CHAPTER DUA PULUH SATU
SOMETHING
Butuh setidaknya satu sampai satu setengah jam untuk sampai ke wilayah Gwangyu. Mereka tidak banyak berbicara sebelum berangkat menuju bandara. Terlebih Dahyun pun mengambil waktu tersebut untuk memeriksa jadwal sedangkan Jimin sudah mendekap pinggangnya dan tertidur di sisi tubuhnya dengan menja. Kadang, Dahyun beranjak, Jimin sudah mengurungnya untuk duduk lagi hingga Jimin dapat mengeratkan tangannya dari selimut tersebut.
"Astaga, aku harus .."
"Jangan terburu buru, mengapa kau bekerja serajin ini sih?" Ia bergumam setengah parau.
Dahyun pun terduduk di posisi awalnya, dan dengan sedikit dorongan impulsif, dia justru mengusap perlahan rambut tebal Jimin. Wajahnya menunduk agar suaranya sampai di dekat pria tersebut. "Apakah kau selalu semanja ini, huh?"
"Aku ingin manja kepadamu saja, Dahyun."
"Cih, rayuan murahan itu tidak mempan," kekehnya dan akhirnya berhasil menyingkirkan tangan Jimin darinya agar dia dapat berdiri. Kadang, fokusnya jadi sering buyar kalau Jimin sudah ingin dekat dekat dengannya bahkan tidak segan untuk menempel seperti tadi. Di tengah mereka, jarak itu semu karena Jimin yang menghapus itu semua. Jimin memerangkapnya dari waktu ke waktu, tidak peduli bahwa Dahyun dalam mode bekerja tentu saja jadi sulit berkosentrasi kalau suara sendunya mengalun lantas melecutkan berbagai kalimat syarat akan godaan.
"Tuan jet pribadi Anda sudah siap. Mobil sudah siap dan kita akan segera berangkat" lapor Manager Kim di depan kamar mereka.
Dahyun bangkit memberesi laptopnya, begitu pun Jimin yang masih setengah menguap kemudian mulai mengenakan mantel. Beberapa orang membantu mereka untuk mengangkut koper ke dalam mobil. Dahyun diarahkan ke satu mobil hitam besar dan masuk lebih dahulu diikuti Jimin yang juga terduduk di sebelahnya. Manager Kim melongokkan wajahnya di pintu. "Apakah semuanya sudah siap?'
"Tentu."
Jimin mengangguk. "Pastikan kau tidak lupa menghubungi Tuan Jo untuk menjaga rumah dan juga Seohyeon.." Menyebut nama itu agak membuat Jimin tercekik. "Pastikan dia tidak berkeliaran di paviliunku itu, atau aku akan langsung memarahinya."
"Tentu saja, Tuan."
Jimin mengenakan sabuk pengamannya sesaat pintu bergeser dan tertutup. Dia melirik Dahyun yang tengah mengatur laptopnya, dan Jimin menahan tangan gadis itu hingga Dahyun menatapnya. "Aku tidak mau kau berpikir.."
"Soal apa? Seohyeon? Tenang, aku bukan tipe pencemburu," sahutnya cepat. Dahyun tersenyum kecil dan memposisikan joknya agar lebih nyaman.
"Syukurlah."
"Kau akan memutuskannya?"
"Aku akan menghubunginya setibanya di sana. Aku tidak mau membuat keriburan yang tidak perlu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfast Buddy | park jm ✔
FanfictionKim Dahyun pikir, kehidupan selepas kuliah adalah yang terbaik. Sampai akhirnya, realita menghempas keras; diprotes ibunya, diceramahi sahabatnya, digunjing seluruh keluarga karena tidak mendapatkan pekerjaan. Rentetan kesialan terus berlanjut hingg...