Pagi yang cerah, tapi tak secerah wajah ke 16 pemuda yang tengah berjajar mengelilingi pusara yang baru saja jadi. Tak ada senyuman manis di wajah tampan mereka, hanya ada kepedihan yang terpantri jelas di wajah mereka.
Ke 16 pemuda itu hanya diam, tidak tau apa yang harus mereka katakan. Semua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, wajah mereka terlihat kacau.
Benar apa yang dikatakan Jisung kemarin. Satu jam setelah rapat dadakan yang mereka lakukan di depan kamar ICU, dokter mengatakan Xiaojun menyerah untuk bertahan. Racun arsenik yang masuk ke dalam tubuhnya sudah terlambat untuk dikeluarkan.
Dan di sinilah mereka berada, di depan pusara teman mereka, untuk yang kesekian kalinya. Menatap dalam gundukan tanah yang masih basah, tenggelam dalam kesedihan. Satu lagi teman mereka pergi tanpa pamit, dan tanpa alasan yang jelas.
"Setelah ini kalian semua ke rumahku, ada yang ingin kubahas," Semua hanya mengangguk tanpa berniat menolak ucapan Ten.
Lalu semua kembali hening, hanya kicauan burung menjadi latar suara keadaan mereka.
Setelah cukup lama menatap pusara itu, satu persatu mereka memutuskan meninggalkan area pemakaman. Pemuda yang terakhir meninggalkan tempat itu menatap pusara di depannya dalam lalu menghela nafas.
"Entah siapa pelaku sebenarnya, tapi kenapa aku yakin dia salah satu dari kita?" Diusapnya nisan temannya itu pelan lalu mengikuti temannya yang lain yang sudah meninggalkannya.
Tujuan mereka adalah rumah Ten, rumah bergaya Mediterania dengan 2 lantai yang seakan menggambarkan seberapa kaya keluarga pemuda berdarah Thailand itu. Hanya butuh sekitar 20-30 menitan untuk sampai di rumah mewah itu.
"Masuklah, anggap saja rumahku," Ucap Ten membuat ke 15 pemuda lainnya mendengus.
Tanpa menyahut mereka semua masuk ke dalam rumah Ten dengan teratur. Walaupun terkadang tingkah mereka tidak memiliki akhlak, tapi mereka semua masih memiliki tata krama saat bertamu ke rumah orang.
Mereka semua langsung duduk di sofa ruang tamu setelah dipersilahkan oleh pemilik rumah.
"Langsung saja," Ucap Doyoung seakan tak ingin berbasa-basi.
"Tae hyung, mana kertas itu?" Tanya Ten menoleh pada Taeyong yang duduk di tengah-tengah Jaehyun dan Ten.
Taeyong langsung merogoh kantung celananya lalu meletakkan kertas yang di temukan Shotaro kemarin di atas meja.
"Teman manis itu berarti Winwin kan?" Tanya Yuta yang diangguki semuanya.
"Sudah pasti hyung," Ujar Jungwoo mantap.
"Kita tidak bisa melacak keberadaan Winwin hyung ataupun pengirim surat ini, jadi bagaimana cara kita menemukan mereka?" Tanya Lucas yang membuat semuanya menggelengkan kepala.
"Pelakunya sama," Gumam Renjun yang menarik atensi di sekitarnya.
"Apa?" Tanya Hendery pada pemuda di sampingnya.
"Pengirim surat dan pesan waktu itu sama," Renjun meletakkan ponselnya di samping kertas itu lalu menunjuk sebuah huruf yang sama yang ada pada kertas dan ponselnya.
_U_
"Kau benar. Tapi ini akan sulit, huruf U itu bisa berarti apa saja," Celetuk Kun yang diangguki semuanya.
"U itu bisa berarti kamu, sebuah nama, sebuah gelar, sebuah pangkat, sebuah gabungan, dan lain-lain," Tambah Johnny.
"Tapi yang jelas huruf U itu mengarah pada seseorang," Semua mengangguk menyetujui ucapan Shotaro.
"Lalu apa maksud kalimat ini?" Tanya Chenle menunjuk sederet kalimat di atas huruf U.
"1 itu kurang, ke-4 tak terlihat," Jaehyun membaca kalimat itu cukup keras lalu kemudian kembali terdiam.
"1 itu kurang, mungkin maksudnya jika hanya 1 orang saja itu kurang," Ten menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lalu 'ke-4 tak terlihat' itu apa?" Tanya Jisung yang sedari tadi diam.
"Otakku tidak mampu memikirkan ini," Keluh Lucas frustasi.
Mereka semua lalu terdiam. Ini terlalu rumit, bahkan lebih rumit dari soal ujian yang diberikan oleh guru matematika.
"Aku pusing, lebih baik aku pulang," Jungwoo bangkit lalu menyambar kunci motor yang sedari tadi ia letakkan di atas meja.
"Jungwoo hati-hati, situasi sangat rumit saat ini," Jungwoo mengangguk mengiyakan ucapan Taeil.
"Aku duluan," Semua menatap Jungwoo dengan tatapan khawatir, entahlah perasaan mereka tidak enak saat ini.
.
Jungwoo merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, tubuhnya sangat lelah, begitupun dengan pikirannya.
Jujur saja, beberapa hari belakangan ini sebenarnya ia tidak bisa tidur dengan tenang mengingat bagaimana teman-temannya satu persatu meninggalkannya.
"Mungkin mandi bisa membuatku lebih baik," Gumamnya lalu bangkit memasuki pintu pintu berwarna putih.
Amuri chama bwado
Chaoreuneun volcano
Paneul dwijibeulsurok
(I can only wait so long)
Just move it like that
Neoui du bararae
Deo ppallajineun time lapse
Eoseo boyeojwo hwak teoteuryeo nae
Sesangeul heundeulJungwoo mengguyur tubuhnya di bawah shower sambil menyanyikan lagu secara acak yang terlintas di otaknya.
Tak butuh waktu lama, 15 menit sudah cukup untuk menyelesaikan acara mandinya. Setelah mengenakan bathrobe dia berjalan ke arah wastafel.
Syut
Brak
Prang
"ARGH!"
Jungwoo tidak sadar ada genangan air di bawah kakinya, tubuhnya kehilangan keseimbangan lalu kepalanya menghantam pinggiran wastafel dengan keras hingga berdarah. Tangannya berusaha menggapai apa saja untuk membantunya bangkit, namun naas tangannya tak sengaja menyenggol cermin yang tidak terpasang dengan benar membuat cermin itu jatuh menghantam wastafel. Sebuah pecahan kaca yang cukup besar terpelanting ke arah Jungwoo dan menghunus telak dadanya.
Lantai kamar mandi yang berwarna putih kini menjadi merah karena genangan darah yang mengalir dari tubuh Jungwoo. Nafas Jungwoo terlihat tersenggal beberapa saat sebelum semuanya gelap.
..
Tbc
Ketahuilah gaes, dari semua komen kalian yang gw baca. Sebagian besar isinya mengeluh pusing dan frustasi sama book ini😭 Emang book ini memusingkan ya?🤔
Mon maaf tapi gw sengaja
/ketawa jahat
/keselekUdahlah, intinya kalian pusing gw bahagia😌
⚠Typo bertebaran⚠
6 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Killer | END
Mystery / ThrillerDimulai dengan pembunuh, berakhir dengan pembantaian. Nyawa terus berjatuhan, namun pelaku belum juga ditemukan. Satu persatu menghilang, satu persatu tak ada yang terselamatkan. Yang tersisa hanya bisa mengenang, yang dihilangkan hanya bisa dikenan...