Pintu kamarku diketuk pelan. Dengan sedikit tenaga, segera aku beranjak bangun dan membukakan nya.
"Mau ku temani?"
Justin yang datang, raut wajahnya tampak sumringah setelah menyembul dari pintu.
"Temani apa?"
"Tidur." Timpal pria itu,
Netraku refleks membelalak.
"Memangnya kau sanggup tidur sendiri setelah tadi pagi bertemu hantu, eoh?"
Punggungku sontak menegang. Bukan karena hantu, aku serius. Rasanya kalimat 'tidur' yang Justin ucapkan jauh lebih menakutkan dari hantu manapun yang ada di bumi ini.
Memang, ini bukan pertama kalinya kami melakukan hal itu, kalau ku ingat, terhitung sudah 2 kali aku dan Justin tidur dalam satu ranjang yang sama. Namun meski begitu, entah kenapa, membicarakan hal ini secara terang terangan masih terasa begitu menggelikan.
"Tidak perlu."
"Kenapa?"
"Kasur ku sempit."
Aku terkejut saat Justin tiba-tiba melontarkan tawa nya kencang, pria itu sampai berjongkok kemudian berdiri lagi saking heboh nya tertawa.
"Yak, maksud ku, kau tetap tidur di kasur dan aku tidur di sofa, menemani tidak harus tidur satu ranjang, bukan? wah, pikiranmu agak kotor juga rupanya."
Ku pukul bahunya keras-keras hingga pria itu mengaduh kesakitan. Tak lama, aku memilih mengabaikannya dan kembali beranjak menuju meja kerja ku.
"Mau apa?"
"Menulis." Tuturku singkat, "Jangan ganggu aku kalau memang mau tidur disini."
Justin hanya menganggukkan kepalanya sembari mengamatiku menyiapkan beberapa peralatan. Intuisi ku menajam saat aku tidak kunjung menemukan buku jurnalku di dalam tas.
Aku langsung bergerak panik. Tanganku dengan cepat menggeledah tumpukan buku di meja dan membuka seluruh laci. Justin yang sedang mengamatiku pun jadi ikut sama panik nya.
"Tenang dulu, coba ingat-ingat terakhir kau taruh dimana?" Tutur pria itu seraya mendorong tubuhku untuk duduk.
Ku pejamkan mataku sekilas untuk mengingat rangkaian kejadian, sebelum akhirnya ku belalakkan mata lebar-lebar begitu pikiranku berhasil memutar potongan kejadian ketika aku menulis di pinggir pantai sore tadi. Ya, aku ingat. Buku itu pasti tak sengaja tertinggal di balik batu besar disampingku duduk.
"Di pantai." Tuturku antusias, "Kau ingat batu besar yang ku jadikan sandaran saat menulis sore tadi? sepertinya disana."
Justin membuat huruf O dari mulutnya dan mengangguk, "Mau ku ambilkan?"
Ku anggukan kepalaku cepat.
"Kau tunggu disini saja. Tidak usah ikut."
"Memangnya kau tidak takut kesana sendiri? ini sudah hampir jam 10 malam lho, pasti disana sepi sekali." Ujarku skeptis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
FanfictionKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...