WARNING : This chapter contains mature scenes (17+)
You can read it if you want, and you can skip it if you are not comfortable.
Hope you guys enjoyed <3
________________________________________________________________________________
Justin nekat mengikutiku masuk ke dalam kamar meski aku sudah terang terangan mengabaikannya.
Pria itu menahan tanganku sekali lagi, membuat langkahku sontak tertahan.
"Hanna..."
"Aku mau tidur." Tungkasku sambil menepis genggamannya.
"Kumohon jangan seperti ini," Pria itu mengusap wajahnya kasar, "Kau tega membuatku berlarut larut merasa bersalah, eoh?"
Refleks aku mendesis sinis.
"Kau tidak perlu merasa bersalah." Ucapku setelah berbalik dan menatapnya dengan atensi penuh, "Pergi hingga larut malam bersama Maria bukan suatu kesalahan, kau bebas melakukan apapun."
"Aku tidak pergi bersamanya." Timpalnya cepat.
"Kami tidak sengaja bertemu dan dia meminta bantuanku menangkap ikan, kau tau aku tidak mungkin sampai hati menolak permintaannya, kan? L-lalu tanpa disengaja terjadi beberapa hal yang membuat kita tertahan lebih lama--"
"Tentu saja," Aku memotong ucapannya, bibirku refleks mengulum senyum miring, "Seorang pria dan wanita dewasa berduaan malam-malam, pasti ada begitu banyak hal yang membuat mereka dapat tertahan lebih lama."
"Kami tidak benar-benar berdua, Hanna. Aku bersumpah, Maria bersama temannya, kami hanya berdua saat berjalan ke arah rumah, itu saja."
"Aku tidak mau dengar apapun, aku tidak peduli dan sekarang keluarlah."
Darahku berdesir kencang saat Justin sigap menggenggam kedua tanganku erat.
"Aku tidak akan keluar jika kau masih begini."
Dengan cepat aku mengalihkan pandangan, emosiku meletup-letup. Aku benar-benar tidak bisa mengelak kalau aku sungguhan cemburu sekarang. Aku tidak suka melihat Justin bersama wanita lain, tidak dengan Lilie atau pun Maria, tidak dengan siapapun.
Bisakah pria itu memahami perasaanku?
Ku teguk ludahku meski serat selama pria itu berusaha keras menarik napasnya untuk melontarkan kata-kata yang dapat menenangkanku.
"Aku akan menjelaskan semuanya secara detail agar kau tidak salah paham, aku--"
Anggap saja aku sudah gila.
Ya, aku yakin aku sudah benar-benar gila sekarang.
Pikiranku konslet. Kewarasanku benar-benar telah lenyap saat intuisi ku membawaku mendekat begitu saja ke arah Justin. Membungkam bibir laki-laki itu dengan bibirku. Membuat pria itu diam seribu bahasa karena demi Tuhan aku sama sekali tidak butuh mendengar penjelasan apapun.
Mataku memejam sempurna, terlalu ngeri untuk memandang wajah Justin saat ini, amarahku perlahan runtuh dan tergantikan oleh hasrat yang meledak-ledak. Membuatku entah bagaimana dapat bergerak lihai mengalungkan tangan di leher pria itu dan melumat bibir bawahnya dengan kesan menuntut.
Perlahan, ku rasakan kedua tangan Justin yang merambat dan memeluk ku erat, menambah rasa hangat pada ciuman kami.
Aku berhenti setelah hampir satu menit. Jantungku berdegup cepat, rasanya benar-benar akan mati jika aku nekat meneruskan aksi gila ini lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
Fiksi PenggemarKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...