The Perfect Us - Chap 1

292 31 5
                                    

Chapter Satu

Melangkah masuk ke gedung Breakfast Buddy, Dahyun merasa lonjakan energi mengisi pembuluh darahnya. Rapat baru dijadwalkan jam sepuluh tapi Dahyun sudah muncul sejak pukul sembilan sembari mengajak pengasuh Jihyun yang baru namanya Nona Geum. Hari ini, Dahyun akan langsung ke lokasi syuting The Perfect Us sehingga dia butuh Nona Geum untuk mengasuh Jihyun. Meski bayi itu tidak rewel, setidaknya, Dahyun harus tahu putranya dapat dijaga dengan baik.

"Di sini," kata Dahyun sembari membukakan pintu untuk Nona Geum. Dahyun masih menggendong tubuh Jihyun dan duduk di satu kursi. Setelah Nona Geum bergabung, Dahyun pun menoleh. "Hari ini kau harus aktif mengabariku, meskipun tenda kalian tidak jauh dari set, aku harus tahu semuanya baik-baik saja."

"Tentu, Nyonya."

Dahyun tersenyum dan menatap ruangan tersebut. Kapan terakhir kali dia mampir kemari? Minggu lalu. Karena pengurusan sudah diserahkan kepada Chaeyoung, sedangkan Dahyun cuti sampai Jihyun berumur delapan bulan, Dahyun jadi jarang kemari. Yah, sebulan setidaknya tiga kali, tapi tetap saja, waktu sebelum dia dan Jimin menikah, setiap hari tempat inilah seperti rumahnya.

Dua sosok masuk ke ruangan, agak terlonjak dan cepat-cepat membungkuk kepada Dahyun. Disusul dengan tiga orang lain sampai akhirnya Chaeyoung dan Namjoon turut muncul. Setelah Chaeyoung menyerahkan kafe-kafe dan restoran kepada ibu dan kakak laki-lakinya, sekarang dia dan Namjoon akan fokus pada perkembangan Breakfast Buddy bahkan karena Namjoon mereka jadi punya lebih banyak donatur dengan lebih banyak akses ke luar negeri sehingga ada banyak dana lain yang mengalir di Breakfast Buddy seiring ada banyak project untuk para anak-anak dan ibu-ibu muda yang harus berjuang sendirian sebaai single parent.

"Kau datang! Astaga, apakah ini kesayanganku? Jihyunku?" Chaeyoung cepat menggendong tubuh Jihyun seraya menghujani Jihyun dengan banyak ciuman. Di sisi lain, Namjoon membungkuk singkat dan tersenyum kepada Dahyun.

"Selamat datang, Nyonya Dahyun."

"Terima kasih, Joon."

.

.

JiU meneguk sodanya cepat. Sejak kemarin, keluarga mereka jadi lebih heboh daripada biasanya. Tentu saja, itu semua karena sang ayah yang katanya sudah bergabung dengan proyek film. JiU sempat melaksanakan aksi mogok makan dan mengurung diri di kamar tapi setelah mendengar ayahnya akan membelikannya mobil dan juga ponsel keluaran terbaru, JiU pun luluh. Walau bibirnya masih cemberut, JiU sudah mau makan bahkan pergi ke sekolah.

"Yah, setidaknya bayarannya bagus."

Kalau bayarannya payah, JiU jelas akan lebih gesit mengecam proyek itu apalagi menjelang pemutaran perdana nanti pasti ada banyak gosip berhembus di sekolah termasuk para guru yang juga menyinggung film ayahnya itu. JiU tidak ingin terlalu mempermasalahkannya, toh dia juga tidak punya kendali apapun. Ayahnya sudah dewasa, punya pertimbangan dan dia bukan anak kecil di industri perfilman. Yang dia khawatirkan adalah ibunya, dia tidak ingin ibu bersedih kalau lihat ayahnya justru beraduakting dengan perempuan muda yang cantik.

Kalau sampai ayahnya tertarik di luar hubungan pekerjaan, JiU sudah siap menendang ayahnya jauh dari rumah. Tidak peduli kepada hadiah lagi tapi langsung tendang sampai ke Mars.

Jay berjalan di sisinya ketika mereka hendak ke kelas. "Wajahmu .. mengapa kusut?"

"Bukan apa-apa. Bagaimana harimu?"

"Hm, biasa saja." Jay menyenggol lengan JiU, usil. "Sore nanti ada pertandingan basket, mau bergabung? Aku pernah dengar katanya kau jago basket."

JiU mengerang samar. "Itu dahulu. Sekarang aku jarang berlatih." Kemudian, mereka berbelok sampai akhirnya Jay berditi tepat di depan JiU, menghalanginya. "Yak! Apa yang kau mau?"

Breakfast Buddy | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang