Carmen menatap sepatunya yang berpijak di atas rumput taman belakang sekolah. Sebentar lagi bisa dipastikan tukang kebun sekolah akan meneriakinya.
Ditambah lagi, ia bolos kelas kimia, yang gurunya sangat killer.
Sudah dipastikan. Ruang BK adalah tempatnya berpijak selanjutnya.
"Andai bisa .... si uler Cindy dihempas sejauh mungkin.... "
Carmen beranjak dari sana. Kegiatannya menatap kolam ikan disana telah usai. Tempat itu memang langganan Carmen jika bermasalah dengan ayahnya, minus menginjak rumput.
"Lo bisa bunuh mereka."
Carmen terlonjak begitu mendapati Hayden bersandar pada dinding dengan kedua tangannya dalam saku celana. Jika suasana hati Carmen sedang bagus, mungkin ia akan memuji sampai menggoda cowok itu karena terlihat keren. Belum lagi fakta, cowok itu lebih dulu yang mengajaknya bicara. Peristiwa langkah.
"Mereka?" tanya Carmen dengan kernyitan didahinya.
"Iya," Hayden menunjuk rumput-rumput yang diinjak Carmen. "Mereka hidup."
Carmen mengalihkan pandangannya pada rumput. Menggeleng sejenak. Lalu pergi dari sana.
Tak seperti biasanya.
Hayden mengerutkan dahi menatap gadis itu. Ternyata ia benar-benar badmood karena masalahnya.
Ia pikir Carmen tipe gadis ceria yang masalah apapun mengenainya, tak akan berefek. Tapi nyatanya...
"Hayday!" teriak Carmen begitu agak menjauh.
Hayden menoleh. Ingin rasanya berteriak balik bahwa jangan ribut atau mereka akan kedapatan bolos.
"Jalan yuk. Abis ini kan waktu pulang." Carmen kembali berjalan kearahnya dengan senyuman lebar. Layaknya seorang bipolar.
Hayden menggeleng, "ogah!" lalu berjalan meninggalkan Carmen.
"Gue pikir lo mulai baik sama gue." Hayden menghentikan langkahnya mendengar itu. Apa tadi Carmen tau ia menguping?
"Lo ngajak gue bicara duluan. Biasanya susah diajak ngomong," lanjut Carmen. "Tapi ternyata cuma karena lo peduli rumput."
"Gue boleh gak sih, jadi rumput?"
Suasana yang tadinya tenang, sunyi, dan syahdu. Berubah jadi medan perang power ranger. Hayden memasang poker face-nya.
Carmen ya Carmen. Sampai kapan pun, otak sablengnya tak akan tergantikan dengan yang normal.
Hayden mendengus, "tunggu nyokap lo kutuk." Hayden memalingkan wajahnya hendak melanjutkan langkah pergi.
"Tapi nyokap gue udah gak ada."
Hayden tertegun. Sial, kenapa ia lupa itu? Ibu mereka bersahabat.
Hayden menelan salivanya kasar, "sorry." lalu benar-benar beranjak dari sana.
Hayden berjalan cepat dengan gusar ke arah parkiran. Persetan dengan tas-nya yang masih ada di kelas. Ada Revan atau yang lain yang akan membawakannya. Khusus untuk bolos perdananya hari ini. Mereka pasti mendukung.
Dan bolos perdananya ini, dikarenakan alasan labil Hayden.
Ingin menghibur Carmen.
Karena tak suka gadis itu murung.
Tapi .... itu kan bukan urusannya.
Hayden menghela nafas gusar. Memakai helm-nya lalu menyalakan motor sport kesayangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy & Weird Girl
HumorAnak nakal, tukang gosip, langganan bk, dan bermulut tanpa saringan. Paket lengkap dari Carmen Aninlyvia. •••• Hayden suka ketenangan dan tak suka perubahan. Tapi semenjak Carmen menerobos kedalam hidupnya, semuanya berbeda. Dan ia tak suka itu.