Carmen dan Stella terbahak begitu Coki bercerita kisah absurd Tata hari ini.
Cowok itu ditangkap oleh satpol pp karena dikira orang gila. Lalu menelpon Coki dengan suara frustasi sambil berkata, "wig lo pembawa sial. Gue ditangkep dikira orang gila."
"Emang lo cocok sih, Ta." tawa Stella masih belum reda sejak 10 menit yang lalu.
Tata cemberut sambil mencelupkan handuk kecil ditangannya pada air hangat. "Itu wig macem apa, sih?"
"Bukan wignya yang salah. Tapi emang muka lo aja yang cocok diseb--"
"Jadi lo ngatain muka gue? ngatain ciptaan tuhan? laknat lo!" Tata segera memotong ucapan Carmen sambil mengompres lebam diwajahnya. Sesekali cowok itu meringis dan teman-temannya akan tertawa mendengarnya.
"Btw, Ta! Catetan lo udah kelar belum?" pertanyaan mendadak Stella membuat wajah Coki seketika memucat.
"Kita besok bolos aja, Cok. Biar nulisnya besok aja, lusa paling kita masuk udah beres." ucap Tata santai.
"Semua mapel, emang lo bisa nulis semua dalem sehari?" tanya Stella kurang yakin.
"Lo aja bisa."
"Gue udah 5 jam tapi belum beres. Gue nunggak semua mapel dari 4 bulan. Yang selesai baru 2 mapel." jelas Stella tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang sedang ia isi dengan rumus-rumus fisika.
"Gue kayaknya cuma 2 bulan deh." ujar Tata mengira-ngira.
"Pembohongan publik, lo nunggak 5 bulan, bro. Kita barengan."
"Cuma lo aja kali. Gue mah aslinya sering nyatet." Tata tersenyum angkuh kelayar ponselnya.
Tak butuh waktu lama Coki segera mematikan sambungan teleponnya, membuat Tata terbahak.
"Lo bohong, ya?" tanya Carmen yang sejak tadi diam.
"Enggak. Gue emang sering nyatet, supaya bonyok gue ngira anaknya rajin belajar." jawab Tata jujur.
"Licik."
"Cerdik namanya."
"Lo enggak pinter, gak bisa disebut cerdik."
"Wah! sakit hati gue." Tata berakting seolah teraniaya membuat kedua temannya mengelengkan kepala mereka.
"Ta, cerita dong. Kok lo bisa dapet lebam gitu? orang gila kalau ditangkep, kan, masuknya rumah sakit jiwa bukan penjara." tanya Stella setelah memperhatikan wajah Tata dengan jelas sejenak.
"Gue sempat berontak waktu dibawa satpol pp, terus kejedot tiang mobil mereka. Waktu kejedot itu gue sempet oleng, terus gak sadar jatuh dari mobil, pipi gue langsung nyium batu bata disana. Gak tau orang gila mana coba yang nyimpen bata di pinggir jalan. Untung gue enggak amnesia."
"Miris banget hidup lo." Stella terkekeh bahagia mendengar penjelasan temannya itu.
Sedangkan Carmen memasang wajah berpikir, "coba jawab ya, orang pinter kalau amnesia dia masih pinter, enggak?"
"Ngapain lo nanya gitu?" seru Tata.
"Gue takut udah sekolah tinggi-tinggi terus dimasa depan nanti kena amnesia. Amit-amit, deh " ujar Carmen mengundang gelak tawa Stella.
"Gak apa kali, lo ulang PAUD lagi di tadika mesra."
"Heh! Tadika mesra itu TK." koreksi Tata.
"Eh? PAUD yang bener."
"Lo enggak pernah nonton upin ipin, ya? mereka itu TK."
"Mereka masih imut, berarti PAUD."
"Mana ada anak PAUD puasa full."
"Ada dong."
"Ngadi-ngadi nih orang."
Dan begitulah hari Carmen ditutup. Dia jatuh tertidur dengan perdebatan Stella yang bersikukuh dengan opininya bersama Tata yang tak mau kalah debat.
••••
Hari ini jadwal Hayden yang membuntuti teman-temannya.
Sejak dulu mereka selalu pergi gym bersama. Meskipun dirumah Hayden ada ruang khusus untuk gym tapi tempat ini tetap menjadi pilihannya bersama teman-temannya setiap 2 minggu sekali.
"Gue kira lo udah mutus pertemanan karena cewek centil itu." Bimo tersenyum miring sembari memainkan barbel ditangannya.
Hayden mendengus tanpa membalas perkataan itu. Ia mengalihkan perhatiannya pada Revan yang berlari diatas treadmill. Bukannya marah, Revan justru ikut tersenyum penuh arti pada Hayden.
"Apa?" tanya Hayden yang heran dengan senyuman itu.
Revan menghentikan aktivitasnya lalu berjalan pelan kearah mantan temannya. "Gue tau lo kesini buat apa. Gue gak sebego itu."
Dahi Hayden berkerut. "Olahraga."
Revan menggeleng, ia semakin mendekat pada Hayden lalu membisikkan sesuatu. "Lo dan sekumpulan sampah busuk itu lagi mata-matain gue, kan?" Revan tersenyum miring.
Namun senyumnya segera memudar saat Hayden untuk pertama kalinya membalas dengan senyum serupa. "Dan?" tantang Hayden.
"Sia-sia." jawab Revan.
"Gak ada yang mustahil."
"Emang. Tapi dengan partner sekumpulan sampah lo itu, apapun bisa jadi mustahil." ucap Revan sambil terkekeh. "Nyamar aja gak becus, sampai ditangkep satpol pp segala."
Hayden mengerutkan dahinya. Ia belum dengar hal itu dari siapapun. Yang ia tahu kemarin Davian dan Tata yang mengikuti Revan.
Sepertinya dia tahu siapa yang ditangkap satpol pp itu.
"Gue nitip ucapan makasih ke dia. Kalau bukan karena kejadian dia kemarin gue enggak bakal tau rencana busuk lo."
"Nikam temen sendiri." desis Revan sebelum berjalan meninggalkan Hayden yang terdiam.
••••
"Dia tau."
"Siapa?" tanya Davian heran.
"Revan." jawab Hayden pelan.
Saat ini mereka berada di sebuah cafe yang cukup sepi. Hayden memutuskan untuk menjalankan rencana tanpa teman-teman Carmen, karena insiden Tata kemarin.
"Maksud lo dia tau kalau lagi dimata-matain?" tanya Davian memastikan asumsinya atas penjelasan yang tidak jelas dari Hayden.
Hayden mengangguk. "Dia liat Tata yang nyamar."
Davian mengumpat sejenak. Sebelum terdiam beberapa saat kemudian.
"Sebenarnya kemarin gue dapet bukti transaksi Revan. Tapi anehnya dilakuin ditempat terbuka."
"Tempat terbuka kadang lebih aman untuk tidak dicurigai." seru Hayden membuat Davian mengangguk.
"Gue udah lacak mobil yang lakuin transaksi itu kemarin. Mobil itu ada dirumah tua pinggir kota. Didalem gang gitu. Enggak jelas juga sih, gue cuma track seadanya terus pake google maps buat liat visualnya." Davian terhenti sejenak. "Orang yang mondar-mandir dirumah itu cuma 1 orang tapi selalu pakai topi, badannya keker. Dan dia keluar rumah hari ini pukul 12 siang dan balik tadi jam 8." jelas Davian panjang lebar.
"Kita kesana?" tanya Hayden spontan.
Davian melotot. "Masih banyak rencana lain selain itu."
Hayden menaikkan sebelah alisnya. "Cara paling gampang di otak gue cuma orang itu bukti terbesar kita."
Davian berdecak. "Lo enggak bisa apa cek hp temen lo, liat isi percakapannya."
Hayden menggeleng. "Mustahil."
Davian menghela nafas mendengar itu. Namun kemudian...
"Gue tau kita harus apa."
••••
Vota & commenta, ya gengs😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy & Weird Girl
HumorAnak nakal, tukang gosip, langganan bk, dan bermulut tanpa saringan. Paket lengkap dari Carmen Aninlyvia. •••• Hayden suka ketenangan dan tak suka perubahan. Tapi semenjak Carmen menerobos kedalam hidupnya, semuanya berbeda. Dan ia tak suka itu.