Chap 6

2.4K 516 182
                                    

Dua onggok kelinci tengah berjalan beriringan di koridor ruang guru. Sebagai ketua dan sekretaris OSIS tidak heran mereka sering keluar masuk ruang guru.

Yang lebih pendek memegang sebuah map dan yang lebih tinggi membawa tas jinjing berisi laptop.

"Bagaimana bisa pihak sekolah malah mengadakan classmetting di saat situasi seperti ini?" Gerutu Jaemin.

"Pihak sekolah memang selalu semaunya sendiri, seakan menutup mata dengan peristiwa yang terjadi belakangan ini," Doyoung berdecih kesal.

"Kau benar hyung, harusnya di saat seperti ini pihak sekolah memberikan bimbingan dan memperketat pengamanan bukan malah mengadakan event yang membiarkan orang luar datang seperti ini," Pemuda Na itu mengerucut bibirnya kesal.

Mereka berdua lalu terdiam menikmati langkah demi langkah yang mereka lalui. Keduanya masih kesal memikirkan perintah dari Wakasis yang mengatakan jika 2 minggu lagi akan diadakan classmetting terbuka yang pastinya mengijinkan orang luar untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah.

"Aku harus ke perpustakaan dulu mencari buku untuk tugas, kau duluan saja," Ujar Doyoung saat mereka sampai di persimpangan koridor.

"Kalu begitu aku duluan hyung!" Jaemin melambaikan tangannya pada Doyoung lalu berbelok ke kanan sedangkan Doyoung mengambil jalan lurus.

"Hati-hati!"























.

"I can hear it you callin' from where you're loving the way you wanna talk-"

"Berisik Hendery!" Sembur Xiaojun melemparkan penghapus di tangannya ke arah Hendery yang tengah berdiri di atas meja dengan sebuah kemonceng di tangannya yang ia gunakan sebagai mic dadakan.

"Wajah tampanku!" Teriak Lucas saat penghapus yang dilempar Xiaojun salah sasaran ke wajah Lucas yang tengah berjoget ria di dekat Hendery.

Xiaojun memutar bola matanya malas dan tanpa rasa bersalah dia duduk santai di kursinya.

Dia menatap dua pemuda Wong yang tengah bertingkah itu dengan malas. Entah apa dosanya di masa lalu sampai dia bisa satu kelas dengan dua manusia kebanyakan tingkah seperti mereka.

"Biji dulu baru pohon,"

"Pohon dulu baru biji,"

"Biji Lucas,"

"Pohon Hendery,"

Oh lihatlah setelah tadi bernyanyi dan berjoget tidak jelas sekarang malah memperdebatkan tentang apa yang ada dahulu, poho atau biji.

"Biji,"

"Pohon,"

"Jawabannya tentu saja keduanya. Pohon tidak akan ada tanpa biji begitupun sebaliknya," Gumam Xiaojun menumpukan kepalanya pada tangan kanan.

Matanya menyipit saat melihat gerombolan siswa dan siswi yang berlarian di koridor depan kelasnya. Badannya reflek bangkit mendekati pintu lalu dengan cepat menghentikan satu siswa dari gerombolan itu.

"Ada apa?" Tanyanya pada perempuan bermata kucing yang dihentikannya.

"Ada yang lompat dari rooftop dekat gudang belakang," Ucap perempuan itu lalu kembali melanjutkan jalannya.

Xiaojun langsung berbalik menatap dua orang sedikit bobrok yang sialnya adalah temannya.

"Lucas, Hendery, ada yang bunuh diri di dekat gudang belakang," Ucapan Xiaojun menghentikan acara debat tentang biji dan pohon antara dua pemuda Wong itu.

Tanpa banyak kata mereka langsung bergegas menyusul Xiaojun yang sudah terlebih dulu berlari menuju gudang belakang.

Hendery dan Lucas berdesakan di antara  kerumunan manusia untuk melihat secara jelas. Setelah bersusah payah akhirnya mereka berdua berhasil menerobos kerumunan dan berada di barisan terdepan.

Di sana, 5 meter dari tempat Lucas dan Hendery berdiri tergeletak tubuh dengan posisi terlentang bersimbah darah. Posisi kepalanya menghadap ke arah kebalikan dari Lucas dan Hendery, membuat keduanya tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas.

"Terlihat tidak asing," Gumam Hendery pelan.

"Sepertinya aku kenal, tapi siapa?" Tanya Lucas entah pada siapa.

"Teman satu geng kalian. Anak X IPS 4
































Na Jaemin"
.

Kejadian itu kembali terulang, satu lagi temannya pergi meninggalkannya, tanpa pamit, tanpa kata-kata perpisahan, tanpa kata-kata terakhir. Lagi, dia kembali terpuruk pada rasa kehilangan, hanya menangis yang dapat dia lakukan.

"Hyuckie," Panggilan lembut terdengar di indera pendengarannya.

Haechan hanya diam, dia terlihat sangat terpukul dengan kepergian Jaemin, satu lagi teman terdekatnya.

Di rumah Haechan sekarang tengah berkumpul ke 18 temannya yang tersisa. Semuanya masih berduka dengan kepergian Jaemin. Tadi siang setelah kejadian Jaemin yang melompat dari rooftop, pihak sekolah langsung memulangkan seluruh siswa dan siswi dan meliburkan semuanya esok hari.

Jaemin? Dia belum dimakamkan, saat ini jenazahnya ada di rumah sakit, keluarganya menyetujui untuk pihak berwajib melakukan otopsi.

Isakan lirihnya masih terdengar, membuat yang lain semakin iba. Lagi dan lagi sang moodbooster, seorang yang selalu ceria dan suka mencairkan suasana memperlihatkan kerapuhannya.

"Kurasa ada alasan tersendiri mengapa Jaemin memutuskan untuk bunuh diri," Yuta membuka suara memecahkan keheningan yang sedari tadi tercipta.

"Aku tau Jaemin punya masalah, tapi apakah harus dia bunuh diri seperti ini?"

Semuanya menggelengkan kepala tanda tidak tau. Mereka memang tidak tau tentang masalah Jaemin berbeda dengan Haechan yang sering menjadi tempat curhat, membuatnya sedikit banyak tau tentang masalah yang menimpa teman-temannya.

"Aku yakin Jaemin hyung bukan bunuh diri melainkan dibunuh," Semua mata mengarah pada orang paling muda di antara mereka.

"Maksudnya?" Tanya Jaehyun memiringkan kepalanya.

Jisung menatap satu persatu hyungdeulnya, disandarkannya tubuh jangkung itu pada sandaran kursi di belakangnya lalu tersenyum miring.





































"Jika memang bunuh diri harusnya posisi badannya tidak terlentang, kecuali jika dia didorong. Benarkah?"
..

Tbc

Karena 2 minggu ke depan gw ada USP jadi kayak makin jarang up, maaf ya🙏🏻
Maaf juga kalo makin gaje🙏🏻

⚠Typo bertebaran⚠

28 Februari 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang