Hari ini adalah tiga hari sejak terakhir aku dan Jungkook bertemu.
Jelas. Aku tidak bisa melupakan tanggal penting ini. Sejak pagi aku sudah sibuk membersihkan rumah, bersiap siap, memilih pakaian yang pas dan riasan wajah yang cocok. Sebelum kemudian pergi untuk menyelesaikan beberapa urusan dengan tim penerbit. Ya, semua pekerjaanku harus ku pastikan selesai sebelum malam.
Namun nasib naas sepertinya masih betah menggandrungiku. Entah bagaimana, jalanan yang ku lewati hari ini terjebak kemacetan. Aku mendengus kesal sebelum menyandarkan punggungku ke kursi mobil.
Tidak, pikirku.
Bagaimanapun caranya, selesai tidak selesai. Aku tetap akan pergi kencan dengan Jungkook malam ini. Kesempatan kami bertemu tidak banyak, jadi aku tidak akan menyia nyiakannya.
Sesaat kemudian, atensiku sontak terkumpul saat mendengar deringan telpon dari ponselku.
Panggilan dari Jungkook.
Tanganku dengan sigap langsung mengangkatnya.
"Yeoboseyo..." Ujarku pertama.
"Kau tidak lupa kan malam ini?"
Suara Jungkook sontak membuatku tersenyum lebar. "Tentu, kau sedang ada dimana? ramai sekali. "
Netraku menoleh ke arah samping, beralih memandang jejeran toko dan restoran di sepanjang jalan. Merehatkan mata sejenak dari menatap penatnya kumpulan motor dan mobil di sekitarku. "Sedang di jalan?" Lanjutku.
"Ya, aku ada di pinggir jalan."
Bibirku sontak terkekeh, "Sedang apa?"
"Menunggu seseorang. untuk meeting."
"Kau akan meeting dengan orang itu?"
Netraku bergerak pelan menyapu pandangan, bibirku tidak ada berhentinya mengulum senyum sebelum tiba-tiba. Senyumanku menghilang secepat deburan angin. Hatiku serasa di hantam keras.
"Hm, dan beberapa orang lagi."
Ucapan Jungkook terakhir sama sekali tak ku hiraukan. Atensiku tepat terkumpul ke arah depan sana.
Mataku dengan jelas menangkap tubuh jangkung Jungkook menyandar ke mobil Mercedes hitamnya yang terparkir di depan sebuah toko perhiasan di sudut jalan.
"Hanna?" Timpal Jungkook yang segera menginterupsiku.
"Tidak biasanya kau menjemput kolegamu hanya untuk meeting." Ucapku refleks.
"Mwo?"
Untuk beberapa detik sempat ku rutuki mulutku sendiri yang justru berucap demikian. Pertanyaanku malah terkesan mencurigainya.
"Tidak. Maksudku, pasti dia sangat penting sampai kau tunggu." Tuturku serampangan. "Jangan sampai kehilangan dia dan lakukan pekerjaanmu dengan benar."
Jungkook tersenyum lebar yang saat ini bisa ku saksikan dengan mataku sendiri.
"Tentu, aku akan melakukan yang terbaik."
Mataku mengerjap beberapa kali, pikiran buruk mengungkung batin ku, lantas belum sempat aku melontarkan se-kata pun, jantungku telah benar-benar merosot hingga perut ketika berhasil melihat wujud perempuan itu.
Perempuan yang masih ku ingat betul bernama Lee Sohee. Ia keluar dari toko perhiasan dan melambaikan tangan hangat ke arah Jungkook.
Nafasku berembus tak beraturan, rongga dadaku seperti di hujam puluhan benda keras saat mendapati gadis itu betul-betul menghampiri dan berdiri persis dihadapan priaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
Fiksi PenggemarKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...