

Kekehan sempat lolos dari mulutnya sebelum ia angkat bicara.

"Lima bulan kami mencarimu, dan tidak ku sangka kau yang akhirnya melempar dirimu sendiri."

Otakku berputar cepat, ini benar-benar celaka. Melihat bagaimana berkuasanya ayah Justin, tidak menutup kemungkinan aku akan dijadikan remah remahan kripik karena telah berani beraninya membantu anaknya kabur.

Pikiranku kalap, kuraih kursi kayu di sampingku dan segera menghantamkannya kencang ke punggung bajingan yang masih mencengkram leher Justin.

Suasana bar berubah riuh, beberapa orang mulai menghindar waspada atas keributan yang ku ciptakan. Justin segera mengambil kesempatan untuk mendorong tubuh bajingan itu dan melepaskan diri, serta dengan cepat, ia melimbungkan meja untuk menghalangi jalan mereka.

Dengan gerakan yang amat kilat, Justin menautkan kelima jarinya pada telapak tanganku. Membawaku berlari kencang meninggalkan bar yang telah kacau total.

"Aishh, bagaimana ini?!" Ucapku masih di tengah tungkai yang terus berlari.

"Molla, kita lari saja dulu."

"Neo paboya? kau pikir kita bisa lepas dari mereka?"

Justin menoleh ke arahku dan mengencangkan genggamannya,

"Perhatikan kaki mu, aku akan berlari lebih cepat, kau mungkin akan terseret dengan kecepatanku"

"Ini semua karena kau yang keras kepala ingin ikut denganku keluar, sekarang lihat lah buah dari sikap batumu!"

"Hanna-ssi, jebal. Ini bukan waktunya marah marah."

Kaki ku mulai kebas karena terlalu lama berlari dengan kecepatan tinggi, nafasku mulai terengah.

"Mereka masih mengejar?"

"Tidak tau."

"Kau benar-benar bodoh? cepat menoleh ke belakang!" Pekik ku kencang.

"Shireo. Museowo*, hal itu akan semakin membuat kita panik."

(Aku takut*)


"Jo gul le, huh*?!!! cepat menoleh!!" Pekik ku diluar kendali.

(Kau mau mati, huh*)


Justin terlihat menoleh takut-takut ke belakang tanpa menghentikan gerakan tungkainya.

"Sial!"

"Wae? wae?!"

"Beberapa dari mereka ada yang naik mobil."

"Aishhh!!!"

Secara kilat, Justin tiba-tiba menarik tubuhku untuk berbelok ke gang gang kecil pemukiman penduduk. Tubuhku nyaris terpelanting dibuatnya. Kami berlari di antara gang gang kecil, agar setidaknya mobil itu tidak bisa mengejar kami.

"Aku sudah tidak kuat," Tuturku sambil terengah-engah.

"Bertahanlah sedikit lagi."

"Ani, andwae. Tidak bisa."

Tepat setelah aku selesai berujar, kaki ku benar-benar lunglai dan merosot ke tanah. Justin refleks ikut berhenti dan membantuku untuk kembali berdiri. Netranya berkeliling ke sekitar dan sepersekian detik kemudian, dia memapahku ke bangunan kumuh yang nyaris mirip gudang di sebelah jalan.

GRAVITY  •JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang