"Selamat pagi Maria," Ujar Justin dengan senyuman riang sesampainya di ruang makan.
Aku hanya dapat memandang ngeri pria itu, lihatlah cengiran lebarnya, seperti sedang bertemu artis saja.
Ku perhatikan bibi Kelly-- istri Paman Jin, yang sedang fokus menata seluruh makanan, sebelum atensiku terkumpul penuh akibat sentuhan tangan Justin di bahuku. Pria itu merunduk hingga menyejajari telingaku, tangannya sibuk menarik kursi sedang bibirnya berbisik sangat pelan.
"Morning, baby..." Ucapnya pelan.
Aku hampir tertawa sarkas. Apa-apa an ini. Dengan Maria dia bisa berucap selantang itu dan denganku,
berbisik?
Dan apa katanya tadi? Baby?! salah makan atau bagaimana orang itu.
Ku pandangi pria itu penuh kebencian sebelum segera ku cubit pahanya diam-diam dari bawah meja, beruntung dia tidak memekik, aku yakin pahanya pasti hampir abu-abu sekarang.
"Kalian tidak masalah kan dengan hidangan laut?" Ujar Bibi Kelly ramah.
Aku mengangguk, "Tidak masalah, bi. Terima kasih banyak." Ucapku sopan.
"Hey, tidak perlu berterimakasih, kalian ini tamu. Sudah sepatutnya ku perlakukan dengan baik."
"Hari ini ingin berkeliling kemana?" Ucap Paman Jin yang baru saja sampai.
"Kemanapun, sepertinya kami akan berjalan tanpa arah," Justin terkikik sebentar. "Pergi tanpa tujuan sangat mengasyikkan, paman."
"Kau benar, aku juga sering melakukan hal itu. Kita akan banyak mendapatkan hal tak terduga yang hebat jika berjalan tanpa rencana." Timpal Maria yang langsung mendapat respon berlebihan dari Justin.
Ugh.
"Aku sempat bertanya pada Jason, katanya disekitar sini ada air terjun yang sangat indah. Aku berencana kesana." Ucapku, memecah lontaran tawa Justin dan Maria.
Paman Jin terkekeh sejenak, "Sepertinya pemikiranmu agak berbeda dengan Justin ya, Hanna. Kau selalu bergerak dengan pertimbangan matang sejak datang ke sini."
Aku tersenyum kikuk, Justin masih memandangiku, aku bisa lihat dari ujung mata.
"Kau mau pergi dengan Jason? sepertinya anak itu senggang hari ini. Aku akan memintanya kalau kau mau," Timpal Bibi Kelly.
"Ah, tidak perlu bi. Aku--"
"Paman....!!!"
Seluruh kepala yang ada di tempat itu refleks menengok ke arah pintu. Tepat disana, terpampang dengan jelas Jason berdiri tegap dengan tangan yang melambai-lambai riang.
"Oy? ada apa?"
"Aku punya banyak kayu bakar! Kau mau?" Pekik Jason.
Paman Jin terkikik sebentar sebelum kembali menatap kami. "Anak itu sepertinya terobsesi denganku, entah kenapa dia selalu menempel seperti perangko dan membantuku tanpa ku minta. Ya ampun, lama-lama ku adopsi sekalian anak itu." Ujar Paman Jin yang mengundang lontaran tawa dari kami, sebelum kemudian dia pamit keluar menemui Jason.
"Kebetulan sekali Jason datang, sekalian saja dia mengantar kalian," Ujar Bibi.
"Apa tidak merepotkan, bi?" Ucapku ragu.
"Tentu tidak, aku yakin dia akan senang hati mengantar kalian. Jason anak yang baik."
Aku refleks menggaruk tengkuk, "Sebenarnya, aku sangat berterimakasih jika Jason berkenan ikut." Ucapku yang entah kenapa terdengar malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
FanfictionKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...