CHAPTER DELAPAN BELAS
LITTLE FLOWER
Aku hanya ingin kau menunggu dan bersabar.
Jimin memandangi dirinya di depan cermin. Ada sedikit kekhawatiran. Akui saja, mengakui keinginan terpendamnya di hadapan orang lain adalah langkah yang terlalu gegabah apalagi jika orang itu nampak ragu akan Jimin. Tetapi, di samping itu, ada kelegaan yang meluap. Jimin membetulkan dasi putihnya, selaras dengan jas yang sudah dipesankan khusus untuk hari ini.
Kau tampan bagaikan pengantin pria.
Jimin tidak pernah salah jika sudah mempercayakan kepada timnya, termasuk juga ibunya yang langsung jatuh cinta dengan jas yang akan Jimin kenakan pada hari pemutaran perdanan filmnya ini. Devil On Me mungkin punya ceritanya sendiri. Jimin tetap merasa bangga akan pencapaiannya. Malam malam tanpa tidur, sakit kepala tidak berujung, bahkan lenyapnya nafsu makan karena berkutat dengan pelafalan serta penghafalan naskah akhirnya terbayar lunas. Jimin sudah senang mendapatkan kabar bahwa tiket ekslusif sudah ludes di menit menit awal baru dibuka, termasuk juga untuk tiket tiket lain untuk beberapa bulan kedepan. Antuasias sebesar itu adalah ambisinya waktu dia menjejakkan kaki di Akademi. Bertaruh dengan segenap usaha dan juga dirinya, dia pun di sini.
Ini jadi perjalanan yang manis sekarang.
Jimin ingin cepat menggapai gadis yang sudah dia jaga dan sudah dia inginkan tersebut. Mungkin, Jimin pikir Dahyun akan terkejut bahkan lebih terkejut bagaimana Jimin justru ingin agar hubungan mereka langsung ke jenjang serius saja. Jimin jengah bermain main karena di titik ini, rasanya pekerjaan sudah sangat menyulitkan dan kian menuntut waktu serta perhatian. Jadi, dia inginkan istri saja yang dapat memahami dan berjuang bersamanya. Istri yang menjadi penenang sekaligus teman terbaik untuknya.
Apakah aku akan muncul setampan ini di hari pernikahanku? Dengan setelah jas putih gading, bunga di saku, kemudian potongan rambut hitam rapi dan wajah berseri. Jimin mulai terbayang bagaimana ada banyak bunga besar di belakangnya, karpet yang tergelar sempurna, kursi kursi berhiasan cantik, seorang pendeta, musik pengiring dan juga dirinya yang gagah di hadapan altar. Dia akan siap menerima uluran tangan pria dari ayah calonnya kemudian mengucapkan janji sakral itu. Jimin pikir, itu bagian terindah dari segalanya.
Aku bersedia.
"Tuan, apakah Anda sudah siap? Anda sudah ditunggu." Manager Kim masuk menginterupsi lamunan singkat sosok itu.
Jimin mengangguk. "Yah, sebentar lagi. Terima kasih."
.
.
Ada acara konferensi pers setelah penayangan tersebut. Dahyun sudah hafal rundown untuk hari ini. Jadi, dia pun sudah tahu bagaimana acara demi acara perlu untuk diperhatikan dengan baik. Sekarang, belum apa apa dia sudah gugup setengah mati. Bagaimana dengan yang lain? Para pemain? Para kru bahkan orang tua dan kerabat mereka? Apakah segugup dirinya? Karena ayah dan ibu Dahyun tidak bisa datang, jadi dia mengandeng Chaeyeong yang tentu saja ditunjuk pula untuk mempersiapkan ballroom gedung tersebut. Dia dibantu kakaknya juga, dan dengan sangat cekatan membuat suasana megah dan khas warna putih anggun. Ada bunga lily putih dengan mahkota besar, hiasan mawar putih dan pita pita emas mengkilat di beberapa meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...