Fish is A Cat

18 2 0
                                    

Davian menghitung jumlah murid yang keluar dari sebuah sekolah.

34, 35, 36, 40, 59....

Tak ada tanda-tanda Carmen akan menampakkan batang hidungnya dari gerbang sekolah.

Davian mendengus sebentar lalu mengeluarkan ponselnya. Berniat ingin menelpon Carmen agar cewek itu segera keluar. Bisa lumutan ia menunggu terlalu lama.

Namun gerakannya terhenti kala matanya menangkap presensi seseorang yang dibencinya. Seseorang yang dulu sangat dekat dengannya selayaknya saudara, namun berkhianat dengan kejam.

Nyawa dibayar nyawa.

Prinsip Davian, tak pernah berubah.

••••

Kerutan dikening Carmen tampak terlihat jelas begitu mendapat keberadaan mobil porsche berwarna merah yang akhir-akhir ini sangat familiar dimatanya.

"Davi? ngapain dia? jadi ojol?" Carmen berjalan kearah dimana mobil itu terparkir lalu mengetuk-ngetuk kaca jendela.

Begitu Davian menoleh, cowok itu langsung menurunkan kaca mobilnya sambil menyuruh cewek berambut kemoceng itu masuk.

"Gue kira lo kerja sampingan jadi ojol." ucap Carmen santai begitu bokongnya mendarat di jok penumpang samping kemudi.

Davian memutar bola matanya kesal. "Supaya lo gak keluyuran lagi."

"Lama-lama lo mirip bokap gue." celutuk Carmen asal sambil membuka dashboard mobil dan mengeluarkan cermin dari sana.

"Gue belum tua." ujar Davian sambil menjalankan mobilnya. "Lagian gue juga ogah punya anak kayak lo." lanjutnya dengan tidak berperasaan.

Carmen yang sedang mematut dirinya dicermin menoleh tajam. Memang siapa juga yang mau punya ayah seperti orang disampingnya ini? jika saja cowok itu bukan majikannya, mungkin Davian sudah ditendangnya keluar sedari tadi.

"By the way, yang kemarin itu siapa? yang nganterin lo." tanya Davian tanpa melirik Carmen.

Carmen mengernyit sebentar. "Yang nganter gue pulang?" tanyanya dibalas anggukan oleh Davian. "Hayden." jawabnya acuh tak acuh.

"Pacar lo?" tanya Davian lagi.

"Maunya sih, gitu." gumam Carmen pelan.

Davian melirik sebentar cewek disampingnya penuh minat. "Lo suka sama dia?"

Carmen mengedikkan bahu. "Awalnya gue suka gangguin, lama-lama jadi kebiasaan gue. Kira-kira gue beneran suka apa enggak, ya?"

Davian mengernyit sambil sesekali melirik cewek itu bingung. "Kok nanya gue? emang gue cenayang, bisa tau perasaan lo gimana."

Dengusan Carmen terdengar. "Ya seenggaknya lo bisa ngasih gue pendapat."

"Ogah!"

"Terus ngapain sok-sokan nanya kalau ujung-ujungnya ngasih pendapat aja gak mau." cibir Carmen sambil mengembalikan cerminnya ke dashboard.

Davian mengedikkan bahunya acuh tak acuh lalu tersenyum simpul. "Gue laper, masakin gue, ya. Gue mau masakan rumahan sesuai janji lo."

"Lo hamil, Dav? Ngidamin masakan rumahan terus." tanya Carmen agak heran dengan permintaan Davian.

"Lo gak boloskan, waktu sekolah. Cowok tuh gak hamil, dodol."

"Bolos dong. Masa enggak?"

Ckiittt!!!

"Adoohh Davian! lo kalau gak tau bawa mobil gak usah sok-sokan, deh. Benjolkan gue," protes Carmen sambil mengusap kepalanya yang terbentur kaca.

"Lo yang sok. Sok gak mau sekolah. Emang lo udah sepinter apa sampai sekolah aja gak becus?!" balas Davian sengit.

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang