How to Escape

3 1 0
                                    

Stella berjalan santai sambil menenteng kresek berisi botol plastik bekas. Cewek itu sebenarnya tak tahu mau kemana. Tapi ikut saja pada ucapan Coki.

"Eh?" Mata Stella memicing melihat beberapa orang tampak bersembunyi dibalik tong sampah. "Kalian siapa?"

Bulu kuduk Stella merinding seketika. Apa semudah ini dia ditangkap? Oleh anggota si bandar itu?

Tak butuh waktu lama untuk berpikir, cewek itu segera berlari menjauh. Kembali ke mobil mungkin pilihan yang bagus.

"Eh. Tunggu!"

Itu teriakan perempuan. Stella menghentikan langkahnya lalu berbalik.

Cantik sekali. Pakaiannya kelihatan mahal. Dua hal itu langsung terpikirkan olehnya. "Lo siapa?"

"Viana." Viana berjalan maju menghampirinya. "Gue kesini bareng Hayden."

Stella meneguk kasar ludahnya. Ia kenal cewek ini. Tunangan Hayden sejak beberapa hari yang lalu. "Ikut nyelamatin Davian?" Alis Stella terangkat sebelah. Presensi bodyguard Viana tak dapat ditutupi oleh tong sampah. Bodoh sekali.

Viana mengangguk. "Mereka masih didalem. Kamu nyelamatin aja sana!" Viana menunjuk sebuah lorong panjang disamping kirinya dengan dagu.

Stella menoleh ke lorong itu. Jadi itu jalan masuknya? Kenapa ia tak menyadarinya?

"Terus gunanya bodyguard lo apa?" Tanya Stella sambil berkacak pinggang.

"Lindungin gue, lah." Viana mengibas rambutnya santai.

"Kalian bakal diem kayak gini terus? Sampai kapan?" Stella menatap penuh ledekan pada para bodyguard bertubuh besar itu.

Mereka saling bertatapan sejenak lalu menoleh pada majikan mereka. "Bos! Biarin kita masuk kedalem nyelamatin tunangan bos."

Viana mengernyit. "Nanti yang jaga gue siapa? Udah diem. Disini aja, kita nunggu Hayden."

Stella menggeleng-geleng sambil beranjak dari sana. Meninggalkan sekumpulan orang idiot itu.

"Ngapain Viana disini?" Tanya Carmen yang rupanya bisa mendengar percakapan mereka.

"Idk. Mungkin diminta bantu sama Hayden tapi justru gak guna." Jawab Stella cuek

"Hayden berharap ke orang yang salah." Tawa meremehkan Tata terdengar.

Ia melangkah dengan santai memasuki lorong itu hingga menemukan halaman depan sebuah rumah berlantai 2 yang tampak sepi.

Ia menghentikan langkahnya sejenak sambil memerhatikan sekeliling.

"Aargh!"

Mata Stella terbelalak. "Itu suara Davian, kan?"

"Kita gak denger." Jawab Tata cuek.

Stella memutar bola matanya kesal. Lalu melanjutkan kembali langkahnya kearah pintu utama markas itu.

"Gue kesini bakal ngapain, ya? Kok lupa?" Gumamnya pelan.

"Cari keributan." Jawab Tata.

"Tapi tadi teriakannya Davi udah ribut."

"Bukan ribut kayak gitu."

Stella mengernyit. Tangannya berhenti terayun kearah gagang pintu. "Terus kalau kalian berhasil nyelamatin Davi. Gue gimana?"

"Lo nemenin gue di rumah sakit." Jawab Carmen emosi.

Ditempat keduanya, Carmen dan Tata tak henti berdebat.

"Lo yakin motong kabel listrik gak bikin gue mati?"

Tata terdiam sejenak. Sebenarnya dia juga tidak yakin. Ia hanya terbiasa menonton film dimana bom dimatikan dengan memotong kabel.

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang