Setelah semua yang terjadi, dapatkah mereka berharap ini semua hanyalah mimpi? Jika iya, maka seseorang tolong bangunkanlah mereka sekarang juga.
Ini terlalu rumit, terlalu memusingkan, terlalu menyakitkan untuk mereka semua. Kenapa dari sekian banyak orang di dunia, harus mereka yang merasakan ini?
Anggaplah mereka egois. Tapi hei, siapa yang mau merasakan hal seperti ini? Kehilangan satu persatu teman yang mereka sayangi dengan cara bertahap dalam waktu yang singkat. Ini teramat menyiksa.
Apa? Kenapa? Mengapa? Bagaimana? Pertanyaan dengan imbuhan kata tanya itu selalu saja mengalir di pikiran mereka. Tapi sampai detik ini pun belum ada yang tau jawaban dari banyaknya pertanyaan mereka.
Langit sore menjadi latar waktu peristiwa duka kali ini. Semua merasa kehilangan akan pemuda dengan kepribadian ceria itu.
Acara pemakaman pemuda Kim itu sudah selesai 15 menit yang lalu. Semua yang menghadiri acara pemakaman itu sudah pulang, kini di sana hanya tersisa anggota NCT.
"Ten!?" Dengan wajah sembab Ten menoleh ke arah Kun yang berada di sampingnya.
"Baru tadi pagi kita menghadiri pemakaman Dejun, sekarang kita ada di pemakaman Jungwoo. Kenapa semua semakin rumit?" Kun mengusap punggung Ten yang bergetar menahan tangis.
"Ikhlaskan Ten, Tuhan lebih sayang pada mereka," Yuta berada di belakang Ten menyahut.
"Lagi? Sudah berapa kali kita mengikhlaskan? Sudah berapa kali kita harus berpura-pura?" Tak ada yang menyahut ucapan Ten.
Benar, sudah berapa kali mereka memaksakan diri untuk ikhlas? Sudah berapa kali mereka berpura-pura ikhlas?
"Sebaiknya kita pulang, hari sudah mau gelap," Semua mengangguk mengiyakan ucapan hyung paling tua mereka.
"Benar kata Taeil hyung, sebaiknya kita pulang," Taeyong berjalan mendahului yang lain meninggalkan malam teman mereka.
Satu persatu dari mereka menyusul meninggalkan gundukan tanah basah berwarna merah itu. Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir motor mereka.
"Ten sebaiknya kau jangan berkendara dahulu, lebih baik kuantar," Ten mengangguki ucapan Johnny, pikirannya memang terlalu kacau untuk berkendara.
"Aku akan menyuruh orang mengambil motormu," Doyoung mengotak-atik ponselnya guna menelpon seseorang untuk mengambil motor Ten.
"Aku saja yang membawanya, tadi aku kesini berboncengan dengan Yuta hyung," Ten hanya mengangguk lalu menyerahkan kunci motornya Shotaro.
"Semuanya hati-hati di jalan," Johnny yang tengah membonceng Ten melajukan motornya terlebih dahulu meninggalkan teman-temannya.
'Oh astaga aku lupa, siapa yang selanjutnya? Dia atau dia?'
.Lucas merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu rumahnya. Tangannya terangkat guna memijit pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.
"Jeno, Mark, Yangyang, Jaemin, Haechan, Sungchan, Xiaojun, Jungwoo hyung, Winwin ge masih hilang. Jika dipikir pembunuh itu pasti bukan membunuh secara acak," Gumam Lucas kembali mengeluarkan pikirannya.
Jika kalian pikir Lucas masa bodoh akan segala kejadian yang menimpa mereka, kalian salah besar. Karena nyatanya pemuda berdarah Hongkong itu selalu memikirkan masalah ini.
Di depan teman-temannya mungkin dia berpura-pura bodoh dan tidak peduli. Tapi nyatanya otaknya selalu ia putar untuk mencari solusi akan hal ini ketika dia seorang diri.
"Mark, Jaemin dan Xiaojun mereka lahir bulan Agustus. Jeno, Yangyang, Haechan, Sungchan dan Jungwoo hyung lahir di bulan berbeda. Tapi Yangyang dan Winwin ge sama-sama lahir di bulan Oktober. Jika diurutkan-"
I can do this all night
Back it up, back it up (Yeah)
Yeah, 'cause, girl, you just my type~"Yeoboseyo?"Lucas langsung menyambar ponselnya dan mengangkat panggilan yang tertuju padanya.
'Lucas aku butuh bantuan,' Suara di seberang sana terdengar pelan tapi memiliki sirat kepanikan.
"Yak! Jika bicara itu yang jelas ge jangan berbisik seperti itu," Lucas mendengus saat mendengar suara yang sangat pelan dari seberang.
'Luke, aku tidak punya banyak waktu. Aku butuh bantuanmu. Aku tidak tau meminta tolong ke siapa lagi, semua sangat sulit dihubungi- oh sial dia semakin mendekat!' Suara pemuda di seberang semakin memelan dan panik.
"Apa maksudmu ge? Minta tolong apa?" Lucas menjadi sedikit panik saat suara pemuda di seberang memelan.
'Luke dia ma-'
Ngiingg~~
'-sial! Luke tolong aku!' Suara tangis pemuda di seberang yang beradu dengan suara mesin terdengar begitu jelas di telinga Lucas.
"Ge, kau dimana? Kenapa ada suara gergaji mesin?" Selama beberapa saat hanya helaan nafas memburu yang terdengar dari seberang.
'Aku di rumah, di dalam lemari di kamar. Tolong aku! Dia membawa gergaji,' Lucas menyambar kunci motornya beranjak menuju garasi guna mengeluarkan motornya.
"Dia siapa ge? Aku akan ke sana, tetap dalam panggilan jangan kau matikan!" Pemuda di seberang mengiyakan ucapan Lucas sambil terisak ketakutan.
'Luke dia menuju ke arahku, dia mau membunuhku!' Suara pemuda itu terdengar semakin bergetar.
Tanpa sadar air matanya lolos begitu saja. Dengan tangan bergetar Lucas semakin menambah laju motornya membelah gelapnya malam. Tidak peduli lagi akan keselamatannya, temannya lebih penting sekarang.
"Dia siapa ge?"
'Dia-'
'I found you!'
Ngiiingg~~
"Ge kau mendengar ku?"
'LUKE INGAT INI, ORION'S KILLER, BATU PERMATA!'
"Ge aku hampir sampai, bertahanlah!"
Tak ada jawaban dari seberang hanya terdengar suara gergaji mesin dan suara tangisan memohon. Beberapa saat kemudian terdengar suara benda yang diseret cukup kasar.
"ARGH!"
"KUN GE!"
..Tbc
Buset jiwa males gw lagi berontak ini_-
Asli gw sebenernya males buat nulis tapi entah mengapa otak gw dengan pandainya memikirkan kelanjutan book ini mulu_-Asu-dahlah~
⚠Typo bertebaran⚠
11 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Killer | END
Mystery / ThrillerDimulai dengan pembunuh, berakhir dengan pembantaian. Nyawa terus berjatuhan, namun pelaku belum juga ditemukan. Satu persatu menghilang, satu persatu tak ada yang terselamatkan. Yang tersisa hanya bisa mengenang, yang dihilangkan hanya bisa dikenan...