Jealous |22|

67 11 3
                                    


"Bagaimana jika malam ini kita masak barbeque?"

"Beli dagingnya di?"

Justin menggendong ransel besarnya dan segera menyusulku berdiri.

"Mudah, aku akan ke pasar sebentar."

"Denganku?" Timpalku cepat.

"Tidak, sudah hampir malam. Aku akan pergi sendiri, atau dengan paman jika paman berkenan menemani,"

"Bagaimana? kau setuju?"

Justin menatapku dengan senyuman riang, wajahnya menunjukan kalau ia betul-betul antusias dan sangat ingin melakukan hal tersebut. Aku tidak tega bilang tidak atas keinginannya.

"Baiklah, kau atur saja."

"Okay!"

Tubuhku sedikit terperanjat saat Justin merangkul bahuku sembari terus berjalan, kepalanya menoleh dan memandang lekat wajahku yang sejak tadi tidak terlalu banyak mengeluarkan ekspresi.

"Kau tidak senang?"

"Hm?"

Justin menatapku intens, "Waktu pertama kali datang kesini dan saat memperkenalkan tempat ini padaku, kau terlihat begitu antusias. Kenapa sekarang malah tak bersemangat, eoh?"

Mataku mengerjap pelan, "Aniyo, aku semangat kok."

"Tapi wajahmu tidak terlihat begitu."

Ku hembuskan napas pelan seraya melepas lilitan tangan Justin dari bahuku, "Hanya sedikit lelah. Ternyata air terjunnya lumayan jauh, padahal Jason bilang cukup dekat. Kurasa mereka sudah terbiasa jalan kaki jauh makanya jarak segini terasa dekat bagi mereka."

"Mau ku gendong?"

Nafasku sontak tertahan, sedetik kemudian aku mengerjapkan mata seraya meraup oksigen disekitarku dengan serampangan. Memenuhi paru-paru ku yang sekejap terasa sesak.

Tidak mau. Punggungmu bekas Maria,

"Tidak perlu,"

"Kenapa?" Justin menatapku heran, "Aku bisa memindahkan ranselnya ke depan dan menggendongmu di belakang,"

"Otot-otot ku ini lebih dari sanggup untuk membawa ransel beserta dengan bobot tubuhmu, Hanna."

Aku menggeleng pelan, "Tidak mau."

"Kenapa?" Tutur Justin jengah.

"Ya, tidak mau saja."

"Beri tau alasannya."

Ku hela napas kasar seraya menoleh ke arah lain, "Tidak ada alasan, pokoknya tidak mau."

"Katanya lelah, terus kenapa tidak mau?"

"Justin kau bisa diam tidak, sih?" Tuturku sengit, "Aku tidak mau!"

Pria itu bergerak menyentuh lenganku yang tanpa pikir panjang langsung ku tepis, "Tidak usah sentuh-sentuh!" Ucapku tegas.

"Yak, kenapa tiba-tiba jadi sensi begini, huh?"

GRAVITY  •JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang