Pria jangkung itu membuat kamar hotel ku serasa lebih pendek. Tungkainya berjalan cepat ke arah jendela dan menyingkap sedikit tirai nya.
"Apa kau yakin disini aman?"
Aku masih bersidekap, tidak buru-buru menimpali perkataan pria itu dan justru meneliti sekujur tubuhnya dari kepala hingga kaki.
"Kejahatan apa yang kau lakukan, eoh?" Tuturku dengan ekspresi yang kelewat santai. Mencoba tetap tenang agar dapat mengendalikan situasi.
"Mafia? Gembong narkoba? Bisnis ilegal? Pembunuhan?"
Diam-diam jemariku meremas pinggiran piyama satin yang ku kenakan, sama sekali tidak sadar kalau buku-buku jari ku sampai memutih karenanya.
Wajahku boleh berbohong, tapi alam bawah sadarku tidak bisa mengelak kalau impresi ku pada pria ini terlanjur buruk, kacau, berbahaya dan bahkan impulsku sudah mewaspadai hanya pada setiap tarikan dan hembusan nafasnya.
"Mworago? apa wajahku terlihat se brengsek itu?" Timpalnya sambil menyunggingkan senyum lebar-lebar. Mirip kelinci. Dengan kedua mata yang dibuat sok polos dan mengedip beberapa kali.
Netraku memicing, berusaha tidak terpengaruh pada respon kekanakkan nya yang bisa jadi dia lakukan hanya untuk mencari celah agar aku tertipu.
"Kau tau Donald Henry Gaskins?" Tungkai ku melangkah ke arah sofa dan mendaratkan bokongku duduk disana, "Pembunuh berantai terkejam, di era '50 sampai '70 an"
"Wajahnya tampak terlampau menenangkan. Terlihat seperti orang yang hanya akan menghabiskan musim panasnya dengan buku-buku dan segelas es coklat,"
Bibirku menyunggingkan senyum kecil, "Siapa yang sangka kalau kudapan favoritnya ternyata tulang-tulang manusia?"
Pria itu melipat bibirnya selama aku berucap lantas berjalan ke arahku sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada.
"Hey, calm down girl..."
Aku berdecih mendengar ucapan pemuda itu. Aksennya buruk sekali.
"Kau membandingkanku dengan pembunuh berantai? Aish, itu berlebihan."
"Dan lagi kau ini bodoh atau apa? mana ada pembunuh berantai yang dibekukan hanya dengan satu mobil polisi berisi dua pria gendut di dalamnya, eoh?" Ucapnya panjang lebar setelah mengambil tempat duduk berhadapan denganku.
"Ah, benar. Curang sekali, dia pasti tau tidak akan bisa mengimbangi lariku makanya naik mobil." Gerutu pria itu, terdengar lebih pada dirinya sendiri.
Netraku masih memicing,
"Kalau begitu katakan apa yang telah kau lakukan? aku perlu tau semuanya untuk dapat melanjutkan kesepakatan kita."
"Kesepakatan?" Alisnya berjengit satu. Wajahnya tampak bingung.
"Tentu saja, kau kira aku menolongmu secara cuma-cuma, huh? membawa kriminal ke kamar hotelku adalah pilihan yang buruk, tuan. Bersiaplah ku peras jika masih ingin ku bantu." Wajahku sama sekali tidak terlihat ragu ketika melafalkan kalimat-kalimat itu. Aku sama sekali tidak ingin terlihat lemah di depan pria asing ini.
Dia terkekeh, lagi. Deretan gigi kelinci nya selalu berhasil mengalihkan fokusku.
"Tenang saja, Hanya masalah ringan."
Wajahku sama sekali belum dapat dibilang ramah, menuntut pria itu menjelaskan lebih lanjut.
"Tak sengaja berkelahi dengan pria sialan di depan pub," Ujarnya seraya beberapa kali melirik ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
FanfictionKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...