Buddy - 17

485 117 80
                                    

CHAPTER TUJUH BELAS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER TUJUH BELAS

THAT SHOULD BE US

Dahyun tidak selugu itu. Saat banyak orang membicarakan Jimin dan kekasihnya, Dahyun jelas mendengarkan dari waktu ke waktu. Mulai dari hanya sekadar gosip sampai akhirnya mereka berubah yakin bahwa Jimin tidak sendiri. Ada banyak teori dan spekulasi. Terlebih, Dahyun tahu sendiri bagaimana Seohyeon kerap mampir untuk ke apartemen Jimin sewaktu Jimin istirahat dari masa syuting yang panjang. Dahyun tahu bagaimana Seonhyeon nampak santai muncul dengan gaun pendek, dengan pakaian tipis dan juga wajah yang sumringah.

Tentu saja, siapapun tahu apa yang sudah terjadi sewaktu mereka keluar dari kamar, tepat saat Dahyun tidak sengaja datang untuk mencari Manager Kim.

Ketika Dahyun dapat membuat garis dari titik titik yang tersebar. Jimin yang pindah agensi, Jimin yang dapat tawaran besar, Jimin yang aktab dengan petinggi Blossom, ternyata benar Seohyeon adalah kunci itu semua. Jimin inginkan hubungan dia dan Seohyeon makin kuat, mungkin dengan pernikahan, Jimin bahkan mewarisi banyak saham di Blossom. Dahyun tahu persis betapa lancarnya otak bisnis pria itu.

Jadi untuk apa bertarung sekarang?

Dahyun sudah tidak punya apa apa sejak awal. Dia merasa konyol karena punya fantasi aneh dan absurd soal dia dan Jimin, soal manisnya momen mereka padahal itu hanya sebentar dan fana.

Pagi ini, Dahyun sudah mengatur penampilannya dan memasang wajah teguh, mendatangi satu ruangan di gedung Blossom. Dia mendorong pintu tersebut dan mendapati pria itu berbalik. Manager Kim menyambutnya dan tersenyum. "Pagi, Dahyun. Apa yang dapat aku bantu? Siang nanti, kita akan ada pertemuan .."

"Aku ingin bicara dengammu, boleh? Ini penting."

"Tentu saja, duduklah," katanya sopan.

Dahyun pun mengangguk dan menarik kurdinya. Dia menghela napas singkat dan menatap lawan bicaranya. "Setelah acara premier, aku berniat menghadap ke Ketua Ryu untuk mengajukan surat resign ku. Aku ingin berterima kasih kepadamu yang sudah membantuku dan tanpa lelah terus saja mengajariku banyak hal. Terima kasih banyak untuk pengalaman dan pembelajarannya."

"Kau .. kau serius?" tanyanya, agak terkesiap. "Bagaimana mungkin? Apa yang terjadi, Dahyun?"

"Aku .. hanya merasa bahwa aku sudah cukup bekerja di sini. Ada beberapa hal yang tidak berjalan sesuai dengan yang aku harapkan."

Manager Kim menatap Dahyun hati hati. "Apakah ada hubungannya dengan Tuan Jimin?"

"Itu .. tidak terlalu kok. Ini masalahku sendiri, sungguh," katanya dengan senyuman kaku. "Aku hanya merasa bahwa aku tidak dapat bekerja lagi. Itu saja."

Manager Kim mengangguk kemudian menyandar santai di kursinya. Dia menatap Dahyjn lurus. "Sayang sekali, menurutku, kau sangat pekerja keras dan bertanggungjawab. Aku tidak pernah merasa cocok dengan asisten manapun yang Tuan Jimin pilihkan, tapi kau berbeda. Dan soal pengajuanmu, aku rasa kau harus mengecek ulang kontrakmu. Setidaknya butuh lima sampai tujuh bulan agar kau benar benar bisa keluar, Dahyun. Apalagi, Tuan Jimin sudah nyaman denganmu dan mungkin dia agak lebih membutuhkan waktu untuk mencari penggantimu."

Breakfast Buddy | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang