Fight

15 3 0
                                    

Revan menggebrak meja membuat seisi kelas menoleh padanya, tak terkecuali seorang guru tua yang sedang menjelaskan didepan papan tulis.

Cowok itu menatap penuh emosi keseluruh penjuru ruangan. Tanpa basa basi ia segera beranjak dari sana tanpa izin terlebih dahulu pada sang guru.

Persetan dengan izin. Yang perlu ia lakukan saat ini adalah membuat perjanjian dengan Hayden. Si sialan sok suci itu. Cowok yang tengah berusaha melawannya dengan membongkar pemilik asli bubuk sabu di gudang belakang.

"Revan! sini kamu!" teriak bu Rosa dari jauh. Menghentikan perjalanannya mencari Hayden.

Cowok itu menggeram kesal lalu mendekat kearah gurunya tersebut. "Ya?" tanyanya malas-malasan.

"Bantu ibu angkat meja ama kursi dari kelas diujung sana ke indoor, ya." tunjuk bu Rosa.

Revan mengernyit. "Kelas olimpiade? ngapain?"

"Udah kerja, aja."

"Ada bayarannya, gak bu?"

"Enggaklah!" mata guru wanita itu melotot tak santai. "Udah, sana cepetan kerja!"

Revan berdecak sebal. Niatnya mencari Hayden dengan bolos justru beralih jadi kuli. Kalau tahu begini ia tak mau keluar kelas tadi.

Tapi tak disangka, begitu sampai diambang pintu kelas tersebut dirinya juga mendapati presensi Hayden yang tengah sibuk mengangkat 2 buah kursi sekaligus ditangannya.

"Woah! kebetulan nih," ucapnya dengan senyum lebar.

••••

Carmen membuka lalu menutup kembali matanya sejenak. Lalu membuka lagi dan akhirnya meringis.

"Udah tau punya maag akut masih aja lewatin jadwal makan." omel Davian sambil membawa bubur hasil delivery online-nya.

Cewek itu mencebik namun tahu yang Davian ucap itu memang benar. Segera saja cewek itu bangkit untuk duduk dibantu Davian lalu tersenyum geli pada majikannya itu.

"Lo kayak bukan majikan gue, Dav."

Davian menatapnya sinis. "Gue majikan yang baik." cowok itu mengambil semangkuk bubur ayam yang ia letakan dinakas tadi. "Mau disuap atau suap sendiri?"

"Mm ... suap." jawan Carmen sedikit manja.

Dengan itu Davian mulai menyendok buburnya lalu dimasukkan kedalam mulutnya sendiri.

Carmen cemberut melihatnya. "Bukannya buburnya buat gue?"

"Buburnya ada dua tapi gue males nyuci piring nanti. Jadi, gabung aja sini. Gue udah tau lo pasti mau disuap. Nih!" Davian mengarahkan sesendok bubur itu kearah mulut Carmen yang diterima dengan baik cewek itu.

"Abis ini minum obat terus tidur. Gak usah mikirin yang gak perlu dipikirin." nasehat Davian lalu menyuap dirinya sendiri dengan santai.

Carmen mengernyit. "Gue cuma mikirin yang perlu, kok."

"Gak usah. Lo sakit gini mau sok-sokan mikir. Bentar gak sembuh-sembuh, lo jadiin gue babu terus."

Carmen cemberut mendengarnya. Tak berselang lama bubur dimangkuk yang dipegang Davian habis termakan. Kini cowok itu sedang membantu Carmen meminum obatnya bersamaan dengan bel apartemennya berbunyi.

"Gue cek dulu." Davian beranjak dari sana namun ketika diambang pintu cowok itu berhenti sambil menoleh kebelakang. "Minum obatnya!"

Carmen mengangguk-angguk sambil melambaikan tangannya munyuruh agar pemilik apartemen itu segera pergi.

Cool Boy & Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang