Dua puluh sembilan [S2]

2.7K 160 61
                                    

Aku sudah sangat lelah,
Jadi aku mohon jangan tambah beban padaku.

¤¤¤
Happy reading
























































































Sean mengepalkan tangannya, tangannya menghantam pada tembok kamar miliknya.
Matanya menatap tajam arah depannya, urat-urat miliknya tercetak jelas dileher dan dilengannya.

"Sial!"
Sean kembali memukul temboknya dengan keras hingga darah meluncur bebas dari jemari-jemarinya.
"Kenapa ini semua harus terjadi?!" Sean sangat marah, dia marah bukan karna dia merasa malu ditinggal oleh calon mempelainya tapi dia marah karna Wanita Aiden kembali pada sang pemilik.
Ini tidak bisa dibiarkan!

Sean melemparkan vas bunga berukuran kecil yang ada diatas nakas, dia membantingnya dengan amarah menggebu-nggebu.
"Padahal hanya tinggal satu langkah lagi!"

Sean mengusap wajahnya dengan kasar, " Sean apa yang terjadi?" Suara lembut indah itu terdengar dari balik pintu kamarnya, sang mommy tampak khawatir dengan keadaan sang putra yang ditinggal kan oleh calon istrinya tepat diwaktu saat mereka tengah mengucapkan janji suci.

" aku ingin sendirian mom" Sean mendengarkan langkah kaki sang mommy yang melangkah dengan khawatir.
Sean mendudukan dirinya di atas lantai, punggungnya disenderkan di sisi ranjang nya, dia menyibak rambutnya yang tampak basah karna keringat.
Kedua sorot matanya tampak menatap hadapannya dengan dingin, rasa amarah berkecambuk ditubuhnya.
Pikirannya kalut, tiba-tiba kilasan saat dirinya menyetubuhi Yivanya kembali terulang dikepalanya.
Sean menarik salah satu sudut bibirnya keatas membentuk sebuah senyum miring yang tampak menyeramkan.

" kita lihat saja nanti, tunggu beberapa saat lagi maka perutmu akan membesar oleh benih ku sayang" Sean menatap bingkai foto dirinya dengan Yivanya yang tampak berpelukan dengan raut wajah yang bahagia.
Sean mengelus wajah Yivanya, tatapan nya menatap menggebu-nggebu sangat minat.
" awalnya aku hanya ingin memanfaatkan mu, tapi lama kelamaan perasaan ku tidak bisa terkendali. Aku menginginkan seluruh hidupmu hanya bersamaku!"

Dia masih memiliki harapan, semoga benih yang dia tanamkan akan membuahkan hasil didalam perut Yivanya.
Dia yakin benih miliknya akan tumbuh didalam rahim Yivanya, ini kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Dia akan memanfaatkan situasi ini dengan sangat baik,dia tidak akan membiarkan Yivanya lolos untuk kali ini, dia juga akan lebih berhati-hati agar rencananya berjalan mulus.

" tunggu aku sayang"

¤¤¤

" aku panggilkan dokter saja ya? Wajahmu sangat pucat aku khawatir kamu kenapa-kenapa" Yivanya tersenyum lembut, lengannya memeluk perut kekar suaminya dari samping.

"Kakak aku tidak apa-apa" Aiden menghela nafasnya kasar, dia memeluk bahu Yivanya  dia menyenderkan kepalanya dikepala ranjang.
" aku hanya khawatir honey"
Yivanya mendongakan kepalanya dia menyentuh hidung Aiden, "kakak aku baik-baik saja okay? Aku hanya sedikit lelah"
Aiden mencium kening Yivanya, "aku tidak begitu yakin"

Yiavanya melepaskan pelukannya, dia mendudukan tubuhnya dipangkuan Aiden lalu kembali memeluk tubuh sang suami,kepalanya menyender didada bidang Aiden.
" kakak jika aku memiliki anak dari orang lain bagaimana perasanmu?" Yivanya mengelus dada Aiden dengan lembut.

Aiden mengangkat alisnya sebelah dia menarik bahu Yivanya lalu menatap wajah sang istri, "apa maksudmu?" Rahangnya tampak mengeras, bagaimana aku bisa menjelaskan nya kakak?
Aku saja belum yakin, tapi dari gejala belakangan ini aku merasa tengah hamil.

You Are Mine My Little Sister [S2] >TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang