Dor
"Argh!"
Bukan, bukan Jisung yang menembak dan teriakan itu bukan pula suara teriakan Yangyang. Itu suara tembakan dari pistol di tangan Changbin dan suara teriakan itu berasal dari belah bibir pemuda bermarga Park.
Jisung tertembak, di bagian punggung sebelah kanan.
Changbin, entah bagaimana sedari tadi tanpa terdeteksi dia melakukan beberapa kali fatalitas.
"Terlalu lama!" Seru Changbin setelah berhasil membuat sang psychopath terjatuh tak berdaya di atas lantai yang dingin.
"Sialan!" Yangyang menatap kesal ke arah Changnin "Kenapa tidak sedari tadi saja bodoh!" Entah sampai kapan umpatan itu akan terus berlanjut.
"Kupikir akan menyenangkan jika ini berlanjut sedikit lebih lama," Changbin mengangkat bahunya acuh tak acuh, kakinya melangkah mendekati Jisung yang terlihat terkulai telungkup di lantai.
Cairan kental berwarna merah mengalir dari luka tembak yang nampak cukup dalam, sedikit menodai lantai putih yang menjadi tempat tubuh jangkungnya tergeletak tanpa gerak.
Saat dirasa musuhnya sudah tak berdaya Changbin bergerak ke arah Felix yang masih tak bergerak di tempatnya terhempas tadi. Diulurkannya tangan guna membantu rekannya itu untuk bangun, meski sakit masih terasa.
"Bawa yang terluka keluar secepatnya mereka butuh pertolongan segera, bantuan yang kau panggil tadi sepertinya sudah datang," Felix mengangguk mengiyakan ucapan Changbin.
Meski tubuhnya juga terasa remuk, dengan segera dia menarik pelan tubuh Hendery yang ikatannya sudah ia lepaskan sedari tadi. Rintihan mengiringi langkah pelan mereka, sedikit susah karena perbedaan ukuran tubuh keduanya menjadi hambatan.
"Changbin hyung, kau sebaiknya membantu Felix juga. Biar aku yang mengurus orang tidak waras ini," Yangyang menunjuk pemuda tak berdaya di bawahnya itu dengan dagunya.
Changbin mengangguk lalu langsung bergerak melepaskan ikatan mereka yang masih belum terlepas. Terlebih dulu dia membawa Jaehyun yang kondisinya jauh lebih parah, kesadarannya mulai membumbung tinggi.
Tak lama pintu terbuka menampilkan 10-12 orang dewasa, dari pakaiannya terlihat jika mereka adalah petugas medis dan juga polisi. Tanpa banyak bicara segera mereka membantu membawa tubuh tak berdaya dan juga raga tak bernyawa itu keluar dari tempat yang akan mereka sebut sebagai neraka.
Sesekali beberapa dari mereka meringis begitu melihat luka-luka yang menggores tubuh tak berdaya yang tersaji di hadapan mereka. Orang gila mana yang mampu membuat luka sebegitu mengerikannya? Angan mereka bertanya-tanya.
Satu persatu tubuh tak berdaya itu keluar melewati pintu, ada yang dipapah satu orang ada juga yang digotong 2 orang.
"Tolong jaga yang satu ini, dia dalang utamanya," 2 petugas yang membawa tubuh Jisung mengangguk mengerti lalu berlalu pergi.
Kini tinggal Yangyang dan Doyoung yang kini lehernya mulai terlihat membiru karena ulah Jisung. Doyoung menghela nafas pelan lalu mengusap lehernya yang terasa perih.
"Ini sudah berakhirkan, hyung?" Tanya Yangyang, Doyoung tersenyum lalu mengangguk.
"Iya, semuanya sudah berakhir," Doyoung menepuk pelan kepala Yangyang.
"Tapi jika saja aku datang lebih awal mungkin yang lain bisa- hah," Yangyang menghela nafas saat mengingat keterlambatannya untuk datang ke tempat ini, padahal kemarin Doyoung meminta untuk bisa datang ke lokasi sesaat setelah Doyoung memberi arahan- tapi dia malah terlambat.
"Bukan salahmu, semua sudah takdir. Terimakasih udah mau membantu, kau hebat!" Doyoung memberikan pelukan kepada Yangyang, memberitahunya jika Yangyang sudah melakukan yang terbaik.
Doyoung melepaskan pelukan itu lalu mengajak keluar dari tempat terkutuk yang takkan pernah mereka lupakan seumur hidup. Tempat yang selamanya menyimpan luka, air mata, rasa kecewa, penghianatan, juga penyesalan.
.
"Jadi bagaimana kisah lengkapnya?" Tanya Chenle yang kini terbaring di brangkar rumah sakit tempat ia di rawat.
Dia tidak terluka terlalu serius begitupun dengan Doyoung, ah juga dengan Yuta dan Haechan yang hanya mendapatkan luka tembak di kedua kaki. Jaehyun, Hendery, Shotaro dan Renjun yang terluka cukup fatal.
Yangyang juga baik, meski lengan kanannya tergores cukup dalam. Felix dan Changbin juga dalam kondisi baik, Felix cedera ringan dibagian punggung sedangkan Changbin- pemuda bermarga Seo itu bahkan seakan tak terluka seincipun. Hanya wajahnya saja yang terlihat lebam dibeberapa bagian.
Taeyong, Taeil dan Winwin akan dimakamkan esok hari, tubuh ketiganya masih berada di tangan kepolisian dan tim forensik untuk pemeriksaan lanjutan.
Bagaimana dengan Jisung? Ah sudahlah, biarkan orang itu menjadi urusan kepolisian. Mereka tidak tau bagaimana keadaannya karena ditempatkan di rumah sakit yang berbeda.
Dan kini, di ruangan serba putih itu hanya terdapat Chenle, Doyoung dan Yangyang. 3 orang dari 19 orang yang kondisinya masih baik. Hanya sedikit luka tapi masih memiliki jiwa, tak seperti 13 temannya yang hanya tinggal nama, juga tak seperti 3 teman lainnya yang masih berusaha berjuang untuk tetap dapat melihat indahnya dunia.
"Cerita ini akan cukup panjang, akan kuceritakan tapi jangan ada yang memotongnya!" Ujar Yangyang yang diangguki Chenle dengan cukup semangat meski akhirnya dia meringis hingga sadar kepalanya baru saja dijahit 5.
"Dari awal ya gege ku," Ucap Chenle yang menghadirkan decakan Yangyang.
"Baik, jadi begini....."
..
Tbc
Hi teman
'Kapan update?!'
'Ini diupdate kapan sih?'
'Dighosting teros!'Maaf temanku, ada banyak alasan kenapa cerita ini ga update-update. Yang paling utama adalah tentang gaya penulisan, kalo kalian sadar gaya penulisan gw makin kesini makin beda. Dan itu menjadi alasan mendasar kenapa gw jarang update. Tiap mau nulis selalu berujung 'kok jadi aneh? ini cerita gw udah aneh malah jadi makin aneh' that's why gw selalu maju mundur tiap mau ngelarin ini cerita.
Jadi maaf banget kalo late banget gw update cerita ini. And I'm hoping you guys still like this story, walaupun cerita ini makin lama makin aneh.
Dahlah banyak cot gw.
⚠Typo bertebaran⚠
10 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Killer | END
Mystery / ThrillerDimulai dengan pembunuh, berakhir dengan pembantaian. Nyawa terus berjatuhan, namun pelaku belum juga ditemukan. Satu persatu menghilang, satu persatu tak ada yang terselamatkan. Yang tersisa hanya bisa mengenang, yang dihilangkan hanya bisa dikenan...