Chap 29

1.3K 284 39
                                    

Dor

"Argh!"

"HMMPT!!"

"W-Wi-Winn-ie!" Dengan terbata Taeyong meneriakkan nama Winwin

"Aku sungguh baik bukan?" Tanya Yuta menatap Winwin yang kesadarannya tengah membumbung.

Jika seseorang yang tertembak tepat di jantung dari jarak 10 meter oleh pistol yang digunakan kepolisian saja bisa terbunuh, lalu apa yang terjadi jika seseorang tertembak tepat di jantung dari jarak kurang dari 1 meter oleh senjata api sekelas SIG Sauer P226? Tanpa banyak berpikir kurasa kalian tau jawabannya.

Air mata yang Winwin tahan selama 2 minggu menetes begitu saja tanpa permisi. Sungguh di antara semua yang tersiksa, sepertinya dialah yang paling menderita. 2 minggu terkurung sendirian di tempat yang penuh dengan senjata dan 'pajangan' yang membuat Winwin ketakutan. Mendapatkan siksaan fisik dan batin oleh 4 orang pemuda gila, melihat temannya mati satu persatu, dan sekarang dia tertembak dengan tragis di hadapan teman-temannya. Tapi Winwin sedikit bersyukur, setidaknya dia tidak akan merasakan penderitaan ini lagi.

"WIN GE!" Teriakan nyaring Chenle terdengar sesaat setelah Renjun membuka dengan paksa lakban yang menutupi mulutnya.

"Ku-kuh-harap k-kal-kalian ba-ik ba-baik s-sa-ja," Detik kemudian mata cantik itu tertutup, meninggalkan sejuta duka di hati ke 6 temannya yang melihatnya.

"WIN GE JANGAN PERGI!" Teriakan Chenle semakin menjadi saat Winwin menyerah untuk bertahan.

Sejahil apapun Chenle pada teman-temannya, dia tetap menyayangi mereka seperti saudara sendiri. Terutama Winwin, Chenle sudah menganggapnya seperti gegenya sendiri.

Brak

Brak

Sambil menangis Chenle dengan brutal menghentak-hentakkan kursi tempat terduduk -secara paksa- guna mendekatkan dirinya ke pada Winwin yang tak lagi bergerak.

Brak

Terganggu dengan kebisingan yang dibuat Chenle, dengan kasar Jisung menghempaskan kursi beserta tubuh Chenle ke lantai marmer. Dengan sangat keras tubuh Chenle menghantam lantai, tubuhnya terasa remuk saat itu juga.

Srak

Jisung menarik kasar rambut Chenle, menyeretnya ke arah tubuh Winwin masih terduduk di tempatnya. Beberapa helai rambut Chenle rontok karena kuatnya jambakan Jisung. Tangisan yang semula tangisan kehilangan bertambah dengan tangisan kesakitan.

Duk

Jisung menghempaskan kepala Chenle dengan kasar ke lantai tempat di bawah kaki Winwin dan tanpa sengaja mengenai kaki kursi tempat Winwin terikat. Chenle merasakan kepalanya sangat sakit, sesuatu yang basah, anyir dan dingin terasa mengalir dari kepalanya.

Sudah dikatakan, Jisung sampai mereka sebut sebagai neraka berjalan saking mengerikannya dia. Tak ada yang mau berurusan dengannya, bahkan antek-anteknya yang notabenenya lebih tua dari dia.

Yang lain hanya bisa  menatap itu dengan nanar, sebenarnya mereka sangat ingin menolong Chenle yang sedang tak berdaya. Tapi kembali lagi, tubuh mereka semua terikat, mulut mereka dilakban. Jangankan menolong Chenle, menolong diri sendiri saja mereka tidak bisa.

"Berbuatlah kegaduhan sekali lagi dan aku akan memotong kakimu itu, seperti aku memotong kaki Kun yang dengan beraninya menendangku," Jisung mencengkram rahang Chenle kasar membuatnya menoleh ke arah Jisung yang menatapnya tajam.

Chenle mengangguk pelan karena kepalanya yang benar-benar pusing. Jisung menghempaskan kepala itu sekali lagi lalu kembali ke sofa tempat ia tadi dan melanjutkan acara minumnya yang tertunda.

"Lele-ya, are y-you o-ok-okay?" Tanya Taeyong terbata dengan suara seraknya.

Chenle hanya bisa mengangguk membalas pertanyaan Taeyong. Lebih baik Chenle mengatakan iya daripada membuat mereka khawatir, walaupun sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Bukan hanya Chenle, keadaan mereka semua tidak baik-baik saja.

Kriiet

"Jaehyun hyung, mau bermain?" Haechan menampilkan wajah polosnya menatap pemuda bermarga Jung itu.

Jaehyun sudah muak, benar-benar muak dengan segala hal yang terjadi. Kenapa dia harus terjebak bersama seorang psychopath gila dan antek-anteknya yang sama-sama gila?

"Ah aku lupa kau bisu temporer," Ujar Haechan menarik dengan kasar lakban yang menutup mulut Jaehyun.

"Ssh sialan kau!" Umpat Jaehyun menatap nyalang pemuda tan di hadapannya.

Plak

"Tidak baik mengumpat pada adik kecil kesayanganmu, hyungie," Haechan dengan sopannya menampar dengan kasar pemuda yang 3 tahun lebih tua darinya itu.

Jleb

Srett

"Argh!"

"Ini untukmu yang selalu menjadikan aku bak pembantumu," Haechan menancapkan belati ke lengan kanan atas Jaehyun lalu menariknya ke sampai siku.

Jleb

Srett

"Argh!"

"Ini untukmu yang selalu mengingatkanku tentang bantuan dari keluargamu yang membuatku harus selalu tunduk padamu," Haechan melakukan hal yang sama pada lengan kiri atas Jaehyun, bedanya dia menarik belati itu dari siku naik ke bahu.

Sret

Sret

"Argh!"

"Ini untukmu yang selalu mencoba menggoda adikku dengan wajah tampanmu!" Haechan menggoreskan belati pada wajah dan leher Jaehyun.

Jleb

"ARGH"

"Dan ini untukmu yang selalu mengambil kebahagiaanku," Haechan menancapkan belati tepat pada perut Jaehyun.

"HYUNGIE!" Chenle menatap Jaehyun dengan air mata yang kembali memenuhi matanya.

"Jae!?" Taeyong menggelengkan kepala saat melihat kondisi Jaehyun yang sangat mengenaskan, kesadaran Jaehyun mulai menipis.

Darah merembes dari baju putih itu, memberikan warna yang kontras dan sangat menenangkan di mata Jisung.

"Nah Dery ge, mari bermain dengan sepupumu yang baik ini," Renjun mencengkram rahang Hendery agar mengalihkan pandangan pada dirinya.

Renjun membuka lakban di mulut Hendery dengan perlahan di awal tapi kemudian sangat kasar di akhir.

Jleb

"Argh!"

"Oh astaga! Aku tidak sengaja menancapkannya pada pipimu,"




























..

Tbc

Mampus gw gantungin mulu...

Triple up yuhuuu!!

Sebenernya gw sangat membenci adegan gore, tapi karena cerita psychopath tanpa adegan gore itu ga epic, jadilah gw kasih beberapa adegan gore di 3 chapter ini. Mon maaf nih kalo adegan gore nya kaga kerasa karena sekali lagi, gw sangat membenci adegan goreT^T

⚠Typo bertebaran⚠

20 Mei 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang