Come Back Home

12 4 0
                                    

Carmen melongo mendengar penjelasannya.
"Dengan kata lain mereka pasti udah hapus jejak sebelum kita bisa dapet, gitu?"

Semua orang menatap Carmen aneh. "Kenapa? emang bener, kan? enggak mungkin dong mereka mau ninggalin jejak setelah ada kasus ini?"

~~~

Hayden mengangguk. "Gak cuma itu. Mereka alihin buktinya ke lo."

Stella terperangah, Davian menggeram marah, Coki melotot, dan Tata...

"Temen lo bangke semua." cowok itu bangkit dari sofa dan menendang tas Stella yang berada didekat kakinya.

"Emang." balas Hayden kalem.

"Terus kita harus ngapain sekarang? Carmen mau enggak mau pasti harus tes narkoba. Kita enggak bisa yakin hasilnya negatif karena..." ujar Coki sambil menggantung kalimatnya. Cowok itu melirik kearah Carmen yang tersenyum miris.

"Gue sempet hirup bubuknya."

"Emang ngaruh, ya, kalau cuma hirup dikit?"tanya Stella.

"Enggak tau. Fifty-fifty," sahut Davian.

"Lo tau mereka dapet barang-barang itu darimana, enggak?" tanya Tata menatap Hayden yang kini terdiam.

Hayden menggeleng. "Tapi tadi gue denger ... mereka bahas udah janji alihin bukti nyelamatin kedua belah pihak."

"Otomatis bukti itu bisa aja mengarah ke Carmen. Karena sekarang yang dituduh lagi Carmen." sambung Tata seraya mengumpat dalam hati.

"Bisa enggak, lo tanyain temen-temen lo itu buat arahin bukti jangan ke Carmen? ke siswa lain yang nakal, gitu." tanya Stella pelan.

"Dan orang gak salah lainnya yang bakal kena?" tanya Coki.

"Kalau anak nakal bisa aja, kan, mereka emang pake." ujar Stella.

Coki tersenyum simpul. "Itulah yang dipikirin sama guru-guru juga. Liat Carmen dan temen-temennya, lo, gue, Tata. Kita semua langganan BK. Terus ditambah Davian sebagai walinya. Artis ... dunia yang hal terlarang udah jadi makanan kesehariannya." Coki diam sejenak. "Predikat anak nakal tuh sama kayak artis. Salah dikit langsung dapet hukuman. Berulah dikit langsung ditau banyak orang. Dan sulit buat dipercayain."

Davian tersenyum samar kearah Coki. "Gue tau arah pembicaraan lo."

Coki mengangguk dengan senyum lebarnya. Carmen disampingnya mengerutkan dahi, "apa?"

"Jadi gini, kalau kita yang nunjukkin bukti atau kesaksian pasti enggak bakal ngaruh. Tapi kalau Hayden ... mungkin bakal ngaruh." jelas Coki sambil melirik hati-hati Hayden yang sedang sibuk mengompres wajahnya yang luka. Takut-takut jika cowok itu menolak.

"Buktinya?" tapi secara tidak terduga cowok itu justru bertanya.

Hening sebentar, sebelum Stella menatap antusias kearah Davian. "Lo punya koneksi, kan, buat cari tahu siapa aja pengedar obat-obatan terlarang ke sekolah?"

"Butuh waktu lama."

"Enggak pa-pa. Yang penting kita tau dulu dan--"

"Pengedarnya pasti bakal tutup mulut, pengharum ruangan." ucap Tata sambil berdecak.

"Dengerin dulu, curut!" Stella melotot kearah cowok itu sambil menjelaskan. "Kalau kita udah tau siapa pengedarnya kita tinggal cari tau data-data si pengedar itu. Semacam setoran rekeningnya gimana atau bisa aja ... dalam beberapa hari kedepan atau minggu kedepan salah satu temennya Hayden bakal berurusan lagi ama pengedar itu buat minta."

"Dan disitu kita bisa dapet bukti." lanjut Stella bangga dengan idenya.

Davian tersenyum. "Bener. Anak nakal kayak mereka pasti udah keseringan make. Dan ... pasti bakal beli lagi. Gini aja, seperti yang dibilang Stella tadi, gue bakal cari tau siapa pengedarnya tapi kalian juga harus ikutin jejak temen-temen laknat Hayden selama kasus ini masih jalan."

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang