Poor Hayden

15 2 0
                                    

"Inget, ya. Cepet pulang!" pesan Davian saat menurunkan Carmen didepan gerbang sekolahnya. "Atau gaji lo gue potong lagi."

"Iya-iya." Carmen menatap Davian sebal lalu keluar dari mobil cowok itu sambil membanting pintu kasar. Lalu berjalan santai kearah tembok samping sekolah, tempatnya biasa manjat.

"Ada gerbang." seruan dibelakangnya terdengar familiar.

Carmen menoleh perlahan. Takut jika saja itu makhluk halus, karena saat datang tadi tidak ada orang disini.

Dan benar saja. Tak ada siapapun dibelakangnya. Suasana tampak sepi diiringi angin berhembus sejuk. Tiba-tiba saja Carmen merinding. Ia segera kembali memfokuskan pandangannya untuk memanjat tapi langsung terlonjak saat presensi Hayden berdiri menjulang disamping kirinya.

"Gue bukan hantu."

Carmen mengerjap-ngerjap sebentar lalu menggeleng, "yaiyalah. Cakep begini mana mirip sama setan."

"Ada gerbang." ulang Hayden lagi.

"Gue tau kok," jawab Carmen santai sambil memberikan tepukan pelan di bahu Hayden. "Tapi kalau ada yang susah kenapa harus gampang?"

Hayden menggeleng-geleng melihat kelakuan makhluk didepannya. Cowok itu kembali melanjutkan pekerjaannya sedari tadi, mengamati daun putri malu yang menguncup.

"Jangan pelototin gitu dong, putri malunya. Nanti dia berubah warna jadi merah, blushing ditatap cogan." oceh Carmen membuat Hayden mendengus.

"Pergi!"

"Gue diusir?" tanya Carmen pura-pura tak percaya. "Ihh ... jahat!"

"Pergi!" usir Hayden lagi.

"Enggak." bantah Carmen. "Kalau bentar ada hantu cewek sini suka sama elo gimana? kan bahaya."

"Lo butuh gue jadi pawang lo." sambung Carmen bangga.

Hayden beranjak dari sana sambil bergumam, "lo lebih serem."

••••

"Laporan pengamatan kamu kan udah jadi. Nah! sekarang bapak mau kasih kamu tugas, bantuin bapak isi nilai teman seangkatan kamu." pinta pak Budi sambil menggenggam buku Hayden. "Bapak akhir-akhir ini sibuk banget. Persiapan nikah."

Hayden mengangguk saja. Gurunya ini memang terkenal dengan sifat 'suka nikahnya'. Entah dia memang suka menambah istri atau suka membuat acara pernikahan. Yang jelas,

Itu bukan urusan Hayden.

"Kapan, pak?" tanya Hayden to the point.

"Sekarang sih. Bapak lagi ada jam di kelas onar. Batin kamu kuatkan, masuk sana?" tanya pak Budi sambil memerhatikan muridnya tersebut.

Hayden mengangguk saja. Ia tahu kelas mana yang dimaksud pak Budi. Tapi memangnya ia bisa menolak?

"Yaudah. Ayo kesana!" ajak pak Budi sambil menenteng tas kerjanya menuju kelas onar yang dimaksudnya ditemani Hayden yang mengekor dibelakangnya.

Begitu jarak mereka 10 meter dari tujuan, pak Budi berhenti sebentar. Menutup matanya sambil berkomat-kamit seperti berdoa atau membaca mantra (?).

Hayden menatapnya bingung. "Pak?"

"Eh, iya?" tanya pak Budi membuka matanya.

"Bapak ngapain?"

Pak Budi terkekeh sejenak. "Doa dulu. Demi keselamatan emosi bapak." jelas pak Budi yang dibalas angguk-anggukan Hayden.

Mereka lalu melanjutkan langkah ke tempat tujuan. Suasana ribut dan heboh seketika semakin heboh lagi saat presensi Hayden tampak.

"CAR! PANGERAN KODOK LO, CAR!"

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang