Roma |11|

66 11 1
                                    

10 jam perjalanan dari Manhattan ke Roma tidak sedikitpun membuat badan kami terasa lelah. Aku bangun pagi-pagi sekali lantas cepat-cepat mandi dan bersiap, pagi ini giliran Justin yang masak sarapan. Jam 6 pagi dia sudah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamarku untuk memasak.

Ku habiskan waktu 30 menit lebih di dalam kamar mandi sebelum segera keluar dan menghampiri pria itu.

"Pagi ini kita kemana?"

Justin nampak termangu sebentar sebelum kembali mengatur dan menyiapkan dua piring nasi goreng daging dan satu loyang pasta besar di meja makan.

"Colloseum,"

"Tidak ke Pantheon dulu?" Tuturku seraya mengambil tempat duduk di sisi meja.

"Tidak, ingat ya. Aku yang tentukan tempatnya."

Refleks ku putar bola mataku malas, ya. Lagi-lagi dia mengancamku soal perjanjian kami itu, entahlah, makin lama rasanya Justin semakin menyebalkan.

Tanganku memilih bergerak memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulut sebelum tak sampai dua detik aku refleks memekik kencang.

"Asin...!" Seruku yang langsung sigap mengambil air minum.

"Mwo?" Justin tampak terkejut dan langsung ikut mencicip nasi goreng buatannya. Tak membutuhkan waktu lama dia pun mulai menyernyit keasinan juga.

"Kau ini bagaimana.." Ujarku kesal.

"Tadi perasaan kurang asin, ku tambahkan garam malah jadi keasinan."

Aku hanya dapat menghela napas kasar dan memandang pria itu penuh benci.

"Coba sedikit pastanya," Tutur Justin seraya buru-buru menyodorkan segulung pasta ke depan mulutku.

Ragu-ragu aku melahap suapan pasta yang Justin sodorkan.

"Bagaimana?"

"Setidaknya tidak seburuk tadi."

Justin menghela napas lega.

"Lagian kenapa sih harus masak. Mulai besok kita beli saja."

Aku sontak menjerit saat dengan kurang ajar nya Justin menjitak tempurung kepala ku.

"YAAK!!" Pekik ku murka.

"Kau lupa kita sudah punya banyak sekali persediaan makanan? mau diapakan kalau tidak dimasak?" Ujarnya.

"Lagian siapa yang suruh belanja sebanyak itu." Ku hela napas kasar. "Seharusnya aku tidak membiarkan orang tolol sepertimu pergi belanja sendirian."

"Mwo?!"

"Wae?!"

Mataku mencorong tajam ke arah Justin yang juga sedang menatapku dengan kesal.

"Kau benar-benar menyebalkan nona penulis."

"Aku tidak salah dengar?" Ku lontarkan tawa sumbang. "Kau yang paling menyebalkan disini Mr. Jeon."

Justin nampak terkejut mendengarku menyebut nama belakangnya dengan sarkas.

"Yak! jangan panggil aku begitu."

"Wae? kau memang Jungkook. Jeon Jungkook. Lalu aku harus memanggilmu apa?"

Tubuhku berjengit, tanganku refleks meremas pinggiran meja dapur saat pria itu merapatkan tubuhnya padaku dengan telapak tangan yang mencengkram dagu ku kencang.

Pandanganku terkunci oleh iris hitamnya yang seolah akan menelanku. Tidak. Ini bahaya. Jantungku hilang kendali saat pria itu terus memajukan wajahnya mendekat. Benar-benar dekat hingga aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya.

GRAVITY  •JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang