Chap 19

1.7K 364 139
                                    

Garis polisi melintang di sekitar sebuah rumah bergaya Eropa. Banyak wartawan, dan penduduk sekitar yang berkerumun di sekitar rumah. Kasak kusuk terdengar bersautan di antara orang-orang yang berkerumun itu.

Lucas terduduk dengan wajah pucat di sebuah kursi yang ada di pelataran rumah pemuda China, yang tak lain adalah temannya. Pandangannya menatap kosong ke depan. Sepertinya setelah ini dia akan trauma terhadap darah.

20 menit yang lalu dia tiba di rumah Kun, mendobrak pintu utama. Menerobos rumah itu tanpa mempedulikan etika, dan kemudian mendapati pemuda yang dia cari terduduk di atas sofa dengan kedua tangan dan kaki kiri yang terpotong. Darah mengotori sofa dan lantai, ada juga bekas darah yang mulai mengering di setiap anak tangga menuju lantai 2.

Tubuh Lucas melemas jika mengingatnya. Mengingat bagaimana Kun terduduk dengan kepala tertunduk dan darah yang menggenang di sekitarnya. Sungguh Lucas langsung ingin menangis saat itu juga.

"Lucas!?" Sebuah suara yang terdengar panik membuat kepala menoleh dengan lemah.

Di depan Lucas kini berjajar 3 pemuda yang lebih tua darinya. Yang paling pendek menarik tubuh bongsornya ke dalam sebuah pelukan hangat.

Tak lama terdengar isakan yang berasal dari pemuda bermarga Wong itu. Bahunya bergetar hebat karena tangis yang menyesakkannya.

"K-Kun ge d-dia... Da-darahnya di la-lantai ba-banyak h-hyung," Ucap Lucas di sela isakannya dengan terbata membuat Taeyong semakin mengeratkan pelukannya.

Kedua pemuda lain mencoba menenangkan Lucas dengan mengusap punggung dan kepala Lucas. Mereka tau Lucas pasti sangat shock saat ini. Bahkan saat tadi Lucas menelepon Johnny dia hanya mengatakan 'rumah, Kun ge, bawa polisi' dengan suara pelan dan tidak jelas.

"Minumlah dulu," Doyoung menyerahkan sebotol aq**ua kepada Lucas yang diambilnya dengan tangan bergetar.

Mereka semua kemudian terdiam selama beberapa saat menunggu tangisan Lucas mereda.

"Sudah lebih tenang?" Tanya Johnny yang diangguki Lucas.

"Bisa bercerita pada kami apa yang terjadi?" Doyoung menatap Taeyong dengan sinis.

"Tak apa bila belum bisa, kami tidak memaksa," Doyoung mengusap kepala yang lebih muda pelan.

"It's okay hyung," Lucas menggelengkan kepalanya pelan.

"T-tadi saat aku baru sampai rumah Kun ge meneleponku dengan menangis sambil berbisik. Dia meminta tolong padaku, katanya dia ada di dalam lemari dan ada seseorang yang membawa gergaji yang mau membunuhnya. Lalu aku mendengar suara gergaji mesin dan teriakan Kun ge. Saat aku sampai Kun ge terduduk di sofa d-dan-" Johnny menghentikan ucapan Lucas dengan menepuk pelan bahunya, dia tau Lucas tidak akan sanggup mengatakannya.

"Apa kau punya rekaman telepon kau dengan Kun?" Lucas mengangguk lalu mengotak-atik ponselnya kemudian menyerahkan ponselnya pada Doyoung.

Doyoung dengan cepat memutar rekaman itu sambil menatap Lucas yang bersandar pada sandaran kursi.

'LUKE INGAT INI, ORION'S KILLER, BATU PERMATA!'

Doyoung menatap ponsel Lucas sambil mengerutkan keningnya lalu kemudian memutar bagian itu beberapa kali.

"Apa?" Tanya Taeyong saat Doyoung memutar rekaman itu berulang-ulang di bagian yang sama.

"Orion's killer? Batu permata? Kenapa Kun harus menggunakan clue bukan mengatakan secara langsung?"





























'Karena Qian Kun adalah orang yang bodoh,'
.

"Bedebah! Apa yang kau lakukan pada Kun ge?!" Pemuda manis yang tengah terikat itu menghentak-hentakkan badannya di kursi melampiaskan emosinya.

"Tenanglah Dong Sicheng. Aku hanya memotong tangan dan kakinya, lalu menyeretnya dari dalam lemari ke sofa ruang tamu. Sepertinya dia sudah mati saat ini," Ujar pemuda di depannya dengan santai.

Air matanya tak berhenti mengalir mendengar ucapan pemuda tiang yang duduk didepannya.

"MATI SAJA KAU SIALAN!" Sicheng menendang-nendang depannya dengan kakinya yang bebas.

"Mati? Setelah kalian semua mati baru aku akan mati," Pemuda itu mengambil segelas wine di meja lalu menegakkannya hingga tandas.

"Ternyata gergaji mesin itu tidak menyenangkan, lebih baik aku tadi menggunakan belati saja. Pasti akan lebih mengasikkan mendengarnya berteriak," Pemuda itu mengangkat kakinya lalu meletakkannya di meja.

"KAU GILA!" Sicheng tidak bisa tidak berteriak saat pemuda di depannya mengatakan hal di luar nalar.

"Aku tidak gila Sicheng, hanya menikmati hidup," Sicheng terperangah mendengar ucapan pemuda itu.

Menikmati hidup katanya? Gila, benar-benar gila, menikmati hidup seperti apa itu? Membunuh orang untuk menikmati hidup, benar-benar manusia tidak waras.

"KAU BENAR-BENAR TIDAK WARAS!" Sicheng benar-benar tidak mengerti jalan pikiran pemuda di depannya.

"KAMI INI TEMANMU SIALAN!" Teriak Sicheng menendang ruang kosong di depannya.

"TEMAN KATAMU?! TIDAK ADA TEMAN YANGMEMPERLAKUKAN TEMANNYA SEPERTI PEMBANTU! TIDAK ADA TEMAN YANG MELAKUKAN HAL GILA TERHADAP TEMANNYA SEPERTI KALIAN! TIDAK ADA!" Pemuda itu bangkit dan menunjuk Sicheng dengan kilatan amarah di matanya.

"Tapi kami sudah minta maaf akan hal itu!" Sicheng tidak gentar akan bentakan pemuda di depannya.

"Kau pikir maaf saja cukup? Kau tau bukan bahwa aku adalah orang pendendam?"














































..

Tbc

Double up nih gw🤔

Apa yang terjadi kalo ini chapter gw publish?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang terjadi kalo ini chapter gw publish?

Eh tapi ntar dulu, gw masih mau liat teori kalian😂

⚠Typo bertebaran⚠

11 April 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang