You Are Mine My Little Sister [S2] >TAMAT

Delapan belas [S2]

Dari sudut manapun dengan bentuk apapun
sebuah hubungan akan selalu memiliki jarak.

¤¤¤
Happy reading

"bisa-bisanya anda menikahi adik anda sendiri......"

DEG

Bagaimana?
bagaimana putranya bisa tahu?
ini,ini tidak mungkin dia mengetahuinya dari siapa?
masalah dirinya dengan Yivanya saja belum bertemu titik terangnya kenapa masalah lain muncul lagi.

Aiden menatap Al yang tampak memandanginya dengan remeh, mengapa putra nya bisa seperti ini? apa yang sebenarnya Al rasakan? apa jangan-jangan...

Aiden menggelengkan kepalanya pelan tidak mungkin kan?
" apa maksudmu?"
sebisa mungkin Aiden harus bersikap seolah tidak tahu apa-apa, lebih tepatnya menebal kan muka.

" cih... tak usah mengelak lagi, apa perlu ku perlihatkan buktinya?"

Aiden terdiam, dia tampak bimbang. Sebenarnya apa yang putranya tengah fikirkan?
" aku tak butuh itu semua, dari mana kau mengetahuinya?"

Al menarik kursi meja bar, dia mendudukan dirinya disana lalu mengambil ponsel yang ada disakunya.
apa yang tengah Al lakukan?

Al tampak mengangkat bahunya keatas acuh, " entahlah hanya tahu begitu saja"

Aiden membanting gelas yang tadi dia gunakan untuk minum, " penjelasan apa itu Al? dimana sopan santun mu?!"

Al mengalihkan pandangannya, dia menatap Aiden tajam.
ck sopan santun katanya?
" saya memang tidak memiliki sopan santun, semenjak..."
Al tampak menghitung jarinya. " saya berumur empat belas tahun?"

Al menggelengkan kepalanya, " oh tidak-tidak mungkin delapan? ah salah tapi enam tahun"

Dada Aiden tampak kembang kempis nafasnya tak teratur dia menatap Al dengan bringas, " Aku tidak pernah mengajarimu seperti ini AL!"

Al bangkit dari duduknya dia menatap dingin Aiden, " terserah anda, bagi saya...
saya sudah tidak memiliki seorang ayah atau yang sering adik saya panggil papa"

Al menyibak rambutnya kebelakang, " anda paham kan? "
Al berjalan pergi meninggalkan Aiden yang berdiri diam bagaikan patung disana.
matanya menatap kepergian sang putra dengan tak percaya nya.
Karna keegoisan dirinya, akhirnya sang putra berujung membenci dirinya.

ya Aiden akui ini memang salah nya yang tak rela menerima akan hadirnya Al dalam kehidupan nya, hingga berujung penyesalan baginya.
tapi, tapi mengapa seolah Al memiliki hal yang harusnya tak boleh di miliki dalam perasaan Al? apa ini, apa sifatnya menurun pada diri Al?

oh tidak!
bagimana ini?
jika dugaanya benar apa yang akan terjadi?
tidak! Al seharusnya tidak memiliki perasaan yang sangat tabu ini.

Aiden berjalan kearah lantai dua dia menuju kamar Al, saat Aiden membuka pintu kamar tampak sepi tidak ada sang pemilik.
Aiden tahu pasti putranya tengah berada diruangan itu.
Aiden berjalan kearah ruangan yang ia maksud membuka pintu nya dengan tak sabaran, ternyata pintunya dikunci dari dalam oleh seseorang yang Aiden yakini Putranya.