Crash | 34

62 5 2
                                    

Author POV

__________________

Bunyi gemericik es batu didalam gelas wine mendominasi telinga Hanna. Gadis itu masih termangu. Kondisinya persis seperti jasad yang kehilangan ruhnya. Pikiran gadis itu liar kesana kemari. Meniti satu-persatu kenangannya bersama Jungkook. Tentang bagaimana cara dirinya dan pria itu bertemu, lalu beradaptasi, hidup bersama, bertengkar, menyelesaikan setiap masalah, saling mencintai, dan berakhir hancur seperti ini.

"Satu botol lagi."

Seorang pelayan pria mengangguk atas ucapan Hanna. Air matanya sudah tidak lagi menetes, namun jauh dari itu. Sorot mata Hanna sudah cukup menggambarkan betapa nelangsanya gadis itu sekarang.

Bayangan Jungkook saat menahan tangannya dan serampangan mengejarnya pergi dari rumah masih membayangi kepala Hanna.

Mengingat betapa putus asa nya sorot mata Jungkook membuat hati Hanna semakin tersayat, bukan satu, tapi puluhan.

Dia sungguh tidak habis pikir kalau Jungkook akan mencuri bagian sepenting ini dalam hatinya. Membuat Hanna merasa tak lagi memiliki sedikitpun daya kalau-kalau Jungkook memang betulan tidak lama lagi bersamanya.

Dia tidak pernah sanggup membayangkan,

Pria nya.

Sungguhan pergi.

Gadis itu menenggak lagi segelas wine di genggamannya. Jika berpikir realistis. Kalau tidak mengharapkan keajaiban, maka saat ini tentu adalah saat yang tepat bagi Hanna untuk melepas setengah hatinya yang telah hancur. Merelakan setengah dari hidupnya pergi. Jungkook. Sialnya, pria itu sudah terlanjur menjadi orang yang begitu Hanna cintai. Melebihi dirinya sendiri.

Gadis itu menghentikan tangannya yang hendak menuang kembali botol wine ke gelas, kepalanya terasa berdenyut kencang. Baiklah, ini tanda kalau dia harus berhenti. Sebelum gadis itu sungguhan akan melayang diatas nirwana kemudian tergeletak tak sadarkan diri di lantai bar.

Serampangan Hanna berusaha berjalan keluar bar dan menuju mobilnya. Entah karena impulsif atau memang sudah gila. Gadis itu dengan enteng menyalakan mesin mobil lantas mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Menembus jalanan kota Seoul yang sudah agak lengang.

Ponselnya sengaja ia matikan. Gadis itu sungguh tidak sanggup bicara dengan siapapun saat ini. Semua yang ingin ia lakukan malam ini adalah diam, lantas mencoba melupakan segalanya.

Tentang Jungkook, pelarian mereka, projek bukunya dan semua hal rumit lain.

Hanna juga memutuskan untuk tidak pulang. Khawatir pria itu masih menunggunya di rumah. Persetan dengan segalanya. Gadis itu sungguhan tidak sanggup kalau harus melihat wajah Jungkook lagi untuk saat ini. Dan mungkin hingga beberapa hari kedepan.

Untuk saat ini, biarlah Hanna pergi dan menyembuhkan dirinya sendiri. Tanpa siapapun yang mengganggunya.

Netra Hanna menyipit, sorot sinar terang dari lampu bus di depan menyilaukan pandangannya. Membuat fokus Hanna yang memang tak seberapa itu, semakin tercecer acak.

Gadis itu berusaha memfokuskan matanya lebih dalam. Naasnya, disaat dia mati matian berusaha meruncingkan penglihatannya. Seekor anjing berlari dan melintas begitu saja di jalanan depan mobilnya. Membuat Hanna yang memang sudah sempoyongan karena mabuk, semakin hilang kendali dan refleks membanting stirnya secara impulsif. Menabrakkan dirinya sendiri ke parkiran depan swalayan 24 jam di pinggir jalan.

Gadis itu tidak sempat mengingat apapun. Hal terakhir yang Hanna lihat adalah mobilnya yang menghantam beberapa mobil terparkir, sebelum kemudian terpental dan berguling beberapa meter ke sisi jalan. Benturan dan serpihan kaca sontak menghantam dirinya dan membuat Hanna spontan kehilangan kesadaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRAVITY  •JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang