CHAPTER DUA PULUH LIMA
NEW COMING
Who are we .. trying to be one to each other, trying to fit together.
Dahyun mematikan pendingin udara sembari duduk di ruangannya. Dia sudah meminta kepada Manager Kim untuk dipesankan makanan karena pusing itu tidak kunjung mereda, disusul dengan perasaan tidak nyaman di perutnya. Rapat slash persidangan tadi masih saja terputar dalam ingatan. Dahyun tahu, akan ada ayah Seohyeon di sana, dan dia tidak menyangka dia benar benar dihadapkan pada situasi sulit tersebut dengan tatapan penuh penilaian dari mereka. Dia seperti objek yang diselidiki sampai ke akar.
"Kau akan dipindahkan ke divisi lain untuk sementara waktu."
"Apa yang kalian katakan?! Dia ini asistenku. Astaga! Aku keberatan!"
"Tuan Jimin, kau harus berpikiran jernih, ini demi baik reputasimu juga. Jika ada yang curiga mengenai Nona Dahyun, semuanya takkan selesai."
Dahyun hampir merasa ini setengah peringatan dan setengan pemecatan. Bukan hanya itu, dipindahkan ke divisi lain artinya mulai dari awal dan mungkin menjadi asisten atau sekadar pegawai biasa, atau bahkan staf junior, Dahyun masih harus membicarakannya nanti karena tadi dia sudah tidak tahan dengan rasa mual yang makin menjadi ini.
Dahyun menengok ke ponselnya, mendapati banyak pesan dari Chaeyeong. Sebagian adalah pertanyaan mengenai keadaannya dan bagaimana bisa penayangan tertunda, sisanya, Chaeyoung mendesak agar Dahyun mau cerita siapa gadis "misterius" yang punggungnya sudah tersebar di jagat maya. Alih alih membalas, Dahyun cepat mematikan daya ponselnya dan menghempaskan tubuhnya di kursi. Dahinya masih berkeringat dingin sedangkan telapak tangannya masih basah dan lengket pula karena keringat. Di toilet tadi, Dahyun terus cemas tidak karuan.
.
.
Empat hari berikutnya, Dahyun masih meraba raba pekerjaan barunya tersebut. Dia mirip anak magang, mondar mandir dengan setumpuk kardus berisikan file yang harus dicopi, menghampiri beberapa meja seniornya, bahkan masuk ke ruangan satu ke ruangan lain bergantian untuk sekadar mengambil berkas, mencetaknya, menjilidnya kemudian menyerahkan untuk ditandatangani beberapa pihak.
"Kau .. agak pucat," tegur Jiu, satu anak magang yang baru saja bergabung dan kini menyodorkan minum ke dekat Dahyun.
"Terima kasih."
Jiu menarik kursi agar Dahyun terduduk seraya menatap prihatin. "Aku sudah dengar gosipnya, Nona. Katanya, kau ini sebenarnya asisten aktor ya? Siapa dia? Apakah aktor terkenal di sini? Maksudku, aku tidak bermaksud tidak sopan. Hanya penasaran." Ia memelankan suaranya. "Sejak kau datang, kau jadi bahan pembicaraan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...