CHAPTER TIGA PULUH SATU
MISS YOU ALREADY
Dahyun pikir, dia cukup berani. Entah dalam mengambil keputusan atau menentukan apa yang dia inginkan. Seringnya, seperti itu. Tetapi, untuk kali ini, Dahyun merasa jalannya tidak sejelas hitam dan putih. Di titik ini, Dahyun hanya ingin mencari ruang dan waktu untuknya sendiri. Memang, kebanyakan orang akan berpikir dia berlebihan. Memang, karena mereka bukan yang merasakannya dan cenderung mudah menghakimi. Bukankah lebih gampang menilai orang lain daripada bercermin akan diri sendiri? Bukankah lebih mudah menyaksikan orang lain jatuh daripada merasakan sulitnya bangkit setelah jatuh? Hukum alam tersebut berlaku.
"Ini sangat disayangkan. Kau bekerja sangat baik, Dahyun," ucap Ketua Yoon kemudian memandanginya sendu. "Memang kau yang baru, dan memang kau paling sibuk tapi aku memperhatikanmu, bagaimana kau dapat membangun hubungan dengan yang lain dengan akrab, bagaimana kau mengatur banyak hal, bagaimana kau bersemangat. Kupikir, itu sudah menjadi kunci terbaik agar kau maju."
Dahyun tersenyum. "Terima kasih banyak atas semuanya. Hanya saja untuk beberapa bulan ini, saya memang ingin fokus dengan diri saya dahulu dan mungkin mulai usaha saya sendiri perlahan. Kalau memungkinkan, bergabung dengan perusahaan yang lebih dekat dengan tempat tinggal baru saya.'
"Oh, jadi kau akan pindah? Bersama keluargamu?"
"Belum sepenuhnya begitu. Tapi saya sudah memikirkannya, Tuan," jawabnya dengan senyum. Ibunya mungkin akan menentang. Dahyun merasa bahwa siapapun butuh waktu dan dia berhak untuk memutuskan kedepannya akan seperti apa. Bukankah yang merasakan hamil dan melahirkan nanti adalah dirinya? Tanggung jawab sebagai ibu bukan masalah sepele yang dapat diurus seperkian waktu. Ini tanggungjawab seumur hidup. "Saya harap semuanya berjalan baik di sini."
"Tentu saja," sahutnya dan mengangguk cepat. "Aku tadinya sudah menyetujui kalau kau dipindahkan lagi ke divisimu sebelumnya, setidaknya, kita masih satu kantor dan kau bisa mampir kemari kalau sempat."
"Terima kasih untuk itu."
Dahyun beralih kepada JiA yang langsung mendekapnya hangat. "Kau harus semangat, masa kontrakmu sebentar lagi kan? Aku harap kau mendapatkan hasil terbaik dan mendapat pengalaman baik selama di sini."
"Aku akan merindukanmu."
"Hubungi aku, oke?" Dahyun mengusap pipi gadis tersebut dan memandangi satu persatu wajah familiar yang kerap mengisi hari harinya. Seperti kemarin dia dipindahkan kemari, tanpa ada persiapan, tanpa ada pemberitahuan dan sekarang, dia sudah harus beranjak.
"Dahyun, aku mendukung apapun yang kau pilih."
"Jangan sungkan untuk berkunjung. Nanti kita makan bersama, oke?" ujar yang lain. Padahal, selama ini Dahyun tidak habis pikir bahwa seniornya dapat berucap semanis itu.
"Tentu."
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...