"Jadi apa Carmen juga sering memakai narkoba diluar sekolah atau tidak?"
"Anda yakin, tidak tahu tentang hal ini?"
"Tak ada alasan yang bisa menyelamatkan anak ini. Dia memang terkenal nakal dan kurang ajar. Masuk akal saja jika memang menjadi pengguna obat-obatan."
"Bagaimana bisa Anda yakin Carmen tak menggunakan obat itu? sedangkan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri Carmen menghirup bubuk itu di gudang belakang."
Davian menghela nafas. Kenapa guru-guru disini begitu bernafsu menyudutkan Carmen sebagai pemakai obat-obatan?
"Pak! saya sudah bilang, saya kenal betul Carmen. Dia memang nakal dan menyebalkan, tapi gak pernah melewati batas kayak yang bapak tuduhin?" jelas Davian penuh emosi. Cowok itu harus menunda jadwal shootingnya demi mendekam diruangan ini selama 2 jam.
Iya, ia telah diinterogasi selama 2 jam. Di ruang BK.
Bukan kantor polisi saja lamanya sudah seperti ini. Membuat pantat Davian pegal saja duduk terus.
"Tapi Anda juga artis. Bisa saja juga menjadi pengguna, kan." seru guru wanita berbaju pink fanta yang menjadi satu-satunya pemandangan paling nyentrik diruangan ini. "Bisa saja Anda yang mengenalkan Carmen pada obat-obatan terlarang. Lalu membelanya saat kedapatan, agar Anda yang ditelepon paksa tidak kedapatan juga." asumsi konyol guru itu.
Baru Davian akan menjawab sebelum tawa hambar Carmen terdengar dari pojok ruangan.
"Ha ... ha ... ha..." Carmen menatap lantai dengan kosong. Lalu, mengalihkan pandangannya pada guru itu. "Ibu salah jurusan ya, waktu kuliah. Ibu cocoknya jadi jaksa."
"Diam kamu!" bentak guru-guru itu.
Davian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Bapak dan ibu ... saya minta maaf kalau perkataan saya ini akan menyinggung kalian. Tapi tuduhan kalian itu tidak benar. Coba kalian pikirkan, bisa saja ada anak lain yang memakai obatnya lalu meninggalkan di gudang yang bapak bilang tadi. Dan Carmen menemukannya dan--"
"Mulai mengarang." guru berbaju pink itu tersenyum angkuh. "Hebat sekali!"
Pak Setno diam sambil berpikir sejenak. "Kita langsung lapor polisi saja kalau begitu."
Mata Davian membulat. Bisa rusak reputasinya jika ia juga ikut terseret kasus ini. Dan juga masa depan Carmen juga akan bagaimana nantinya.
"Perbuatan Anda ini tidak benar, pak. Meskipun Anda guru, bukan berarti Anda bisa seenaknya menuduh murid Anda dengan tidak jelas seperti ini." Davian mulai menaikkan oktaf suaranya. Emosi jelas tampak dari wajahnya.
"Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, dia menghirup bubuk obat itu." pak Setno menatap nyalang Davian sambil menunjuk-nunjuk Carmen.
Dari luar ruangan, keadaan sudah sangat riuh. Satu sekolah gempar dengan berita ini. Hampir semua siswa ikut menunggu disekeliling ruang BK. Bahkan segerombolan pelaku yang sebenarnya juga ikut.
Stella menggigit bibirnya gelisah. Menatap Coki dan Tata yang tak kalah gelisahnya. Mereka percaya Carmen tak mungkin melewati batasnya. Ini pasti hanya akal-akalan para guru agar terbebas dari anak nakal seperti Carmen.
"Gimana bisa coba?!" Tata mengacak rambutnya frustasi. Ia sudah menunggu didepan ruang BK selama 2 jam ditemani bisik-bisik hampir satu sekolah.
"Bokapnya mana? kok yang dipanggil malah orang lain?" tanya Coki merasa aneh dengan kehadiran orang asing yang menjadi wali Carmen.
Stella menggeleng tanda tidak tahu. Jujur saja ia juga merasa aneh. Tapi kalau Davian bisa membantu, ya tak apa.
"Coba telpon bokapnya. Mungkin aja guru-guru didalem jadi lembek. Bokapnya Carmen, kan, penyumbang dana disini. Mereka pasti gak mau sumber uang hilang." ucap Tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy & Weird Girl
HumorAnak nakal, tukang gosip, langganan bk, dan bermulut tanpa saringan. Paket lengkap dari Carmen Aninlyvia. •••• Hayden suka ketenangan dan tak suka perubahan. Tapi semenjak Carmen menerobos kedalam hidupnya, semuanya berbeda. Dan ia tak suka itu.