CHAPTER TIGA PULUH TIGA
KIM DAHYUN
Byundang menyimpan banyak memori masa kecilku.
Sebenarnya, aku sempat tinggal beberapa bulan di sana karena ada perternakan dan kebun apel milik nenekku yang sekarang dikelola paman, kakak tertua dari ayahku. Saat aku berusia sekitar delapan tahun, aku, ayah, ibu dan Yeesung juga akan tinggal di rumah nenek yang nyaman, mungkin akan ada hiruk pikuk kota, tapi seidaknya, tidak separah di Gangnam. Sekarang, aku mendadak rindu ingatan masa kecil tersebut, ketika aku diajarkan memasak, bertanam atau bahkan melihat beberapa sapi yang kerap diangkut untuk dibawa ke wilayah lain. Aku sempat berpikir kelak jika aku memang sudah berkeluarga, aku memang akan sebidang tanah,atau membeli rumah dekat sana kemudian membiarkan anak anakkuhidup dengan banyak kenangan manis seperti yang pernah aku cicipi.
Pelarian yang sempurna. Rumah yang nyaman.
Aku tidak muluk muluk. Jika keluargaku nantinya tercukupi dan hidup sejahtera, itu sudah lebih dari apapun. Mungkin aku akan bekerja di satu perusahaan, mungkin akan membuka bisnisku secara mandiri. Apapun itu, semuanya demi keluarga kecilku. Sekarang, mimpi itu seperti cemoohan dan lamunan kosong. Karena hidup ini tidak pernah terduga, bahkan aku tidak menyangka akan tersandung skandal dengan satu aktor panas terkenal. Aku tidak pernah menyangka bahwa anak dalam rahimku punya hubungan darah dengan Park Jimin, menyebut namanya sudah seperti menyombongkan banyak hal.
"Tetap sehat, oke? Ibu di sini." Aku mengusap perutku, menatap keluar jendela bus. Hari ini agak hangat,jadi aku mengenakan syal kemudian membawa ekstra pakaian hangat pula. Sementara itu, karena waktu membeli tiket yang berbeda, Dongwook berada di kursi lain dan saat kami bertemu pandang, dia melambai dan menarik senyum kecil.
"Aku sibuk di restoran, kau bersama kakakku saja kebetulan dia juga sedang hunting untuk cabang resto kami. Sekaligus mengajakmu jalan jalan juga."
Aku seharusnya tidak terkejut, Chaeyoung enggan pergi karena Mornhing Sunshine sudah pasti tidak akan lepas tangan begitu saja. Apalagi dia sudah mengklaim bayiku sebagai ponakan terlucunya. "Pokoknya, jangan pergi sendirian!" Yah, padahal, toh aku akan berkunjung ke rumah nenekku juga.
Dua jam berlalu, aku terkantuk kantuk dengan mata memberat. Beberapa saat, aku menguap seraya merenggangkan ototku sampai tidak sadar seseorang sudah berdiri di sisiku. "Sudah siap?"
Aku mengangguk. "Tentu!" Kami turun bersama, tidak lupa berbaris dengan yang lain untuk mengambil koper koper kami di bagasi bus. Aku hendak menarik koperku, tapi satu tangan besar sudah menahannya, Dongwook tersenyum. "Maaf.."
"Aku yang bawa. Jangan repotkan dirimu."
"Uh, oke?" kataku dan tersenyum. "Terima kasih."
Pria tinggi itu mengangguk, total ada empat koper yang dia seret bersamaan sampai roda roda bergemerisik nyaring melindas aspal aspal jalan. "Cari penginapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...