CHAPTER DUA PULUH SEMBILAN
BITTERSWEET TRUTH
Yeesung sudah dibawa ke ruangan lain bersama ayah Dahyun, sedangkan ibu Dahyun masih terduduk dengan napas yang tidak beraturan. "Hamil katamu? Bagaimana bisa, Dahyun?" Sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak meninggikan nada suaranya, padahal berita itu sudah mirip palu besar yang menyentak dada. "Bagaimana bisa kau hamil?! Hah?!"
"Eomma, kau tidak perlu khawatir. Aku sanggup membiayainya, dan aku sudah akan tetap bekerja di tempat lain. Tabunganku.."
"Kau tidak paham! Menjadi ibu dan orang tua itu bukan hal mudah yang dapat kau pelajari begitu saja. Bahkan uang? Itu tidak banyak membantu," katanya dengan gerutuan jelas. "Ini kehidupan baru. Bayimu itu manusia yang perlu diurus dan dididik. Kau siap dengan tanggung jawab sebesar itu, hah? Mengapa bisa bisanya kau hamil sekarang?"
Dahyun menundukkan wajahnya, matanya sudah terasa panas beberapa menit terakhir. "Aku akan berusaha."
"Kau ini masih terlalu muda, kau tidak mengerti.."
"Aku akan berusaha! Oke? Biarkan aku mencari caraku sendiri."
"Dan siapa bajingan itu.."
Dahyun mengatupkan bibirnya seraya menggeleng. "Itu bukan utusan penting untuk dibahasekarang. Seperti yang aku bilang,aku hanya ingin kalian tahu, oke?" Ketegangan itu tidak meluruh, justru makin meninggi bagaikan tembok besar di tengah keduanya. Ibu Dahyun berdecak kasar sedangkan Dahyun memeluk depan tubuhnya dengan tangan gemeteran. Tidak pernah dia menyangka akan menghadapi ibunya dalam mode semenyeramkan ini.
"Terserah kau saja," katanya dan bangkit begitu saja. Ibu melewati pintu kamar Dahyun, masih dengan wajahnya yang pias dan gusar bukan main.
"Eomma!"
"Jangan bicara dahulu," katanya kemudian membanting pintu kamarnya. Dahyun meringis di tempat, tidak berapa lama, dari ruangan lain ayahnya muncul dan menatapnya singkat. "Appa, kau percaya kepadaku kan? Aku akan berusaha membesarkan anak ini."
"Aku harus bicara dengan ibumu dahulu. Tunggu di sini saja ya?"
Dahyun mengepalkan tangannya yang tadi hendak menggapai lengan ayahnya tersebut. Sekarang, dia hanya menatap punggung yang menjauh serta ayahnya yang mulai masuk dan menutup rapat pintu kamar mereka.
.
.
Turun dari mobilnya, Chaeyeoung menghampiri Dahyun yang sudah membawa dua tas besar kemudian Chaeyeoung membantu memasukkan tas tas ke dalam bagasi mobilnya. Dahyun menoleh nanar ke arah bangunan rumah. Dia tidak sanggup bertahan untuk malam ini, apalagi ayahnya masih mogok bicara sedangkan dia tidak diizinkan bertemu Yeesung karena Yeesung sudah diminta untuk tidur. Bocah itu akan jadi banyak bicara sedangkan Dahyun tidak tahu cara baik untuk menjelaskan kepada adiknya tentang hamil, serta alasan mengapa kedua orang tuanya bersikap dramatis layaknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...