03 | Final Decision
Hari ini adalah hari pemeriksaan ke dokter. Jihyun rutin dibawa ke sana oleh Jimin dan Dahyun setiap tiga bulan bahkan dua bulan sekali, entah untuk pemeriksaan biasa atau jadwal imunisasi. Oleh karena itu, sejak pagi, Dahyun pun turut sibuk menyiapkan perlengkapan untuk Jihyun di mobil dan juga sarapan untuk JiU. Hari ini JiU ada jadwal bermain basket jadi kemungkinan akan pulang malam. "Nanti pesan makanan saja, atau telepon Eomma kalau kau ingin merequest makanan."
"Siap!" JiU beralih ke sisinya, mendapati Jihyun sudah di gendongan Jimin dan nampak menarik-narik ujung rambutnya. Alih-alih marah atau terganggu, JiU justru tersenyum dan mencium kedua pipi Jihyun dengan gemas.
Dahyun menarik resleting tas besar itu, menaruhnya di dekat kaki meja makan. "Nanti tolong kau bawa ke mobil ya."
"Oke, Dahyun."
JiU pun meneguk gelasnya cepat, mendekap tubuh Dahyun dan Jimin kemudian meraih ranselnya. "Aku berangkat!"
"Ya! Hati-hati."
Bis sekolah sudah berhenti di dekat halte rumah, tepat saat JiU sudah setengah berlari keluar. Anak perempuannya itu sangat gesit dan aktif. Dahyun sampai terheran-heran bagaimana bisa JiU masih begitu semangat akhir-akhir ini padahal beban pelajaran pasti menyulitkannya. "Mungkin dia sudah punya kekasih."
"Hush!"
Dahyun belum sanggup membayangkan jika JiU sudah punya gandengan apalagi di matanya, JiU masihlah remaja kekanakkan yang kerap menggerutu dan manja kepadanya. JiU punya kekasih? Mungkin Dahyun akan mengintrogasi putrinya sepulang latihan basket nanti untuk menanyakan lebih lanjut. Aneh juga, padahal sampai kuliah, Dahyun tidak pernah pacaran. Dan JiU bahkan baru di SMA dan sudah punya pacar? Anak zaman sekarang memang berbeda.
.
.
Dokter Yoongi mengatakan bahwa Jihyun dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Bayi itu bahkan sudah ingin meraih dan makan apapun, dan terlihat menggemaskan. Yoongi tidak mempermasalahkan bobot tubuh Jihyun, apalagi karena efek ASI memang dapat membuat sang bayi jadi lebih gemuk. Namun, Yoongi memberikan saran agar Jihyun mulai dikenalkan makanan pendamping sebulan berikutnya, apalagi Jihyun pun selalu memperhatikan dengan penuh penasaran tiap kali JiU mulai makan atau meminum apapun. Bibir bayi itu akan membuka dan tangannya bergerak-gerak ingin meraih ujung piring atau makanan di meja.
"Dahyun."
Wanita itu cepat menoleh. "Ya?" Di pangkuannya, Jihyun sudah terduduk nyaman sembari memainkan hadiah yang Yoongi berikan, yakni sebuah mainan kecil yang aman jika dimakan atau digigit oleh bayi itu.
"Produser-nim terus menghubungiku, sepertinya dia tidak kenal menyerah."
"Oh ya? Apa yang dia bicarakan?"
"Dia ingin menegosiasikan bayarannya denganku, dan aku sudah bilang bahwa aku tidak bisa menerima tawaran tersebut. Dan dia semakin bersikeras menawarkan harga bayaran lebih tinggi." Jimin menoleh singkat. "Aku harus segera menemuinya."
"Hm kurasa begitu."
"Kau .. mau ikut?"
Dahyun agak terkejut. Biasanya urusan pekerjaan punya sekat khusus di tengah mereka. Jika pekerjaan Dahyun di yayasan tengah sibuk-sibuknya, dia akan berusaha mengurusnya seorang diri tanpa Jimin. Jika Jimin pun sibuk dengan bisnisnya serta clothing line-nya, Dahyun pun tidak pernah ikut campur. Tapi ini? "Apakah diperbolehkan? Maksudku, ini kan bukan hakku."
"Kau bisa ikut. Aku rasa produser-nim akan paham kalau kau ikut menjelaskannya pula."
.
.
Karena pertemuan itu cukup lama dan pastinya akan membuat Jihyun bosan dan rewel, jadi Jimin dan Dahyun sengaja memutar arah untuk pergi ke rumah orang tua Dahyun toh itung-itung setelahnya Dahyun akan makan malam di sana, atau jika JiU sudah keburu pulang, dia akan meminta putrinya untuk pulang kemari saja agar bertemu nenek serta kakeknya.
Setibanya mobil berhenti di depan gerbang, benar saja, ibu Dahyun tengah berada di taman, mengurusi sepetak kebun bunganya dan langsung menyambut mereka hangat. "Astaga! Mengapa tidak bilang akan mampir?" tanyanya dan langsung meraih tubuh Jihyun agar digendongnya. "Ayo masuk."
"Eomma, aku akan masuk nanti. Sekarang aku dan Jimin ada urusan sebentar, bisa kau jaga Jihyun? Dia sudah menyusu dan setelah ini, dia hanya harus tidur siang. Kami akan kembali dalam waktu cepat."
Ibu Dahyun memandangi keduanya dan mengangguk. "Oke, hati-hati. Yeesung juga akan mampir nanti sore dan aku akan buatkan makanan untuk kita semua."
"Terima kasih, Eomma."
"Terima kasih."
Ibu Dahyun memeluk kedua sosok itu bergantian dan tersenyum. Setelahnya, dia langsung membawa Jihyun untuk masuk seraya menggeser gerbang agar menutup kembali. Ibu Dahyun memang yang paling semangat jika Dahyun dan Jmin mampir. Bukan karena ingin melepas rindu kepada keduanya tapi lebih senang saat dapat menggendong, mengasuh dan terus fokus kepada bayi gemuk itu yang sekarang sudah kenal betul dengan ibu Dahyun sehingga ia tidak begitu rewel.
Sementara itu, Jimin memandang Dahyun setelah mereka di dalam mobil dan beres mengenakan sabuk pengaman. "Sudah siap?"
"Ya."
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...