Mataku mengerjap pelan, dahi Justin menjadi pemandangan pertama yang ku lihat setelah kesadaranku utuh. Bibirku sontak melipat saat pria itu mendusalkan wajahnya tiba-tiba. Tangannya masih merengkuh tubuhku ketat.
Tidak. Ini sungguh gila.
Apakah...
Sekarang aku benar-benar bepacaran dengan Justin? dengan pria menyebalkan ini?
Aniya! itu tidak mungkin.
Tubuhku sontak bergidik ngeri. Apapun yang terjadi, aku yakin semalam pria itu hanya mengucapkan pengakuan cinta untukku, dia sama sekali tidak mengajakku berkencan atau apapun. Tenanglah Hanna-ya...
Detik berikutnya, mataku spontan tersentak saat tiba-tiba Justin membuka matanya dan memandangku dengan tatapan sayu.
"Kau sudah bangun?" Ujarnya dengan senyuman kelinci yang khas.
Jantungku berdegup cepat. Ini benar-benar salah. Aku sama sekali tidak berpikir panjang saat melakukan hal-hal gila tadi malam. Dan sekarang, aku nyaris menyesali semuanya.
Pria itu beranjak duduk dan menyingkap selimut yang semula juga membalut tubuhnya, memberikan bagiannya padaku dan memastikan tubuhku hangat. Cuaca saat pagi memang terlampau ekstrem dinginnya.
"Kau tidur saja lagi, aku mau siapkan perapian untuk bibi memasak."
Percaya tidak?
Sempat muncul keinginan dalam benakku untuk menahan lengan Justin dan menarik pria itu agar kembali berbaring di sisiku, mencegahnya pergi kemana mana dan minta dipeluk seperti tadi malam. Namun seluruh pemikiran skeptis itu dengan mudah tertepis oleh akal sehatku.
Sadarlah, Kim Hanna!
Jangan gila!!
Justin menengok sekali lagi ke arahku yang masih mematung sebelum mengulas senyum lebar hingga gigi kelinci nya terpampang jelas, tanpa sadar bibirku ikut mengulum senyum, meski tipis.
Tak lama kemudian, suara kriet pintu terdengar nyaring, mengisi hatiku yang sekarang terasa melompong karena kepergian Justin. Ini tidak benar. Sangat buruk. Demi apapun, bermalam dengan Justin adalah keburukan terbesar yang kuciptakan sendiri sepanjang aku hidup.
Ku rasa aku perlu mendaftarkan diri ke rumah sakit jiwa atau psikiatris setelah keluar dari Puerto Rico nanti.
°°°°
"Makanlah..."
Jantungku serasa merosot ke perut saat Justin memberikan potongan besar daging panggang miliknya ke atas piringku. Semua orang yang berkumpul di ruang makan sontak memandangiku dengan tatapan terkejut.
"Hey, apa yang kau lakukan? makanlah apa yang--"
Ucapanku tertahan saat Justin mendorong kembali tanganku yang hendak mengembalikan daging itu dan membuat situasi semakin canggung.
Pria itu menatapku sendu kemudian tersenyum lebar, "Tak apa, makanlah..."
Sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY •Jjk
FanfictionKim Hanna, wanita workaholic penggila uang itu mengambil langkah paling berani dalam hidupnya untuk menjadi backpacker. Menjelajah dunia dan meninggalkan seluruh ketenangan hidupnya di kota Seoul dalam rangka menyelesaikan projek besar buku karangan...