Being a Hero

2 1 0
                                    

"Lepas! Le....pas...in nghh...." Tata memberontak. Tubuhnya diangkut layaknya karung oleh salah satu preman bertubuh besar yang mengejarnya.

Setelah puas mengeroyoknya. Mereka memutuskan membawa Tata ke rumah sang bandar untuk ikut menemani Davian, kata mereka.

Tubuh Tata sudah tidak kuat untuk memberontak. Berbicara pun rasanya sudah kelu. Lebam dan darah mengalir dari wajah dan tubuhnya.

Mereka benar-benar dendam karena lemparan batunya tadi. Padahal batu yang dia lempar hanya satu. Bagaimana jika lebih?

Pintu terdekat adalah lewat belakang. Dan pintu belakang rumah ini ada di lantai dua yang mengharuskan mereka melalui tangga berputar dulu untuk masuk kedalam rumah.

Desain yang unik. Andai ini keadaan normal, sebenarnya Tata ingin mengapresiasi desain rumah ini. Tampak menyeramkan namun rumit dan mewah, baginya.

Disisi lain, Hayden berusaha mencari balkon yang sempat dilihatnya tadi sambil berusaha sembunyi dari preman yang mencarinya di lantai tiga.

Jumlah mereka sebanyak apa? Kenapa seperti tidak ada habisnya?

Hayden menghela nafas lelah lalu merunduk, bersembunyi dibalik sofa ruang tengah di lantai tiga. Salah satu preman yang mencari baru saja lewat dengan sebuah kapak ditangan.

Hayden menelan ludahnya gugup. Dia suka film action. Selama ini bermimpi jadi salah satu tokoh penting didalamnya. Dan sekarang sepertinya terkabul.

Lain kali sepertinya ia harus berhati-hati dalam membuat imajinasi atau bermimpi.

Beberapa tapakan kaki terdengar naik ke lantai 3. Bulu kuduknya meremang saat bunyi tapakan itu terdengar melewatinya.

Dengan segara ia mengawasi sekitar lalu kabur ke lantai 2. Sepertinya lebih aman.

Brakk!

Sekonyong-konyong pintu didepan tangga terbuka. Tampak 3 orang preman masuk dengan Tata berada dibahu salah satunya.

Tubuhnya membeku. Terkejut dengan kehadiran Tata serta terpaku. Otaknya seperti blank harus melakukan apa. Para preman itu belum melihat dirinya. Hanya saja, tubuhnya terpaku di anak tangga terakhir tanpa adanya keinginan untuk bersembunyi.

Tepat sebelum salah satu preman itu menoleh kearahnya, tangannya lebih dulu ditarik seseorang kesamping. Bersembunyi dibalik pintu kamar yang tepat berada disamping tangga.

"Kenapa?" Tanya salah satu preman itu.

"Gak tau. Gue kayaknya tadi ngeliat ada bayangan disana." Gumam preman yang hampir melihatnya tadi.

"Halah! Mungkin itu efek mata kau lebam dilempar batu sama curut ini." Preman yang mempotong Tata berseru. Ia lalu menggelengkan kepalanya sambil lanjut berjalan. Membawa Tata ke lantai satu. Tempat mereka menyekap tawanan mereka.

"Enggak. Tadi gue emang ngerasa ada yang berdiri disana." Bantah preman yang tadi.

"Samperin sana! Kalau hantu ajak selfie." Ujar temannya lalu beranjak dari sana.

Preman bermata lebam itu mengernyit. "Hantu?" Ia bergidik ngeri. Segera ia pergi dari sana.

Disisi lain. Hayden menghembuskan nafasnya bergemuruh. "Ngapain kesini?!" Bisiknya marah.

"Nyelamatin kamu." Jawab Carmen kalem. Matanya menatap khawatir pada Hayden dari atas kebawah. "Kamu abis mandi darahnya siapa?" Tangannya menyentuh kaus Hayden bagian dada. Seperti ada sayatan disana.

"Tempat ini bahaya. Bukan waktunya bercanda!" Desis Hayden sambil mencengkram tangan Carmen. Menjauhkannya dari tubuhnya. "Gue kesini buat nyelamatin Davian. Bukan menjerumuskan diri bareng elo."

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang