Being Protective

18 1 0
                                    

"Gaji lo bulan ini gue potong!" putus Davian begitu mereka masuk kedalam apartemen cowok itu.

Carmen menunjukkan wajah memelasnya. "Tapi Dav--"

"Gak ada tapi-tapian." potong Davian cepat. "Gue tadi chat lo udah hampir jam 4 Terus sekarang liat! ini udah jam 6."

"Jalanan macet, Dav. Lo mestinya ngerti, dong. Gue naik motor, bukan baling-baling bambu,"

Davian mendelik, "jadi lo mau alasan-alasan lagi jalanan macet? besok-besok kalau telat pulang lagi, apa alasan lo? ketemu kucing mati dijalan, ketemu orang gila, atau apa?!"

"Nyelamatin ikan yang tenggelam." gumam Carmen pelan sambil menunduk. Tapi Davian dengan telinga super tajamnya masih bisa mendengar dengan jelas.

"Fix, gaji lo bakal kepotong." Davian beranjak menuju kamarnya.

Carmen segera menggeleng sambil menahan lengan cowok itu. "Gak bisa gitu, Davi. Gue juga butuh uang didunia yang keras ini." ucapnya dramatis.

"Dunia keras? emang. Elo tau lo butuh uang. Tapi masih aja keluyuran. Ninggalin pekerjaan lo yang seharusnya." Davian melepas cengkraman Carmen pada lengannya. "Niat gue lo kerja sini selain bantu elo, gue juga bisa makan makanan rumahan setiap pulang kerja. Gue bosen delivery terus. Dan lo buat gue delivery lagi tadi."

"Ya ... maaf. Gue gak bakal gini lagi, deh. Serius." Carmen memejamkan matanya sambil membentuk peace ditangannya.

Davian berdecak sebal, "gaji lo bulan ini gue potong jadi 1,2 juta." Carmen membolakan matanya pada cowok itu.

"Setiap lo gak kerja tugas, gaji lo bakal terus kepotong. Jadi maksimalin gak ada tugas yang lo gak kerja." Davian berhenti sejenak berbicara, menatap Carmen yang menatap horor kearahnya. "Gue bakal bebasin lo dari tugas kalau misalnya lo punya tugas sekolah. Tapi itu pun harus lo kerjain disini. Gak boleh diluar. Kalau diluar sekalipun, gue mau lo pap setiap 30 menit sekali. Supaya gue percaya kalau lo emang lagi kerja tugas sekolah, bukan keluyuran. Terus--"

"Lo mau jadi Bokap gue, Dav?" tanya Carmen dengan wajah melongo. "Bokap gue aja gak pernah se-protective ini sama gue."

"Makanya lo udah gak terkontrol." jawab Davian cepat. Cowok itu menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan petuahnya, "terus kalau lo kerja kelompok diluar, ponsel lo harus tetap aktif. Harus balas chat gue biar bisa kekontrol. Dan gue gak mau tau alasan lo!" setelah mengatakan itu Davian masuk ke kamarnya meninggalkan Carmen dengan tatapan nelangsa gadis itu pada pintu kamarnya.

••••

Hayden menghembuskan nafas putus-putus sambil memegang samsaknya. Teringat kejadian tadi.

Davian menggeleng-geleng sambil menatap Carmen dan Hayden. Lalu cowok itu masuk tanpa sepatah kata membuat Carmen panik. Cewek itu langsung mengucapkan terima kasih dengan terburu-buru sambil menyodorkan kembali helm pada Hayden, lalu berlari masuk mengikuti Davian.

"Davian Remoles. Long time no see," tanpa sadar Hayden mengeluarkan smirknya.

Knock ... knock .... knock....

"Hayden?" suara wanita paruh baya terdengar dari balik pintu.

Hayden segera beranjak untuk membukanya. Dibaliknya terdapat sang ibu dengan senyuman lembut menatap kearahnya dengan nampan berisi segelas susu serta kue kering.

"Anak mama masih olahraga jam segini?" tanya ibunya sambil menggeleng-geleng. Beliau berjalan masuk meletakkan nampan bawaannya keatas nakas kamar Hayden. "Pakai baju kamu, Den. Cuaca malam ini dingin. Mama gak mau kamu sakit."

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang