Chap 14

1.7K 392 74
                                    

Di sebuah kamar VIP rumah sakit ternama terlihat keadaan yang sedikit ramai. Hendery dan Jungwoo sibuk dengan makanan di meja, Yuta bermain game online bersama Winwin, Renjun, Chenle dan Jisung, sedangkan Xiaojun yang terbaring dengan perban sana sini hanya bisa menatap teman-temannya datar.

"Jadi kalian itu sebenarnya mau menjengkukku atau hanya numpang tempat untuk nongkrong?" Sungut Xiaojun jengah.

"Keduanya," Ujar Hendery cengengesan lalu melahap sepotong pizza di tangannya.

"Ck memang tidak ada gunanya punya teman seperti kalian," Sinis Xiaojun.

"Baru sadar?" Tanya Yuta tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Ck! Sialnya aku baru sadar akan hal itu," Xiaojun mendengus kesal lalu menyambar ponselnya sendiri.

Mereka semua tak bersautan lagi karena kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Suara game dan umpatan 5 pemain game, hanya itulah yang menjadi backsound ruang inap itu.

"Jun," Xiaojun dan Renjun menolehkan kepalanya ke arah Jungwoo.

"Wae?" Sahut mereka serempak.

"Maksudku Xiaojun," Jungwoo mengigit lidahnya sendiri sambil tersenyum canggung.

"Aku ingin menanyakan ini dari sejak kau sadar 3 hari lalu," Ucapan Jungwoo mengalihkan atensi dari semua yang ada di ruangan itu.

"Mwo?"

"Bagaimana kau bisa kecelakaan?" Winwin menyerobot Jungwoo yang hendak melontarkan pertanyaan membuat Jungwoo mengerucutkan bibirnya.

"Entahlah, tiba-tiba saja rem ku blong saat aku ada di tikungan maut itu. Jadi daripada aku masuk jurang lebih baik aku menabrakkan diri ke toko kelontong," Jelas Xiaojun kembali berkutat pada ponsel di tangannya.

"Makanya tidak usah sok seperti pembalap MotoGP, berharap bisa mengalahkan Lewis Hamilton atau bagaimana?" Sembur Renjun yang mendapat delikan Xiaojun.

"Lewis Hamilton itu pembalap Formula 1 bodoh," Jungwoo menggeplak kepala Renjun pelan membuat Renjun mendengus.

"Sama saja hyung," Renjun mengusap kepalanya yang digeplak Jungwoo.

"Berbeda bodoh,"

Yang lain hanya menikmati percekcokan itu tanpa berniat menengahi.

"Dejun-ah, kenapa kau ada di jalan dekat rumah Johnny hyung? Bukankah rumahmu sangat jauh dari sana? Butuh sekitar 1 jam kan?" Tanya Jungwoo setelah berhasil menyumpal mulut Renjun dengan sepotong tteokbokki.

"Hanya bosan di rumah jadi ingin ke rumah Johnny hyung," Xiaojun melirik sebentar lalu kembali berkutat dengan ponselnya.

"Tapi rumahnya Johnny hyung sudah terlewat jika dari arahmu datang Jun, dan arahmu itu menuju perbatasan kota," Jungwoo menatap yang lebih muda dengan binar keingintahuan.

Memang benar, rumah Johnny berada dekat dengan perbatasan kota. Dan tempat Xiaojun kecelakaan sekitar 500 meter dari rumah Johnny, dekat dengan perbatasan kota.

Xiaojun menghela nafas lalu menatap Jungwoo yang juga menatapnya lekat.

"Aku akan pergi ke kota Strayland ada yang harus ku urus di kota itu," Ujar Xiaojun pada akhirnya.

"Strayland? Itu kota para detektif andal, mau apa kau ke sana?" Hendery menegakkan badannya menatap Xiaojun penuh tanya.

"Ada hal penting yang harus ku urus dengan sepupuku di sana tapi aku tidak dapat memberitahukan hal ini pada kalian," Semuanya hanya mengangguk paham, memang tidak semua hal itu harus kita ketahui.























"Oh iya Jun, bagaimana kau bisa memiliki SOG Seal Knife 2000? Bukankah itu belati tentara elit Amerika?"
.

"SIAL! BAGAIMANA BISA DIA SELAMAT DARI KECELAKAAN ITU?!" Dilemparnya barang-barang di depannya dengan brutal.

Kamar bernuansa hitam itu kini terlihat sangat berantakan. Barang-barang yang biasanya tertata rapi sekarang berserakan begitu saja di lantai.

Nafasnya menggebu, sungguh dia sangat kesal, marah dan tidak terima saat tau salah satu rencana yang sudah disusunnya dengan rapi gagal begitu saja.

Matanya memicing ke arah jendela saat mendengar suara deru motor di pekarangan rumahnya. Dia mengintip dari balik jendela guna mengetahui siapa yang datang.

"Oh si manis sudah datang rupanya," Sebuah seringai muncul di sudut bibirnya begitu tau siapa yang datang.

Dengan cepat dia keluar dari kamar dan mengunci pintunya lalu berjalan ke arah pintu utama dengan sedikit tergesa.

"Winwin datang," Sesosok pemuda tinggi tersenyum manis begitu pintu terbuka.

"Ku kira kau tidak jadi datang," Pemuda itu membalas senyuman manis Winwin dengan tak kalah manis.

"Aku kan sudah janji untuk kemari," Ujar Winwin melangkahkan kakinya memasuki rumah pemuda itu.

Setelah menutup pintu, pemuda itu mengikuti langkah Winwin dengan seringai yang tak pernah lepas dari wajah tampannya.

"Tunggulah di sini, akan ku ambilkan minum dulu," Ujarnya meninggalkan Winwin yang mendudukkan dirinya di sofa depan TV.

Mata Winwin menatap sekelilingnya, menelisik setiap sudut yang ada di rumah berlantai 2 itu. Ini kali keduanya menginjakkan kaki di rumah pemuda itu, karena memang pemuda itu jarang membawa teman-temannya ke rumah.

"Silakan diminum," Dengan cepat Winwin menegak jus yang tersaji di depannya karena memang dia sedari tadi sudah kehausan.

Winwin menoleh ke arah pemuda itu, sorot matanya berubah 180% dari sorot mata yang biasa dia tampilkan.

"Apa maumu sebenarnya?" Tanya Winwin nada suaranya terdengar datar.

"Huh? Maksudnya?" Pemuda itu mengernyit bingung, namun seringai tipis tetap setia tertampil di wajahnya.

"Tidak usah berpura-pura bodoh, aku tau semuanya," Winwin menegak dengan perlahan jus di tangannya.

"Begitukah?" Tanyanya menatap Winwin dengan senyuman licik.

Winwin memegang kepalanya yang terasa berdenyut lalu menatap pemuda itu tajam. Winwin yakin pemuda itu menaruh sesuatu dalam minumannya.

"Sialan!" Umpat Winwin lirih saat pandangannya mengabur.

"Kau tidak tau semuanya," Pemuda itu tertawa saat mata Winwin tertutup sempurna, well obat tidur itu bekerja dengan cepat rupanya.








































'Satu mangsa utama sudah tertangkap, tinggal dua lagi,'
.

Tbc

Hai👋

Chapternya kependekankah? Atau malah kepanjangan?

Thanks dukungannya💚

Kalo ada yang mau ditanya, tinggalin di komen ya😆

⚠Typo bertebaran⚠

31 Maret 2021

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang