Chap 13

1.7K 368 74
                                    

Motor M**V Ag**usta F4 RR melaju dengan cepat membelah jalanan kota Neo yang cukup lenggang di hari yang mulai gelap. Keadaan yang sedikit berkabut menjadi salah satu alasan kenapa jalanan kota terlihat lebih sepi.

Dibawanya motor putih itu menuju ke arah perbatasan kota dengan kecepatan cukup tinggi.

Pemuda bermarga Xiao itu masih terus menembus kabut tebal walau dinginnya malam menusuk kulitnya. Rintik gerimis yang mulai turun pun tak menjadi penghalangnya untuk terus melajukan motor kesayangannya.

"Jika hujannya semakin lebat pasti aku akan lebih lama sampai ke kota sebelah," Gerutunya semakin menambah kecepatan.

Badannya hanya berbalut kaos hitam berlengan pendek dan celana jins 3/4. Bahkan helm lupa ia kenakan karena saking terburu-burunya.

Masa bodoh dengan keselamatan, sudah terlalu larut jika berkendara di bawah 60 km/jam. Apalagi jarak kota sebelah juga cukup jauh, menaikkannya menjadi 120km/jam tidak akan membunuhnya bukan?

"Jika bukan karena si Seo Changbin bodoh, aku tidak akan sudi pergi ke kota gila itu," Xiaojun terus menggerutu, mengumpati sepupunya yang memintanya mengantarkan sebuah flashdisk penting.

Masih dengan menggerutu Xiaojun mulai mengurangi kecepatannya saat melihat tikungan dengan jalanan menurun berada tak jauh di depannya.

"Sial, apalagi ini?!" Umpatnya saat rem motor miliknya tidak dapat berfungsi.

Kepalanya mendongak menatap tikungan maut yang tak jauh dari depannya. Jika rem motornya tidak segera berfungsi maka sudah pasti dia akan jatuh ke jurang yang sangat curam di depan sana.

Xiaojun mencoba untuk tidak panik dan memutar otaknya untuk berpikir keras.
Apa sebaiknya dia menabrak toko kelontong di bahu jalan itu?

Jika dia tetap lurus maka dia masuk jurang yang curam, kemungkinan hidup pasti 30:70 dan pasti orang akan sulit menemukannya. Jika dia menabrakkan diri ke toko kelontong itu kemungkinan hidup 50:50 dan orang pasti akan cepat menolongnya.

Baik dia akan memilih opsi kedua, menabrak toko kelontong pasti tidak sesakit itu bukan?

Jika toko kelontong itu mengalami kerusakan, dia pasti tidak akan jatuh miskin hanya untuk menggantinya. Hartanya terlalu gunung Everest untuk toko kelontong yang hanya sebatas bungkus mie sed***aap kor**ean sp**icy chic**ken.

Dengan menahan nafas, Xiaojun langsung membelokkan motornya ke arah toko kelontong.

Brak

Sepertinya dugaan Xiaojun salah, menabrak toko kelontong yang 70% terbuat dari kaca ternyata terasa sangat sakit. Apalagi kecepatannya yang lumayan tinggi. Motornya masuk separuh ke dalam toko, tubuhnya tersayat serpihan-serpihan tembok kaca yang di tabraknya. Terasa perih saat serpihan-serpihan itu menusuk langsung kulitnya yang hanya berbalut kaos pendek tanpa jaket. Salah satu serpihan besar menyayat pipi kirinya yang tak memiliki perlindungan dengan cukup dalam.

Tubuhnya sangat lemas saat ini, dadanya terasa sedikit nyeri karena terhantuk dengan cukup keras pada motor, pandangannya mulai mengabur.

"Setidaknya aku tidak masuk jurang dan mati di tempat," Lirihnya sebelum pandangannya benar-benar gelap.


























.

"Apa itu hyung?" Tanya Shotaro saat melihat Doyoung tengah membawa sesuatu di sebuah piring.

Taeil, Yuta, Hendery, Shotaro dan Chenle saat ini tengah berada di apartemen Doyoung. Niatnya mereka ingin bermain game tapi tidak jadi karena Yuta menyarankan untuk menonton film yang dibawanya.

"Tempe, eomma membawanya ke sini tadi sore," Ucapnya memakan tempe dengan garpu.

"Dan apa yang di atasnya? Mayones?" Tanya Hendery saat melihat sesuatu berwarna putih ada di atas tempe itu.

"Susu kental manis," Ujar Doyoung santai memasukkan sepotong lagi tempe dengan toping susu kental manis itu ke mulutnya.

Semua langsung menatap Doyoung dengan horor. Doyoung yang ditatap seperti itu balik menatap mereka dengan bingung. Apakah ada yang salah dengannya?

"Aphwa?" Tanyanya polos sambil mengunyah tempe di mulutnya.

"Itu rasanya sangat bertolak belakang Doyoung-ah," Taeil menatap Doyoung sambil bergidik.

"Tapi ini sangat enak, cobalah kalau tidak percaya," Doyoung menyodorkan piring berisi tempe itu ke depan wajah teman-temannya.

"JAUHKAN ITU DARI HADAPANKU!" Teriak Chenle menggelegar membuat semuanya langsung menutup telinga.

"Berisik kau Zhong Chenle!" Yuta membungkam mulut Chenle dengan sepotong tempe yang penuh dengan susu kental manis.

Chenle langsung melotot dan berlari ke arah kamar mandi. Rasa gurih, manis, asin bercampur menjadi satu di mulutnya. Sangat aneh.

"Hyung mau meracuniku ya?" Rengek Chenle dari dalam kamar mandi sambil memuntahkan segala hal yang ada di mulutnya.

Taeil hanya menggelengkan kepala melihat tingkah teman yang sudah dia anggap seperti adik itu. Kepalanya sedikit pening memikirkan tingkah temanya yang tidak ada yang benar.

Drippin' drippin' drippin'
It's drippin' love love drippin' drippin' love love
Ne mame tab tab
Gipigipi deo deo~

Taeil dengan cepat mengangkat telepon, mengabaikan semua tatapan yang tertuju padanya.

"Yeoboseyo?"

"Hyung, kau dimana?" Terdengar suara sedikit berat dari seberang.

"Apartemen Doyoung, kenapa John?" Taeil meloudspeaker panggilan telepon itu saat tau yang menelpon Johnny.

"Xiaojun kecelakaan,"

"WHAT?!"




















.

Tbc

Please ini chapter gaje bat😭
Eh tapi bodoamat anying😭

Tenang ga gw unpublish kok, gw masih waras😭

⚠Typo bertebaran⚠

29 Maret 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang