Chap 10

2K 432 94
                                    

Masih banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita ketahui dan pahami. Kita tidak tau apakah hanya bumi yang ditinggali makhluk hidup, sedangkan terdapat triliunan planet di alam semesta ini. Kita tidak tau apakah teori konspirasi yang berkembang di luaran sana itu benar adanya. Dan kita tidak tau hal apa yang akan terjadi pada kita di masa depan.

.

Cahaya sang purnama yang menyelinap dari celah-celah rimbunnya pepohonan menjadi penerangan satu-satunya. Suara hewan malam yang saling bersautan seakan menjadi pendukung suasana.

Seorang pemuda dengan kondisi 'sedikit' mengenaskan berlari tak tentu arah. Sesekali dia menoleh ke belakang guna memastikan sang pengejar berjarak jauh darinya.

Larinya mulai memelan, tubuhnya mulai melemah, banyaknya luka membuat tenaganya lebih cepat terkuras. Kakinya mulai kehilangan keseimbangan, ia berlari menuju pohon yang sekiranya besar lalu bersembunyi di baliknya.

Di sandarkannya tubuh jakungnya pada pohon itu, beberapa bagian tubuhnya terasa mati rasa setelah dipukuli tanpa ampun menggunakan tongkat pemukul baseball. Untung saja dia dapat meloloskan diri dan berlari menuju hutan, walaupun harus menderita banyak luka di seluruh tubuhnya setidaknya dia bisa kabur dari penyekapan itu.

Iya penyekapan, sudah hampir 3 hari dia disekap dan disiksa oleh beberapa orang pemuda yang seumuran dengannya. Sebenarnya dia tidak menyangka jika mereka, orang yang dia anggap sebagai teman melakukan hal ini padanya.

Suara derap langkah terdengar di indera pendengarannya, dari suaranya sudah jelas yang mengejarnya tidak hanya satu orang. Langkah itu mulai mendekat ke arahnya, dirematnya ujung baju yang ia kenakan dengan perasaan was-was. Tak henti-hentinya dia merapalkan do'a, berharap orang-orang itu tidak menemukannya.

"Sial kemana dia lari?" Pemuda 1 mengerang frustasi saat tau buruannya menghilang.

"Kita harus mencarinya sampai ketemu," Pemuda 2 menatap ke sekeliling guna mencari jejak.

"Kita berpencar, kau ke barat, kau ke selatan, dan aku ke utara," Pemuda 3 memberi instruksi yang diangguki lainnya.

"Temukan dia, jangan sampai lolos. Jika dia berontak habisi di tempat," Pemuda 1 dan 2 kembali mengangguk menuruti ucapan pemuda 3.

Pemuda itu menahan nafas kala mendengar percakapan ke 3 pemuda lain yang tengah mengejarnya. Suara langkah yang menjauh membuatnya sedikit merasa lega. Tapi dia tidak sebodoh itu untuk langsung keluar dari tempatnya bersembunyi. Dia akan menunggu sampai keadaan benar-benar aman, baru dia akan keluar lalu pergi dari sana.

Saat dirasa keadaan sudah aman dia lalu bangkit dan keluar dari tempatnya sembunyi. Dilangkahkan kakinya perlahan meninggalkan tempat yang sedikit mencekam itu.

"Benarkan kataku, sedikit bersabar maka buruan kita akan keluar dengan sendirinya," Sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya.

Di hadapannya kini berdiri 3 orang pemuda yang sejak tadi mengejarnya, rasanya dia ingin menangis saat ini. Baru saja dia senang bisa lepas dari mereka, sekarang dia harus menerima kenyataan bahwa sebentar lagi dia tidak akan dapat melihat dunia.

"Kau membuatku berlari hyung," Rengek Pemuda 1

"Masih tidak menyerah?" Pemuda 2 memainkan belati di tangannya sambil menatap malas pemuda itu.

"A-ap-apa se-sebenarnya m-mau kalian?" Tanya Pemuda itu terbata.

"Membuatmu menyesal telah menghianati kami," Pemuda 3 juga mengeluarkan belati dari balik hoodienya.

"A-aku tidak pernah menghianati kalian!" Ucapnya lantang.

"Bullshit," Pemuda 3 langsung berlari seraya menghujamkan belati di tangannya ke arah pemuda itu.

"ARGH!"




























"Hah hah hah!"

Nafasnya tersenggal, diraihnya gelas di atas nakas samping tempat tidurnya.

Lagi, sudah puluhan kali dia memimpikan hal yang sama. Mimpi tentang seorang pemuda berjaket biru dan memakai celana training hitam dengan penuh luka yang tengah dikejar 3 orang yang memakai hoodie hitam.

"Kenapa bisa aku bermimpi hal yang sama?" Erangnya mengusap wajahnya kasar.

Sudah hampir satu tahun pemuda itu memimpikan hal yang sama. Semakin kesini dia semakin yakin jika ini bukan hanya kebetulan semata. Mana mungkin  kebetulan jika dia memimpikannya hampir setiap malam?

Sejujurnya dia sedikit tersiksa dengan hal ini, siapa yang tidak tersiksa jika hampir setiap hari selalu memimpikan hal yang sama?

Dan siklus mimpi itu entah mengapa pasti selalu sama. Berawal dari seorang pemuda yang berlari dan berakhir dengan pemuda itu yang berteriak saat belati menembus dada kanannya. Selalu seperti itu.

Dia tidak pernah tau maksud dari mimpi itu apa. Apakah itu hanya bunga tidur? Atau suatu sinyal permintaan? Ataukah mungkin itu sebuah memori?

Dilihatnya jam dinding yang bertengger di dinding kamarnya yang bernuansa abu-abu. Pukul 05:28 seperti dugaannya. Dia tau jika dia memimpikan hal ini pasti dia terbangun pada jam yang sama.

"Peduli setan, aku sudah muak dengan semua ini," Dengusnya lalu bangkit dari ranjang dan menyambar handuknya.

Pemuda itu memasuki kamar mandi dengan umpatan yang keluar dengan lancar tanpa hambatan dari bibirnya.































"Apakah si Hwang kebanyakan tingkah itu sudah menjalankan tugasnya dengan baik?"

.

Tbc

Double up nih ceritanya gw?🤔
Biar makin cepet kelar nih cerita😂

Jadi udah nemu jawaban dari pertanyaan yang gw kasih di chapter sebelumnya?

⚠Typo bertebaran⚠

20 Maret 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang