CHAPTER EMPAT
Staring At You
Dasar sinting! Dasar bodoh!
Masih dengan tubuh gemetaran dan napas berantakan, Dahyun berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ini. Tidak. Bagus. Dahyun sudah mendapatkan ruangan sepi agar mereka dapat membersihkan kemeja Park Jimin. Tapi, masalah lainnya adalah ini terlalu intens. Jarak yang terbentang begitu dekat, sampai Dahyun sangsi untuk bernapas. Dia berusaha keras untuk mengumpulkan sedikit saja keberaniannya, kemudian meraih tisu yang sudah dibasahi sedikit dan menggosokkan pelan ke bagian depan kemeja Jimin.
"Aku kedinginan, kau tahu," gerutunya.
Dahyun menundukkan wajahnya. Perasaannya masih tercecer, berantakan. Gadis itu berusaha menemuka nsuaranya yang tersendat. "Maaf ... sungguh, aku tidak bermaksud."
"Apakah aku perlu melepaskan kemejaku?"
"Ti .. tidak, jangan!" pekik Dahyun kemudian meneguk ludahnya. Dia mendekatkan wajahnya ke bagian depan dada Jimin yang masih terbalut kemeja saja sudah membuat jantungnya seakan akan meloncat keluar. Bagaimana jika Jimin melepaskannya? Pria itu ingin Dahyun pingsan di tempat? Dahyun meraih alat pengering rambut yang dia dapatkan dari kru yang tentu saja sempat bertanya bingung; untuk apa? Tanya mereka penasaran. Dahyun hanya berterimakasih lantas undur diri dari hadapan mereka. Di sinilah dirinya sekarang, terjebak dengan sang bintang yang kini nampak menekuk wajahnya dan terdiam.
"Aku akan berusaha menggantikan kemejamu."
"Harganya sangat mahal, apakah kau sanggup?" Jimin tetep duduk pasrah, membiarkan Dahyun terus mengeringkan dengan gerakan panik. Bahkan Jimin dapat melihat tangan Dahyun yang gemeteran, membuat dia menyembunyikan senyuman. Menyenangkan juga melihat Dahyun yang biasa bersikap sok dingin justru kalang kabut dan tidak berkutik di dekatnya. Jimin memiringkan wajah, dan menikmati bagaimana wajah Dahyun dari dekat. Dia menatap sepasang mata yang enggan menatapnya, hidung mancung, dan bibir yang membuka menggoda. Mungkin Dahyun tidak menyandari atau karena terlalu sibuk sampai mengabaikan, atau bahkan jangan jangan dia sadar? Hanya saja, Jimin memandang tanpa lepas bibir indah yang kadang digigit pelan oleh Dahyun itu.
"Kau .. sudah punya kekasih, Dahyun?" tanya Jimin dengan nada pelan, serupa bisikan.
Dahyun menggeleng kuat. "Untuk apa? Aku sibuk sampai aku pikir, mengurus diriku sendiri saja aku kepayahan." Dia bangkit untuk mengambil tisu lain, membuat Jimin mendongak. Posisi Jimin ambigu, bagaimana dia terduduk di kursi dan memancangkan tatapan lekat, dia seperti akan menerkam Dahyun kapan saja jika ada kesempatan. Dahyun cepat menggeleng lagi, dan membungkuk untuk mengusap noda yang masih agak lembab itu.
"Tertarik untuk punya kekasih dalam waktu cepat?" tanyanya, agak menggoda.
"Tidak."
"Itu tidak serepot itu apalagi kalau kekasihmu pun orang sibuk dan punya banyak orang untuk mengurus dirinya juga. Terlebih, dia juga punya jadwal perawatan rutin soal tubuhnya dan dia cukup sopan. Kadang, dia juga bisa mandiri dan hanya ingin diperhatikan sebentar saja. Dia kekasih terbaik, yang dapat diandalkan dan dapat membuatmu bahagia serta merasa berntung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...