Real Date (?)

17 2 0
                                    

Akhirnya, setelah berdebat hebat dengan Hayden -yang irit bicara tapi entah mengapa menjadi cerewet mengenai motornya ditinggal saja atau tidak- berhasil menghabiskan keputusan.

Motornya dititip ke kantor polisi terdekat dengan alasan ingin waktu kencan mereka tidak dihabiskan di jalanan saja.

Siapa yang menitipkan? tentu saja Carmen. Hayden hanya dipintu. Kadang hanya masuk untuk menunjukkan SIM atau STNK.

"Untung gue kurus. Kalau gak, mungkin gue nyangkut." kecil lorong itu memang hanya beberapa centi saja. Suasananya juga gelap padahal masih siang.

Hayden mendengus dibelakang Carmen. "Gue nitip lo ke polisi juga."

Carmen terkekeh, "gak ikhlas banget jalan kaki. Bukannya lo sendiri yang bilang, ujung lorong ini langsung tembus ke lobby belakang mall."

"Bukan itu."

"Terus? Oh ... gue tau," Carmen tersenyum simpul. "Motor lo kan?"

"Tenang aja sih. Polisi gak bakal nyuri motor lo. Kalau dia yang nyuri, yang ngejar dia siapa?"

Hayden tak menjawab. Bukannya tak tahu ingin membalas apa, tapi jika gadis itu terus dibalas, gadis itu akan semakin membuat dirinya emosi saja.

"Gue liat cahaya diujung. Apa itu cahaya surga?"

"Kok surga berpolusi, ya?"

Karena tak ada balasan, Carmen berhenti berjalan dan menoleh sejenak ke belakang. "Lo masih nafas kan, Day?"

"Hm."

Carmen mengangguk lalu melanjutkan kembali jalannya hingga sampai diujung lorong. Hayden benar. Lorong ini tembus ke jalan yang mengarah ke lobby belakang mall-nya.

"Kita sampai..." seru Carmen senang sampai melompat-lompat kecil.

"Ssstt ... jangan kampungan." Hayden berbisik lalu menarik tangan Carmen menyebrang jalan dan berjalan cepat masuk kedalam lobby, dan segera menuju toilet terdekat.

Memperbaiki penampilan yang berantakan itu perlu.

"Lo kebelet, ya?" tanya Carmen polos.

"Enggak." jawan Hayden cepat. "Lo buluk. Rapiin penampilan sana!" Hayden mendorong pelan Carmen ke toilet perempuan setelahnya, ia masuk ke toilet laki-laki.

Saat masuk, Carmen langsung tertegun. Banyak perempuan dengan tampilan modis didalam. Bahkan cleaning service-nya saja tampak jauh lebih baik penampilannya dibanding Carmen.

Carmen berdeham sejenak. Beberapa orang menatapnya dengan pandangan menilai dan ada juga yang merendahkan.

Tapi seperti biasa, Carmen bukan orang dengan urat malu. Ia dengan santainya berjalan kearah wastafel. Mencuci wajahnya sejenak lalu menepuk pundak perempuan disamping kanannya,

"Punya sisir gak, kak? pinjem, dong."

Perempuan itu hanya mengangguk-angguk saja sambil mengeluarkan sisirnya dari tas dan memberikannya pada Carmen.

Setelah memperbaiki rambutnya, Carmen mengembalikan sisir itu ke pemiliknya dilengkapi ucapan terima kasih serta senyuman manis.

Ia lalu beralih ke perempuan sebelah kirinya.
"Punya bedak gak, kak? boleh bagi dikit?"

Perempuan itu melongo. Tak hanya ia seorang. Beberapa perempuan lainnya juga begitu. Sungguh ajaib sekali Carmen.

"Ini." perempuan itu menyodorkan bedaknya yang langsung diterima Carmen.

Saat Carmen masih sibuk memoles bedak itu kewajahnya, sebuah lip tint dan face pallate tersodor kearahnya.

Dari perempuan baik hati disebelah kirinya ini.

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang