Chap 35 [END]

647 91 24
                                    

Hari pemakaman itu adalah hal yang paling dihindari setiap orang. Saat ketika kita melihat orang terdekat, orang yang kita sayangi harus menyatu dengan tanah rasanya sungguh menyakitkan. Apalagi jika rasa itu dirasakan secara berturut-turut dalam waktu yang berdekatan, hanya berbeda minggu atau bulan.

Mereka bersedih tapi sudah tak bisa menangis, rasanya air mata mereka pun sudah lelah untuk keluar. Hal seperti ini sudah terjadi terlalu sering.

Begitu yang mereka rasakan. Kurang dari setengah tahun, sudah 13 kali mereka melihat hal yang sama. Tubuh yang dimasukkan ke dalam peti lalu dimasukkan keliang lahat, ditimbun dengan tanah dan berakhir ditaburi oleh bunga.

Kenapa rasanya malah seperti rutinitas?
Apa karena saking terlalu seringnya?

3 orang pemuda itu berjajar, saling menguatkan dengan cara yang hampir sama. 24 menjadi 23 lalu terkhianati oleh 4 hingga kemudian hanya tersisa 6, dengan 3 lain yang masih belum selesai berjuang.

13 malam itu berjajar rapi di pemakaman yang sama. Entah kebetulan atau apa, tapi urutannya sesuai dengan waktu kematian mereka, diawali dengan Jeno dan diakhiri dengan Taeyong.

"Jadi kita tinggal berenam ya?" Yangyang dan Doyoung menoleh ke arah Chenle.

"Ternyata cerita kita jauh lebih tragis dari film yang aku tonton. Diawali dengan 24, diakhiri dengan 6- ah 10. Meskipun yang 4 berkhianat," Ujar Yangyang menatap langit biru terbentang dengan indah di atas sana.

Ah penghianatan ya? 3 dari mereka pastinya akan mendapat hukuman penjara seumur hidup. Untuk sang dalang, dia ada di rumah sakit jiwa. Pemeriksaan menyatakan dia memiliki ganggu kejiwaan, merujuk pada psycho. Setelah rehabilitasi 1 tahun akan ada hukuman sesungguhnya untuk pemuda itu. Hukuman mati, mungkin.

Doyoung menghela nafas panjang, benar terlalu tragis. Drama yang mereka tonton saat masih lengkap dulu pun kalah tragis dari kisah mereka.

"Terkadang kita tidak tau apa yang akan terjadi, hidup tidak selalu hanya tentang bahagia. Pasti ada saja kesedihan di dalam setiap peristiwa. Hidup itu seperti ujian dan Tuhan adalah guru pengawasnya. Jika kita mengerjakan ujian dengan jujur, nilai kita akan jauh memuaskan berbeda jika kita mengerjakan ujian dengan cara curang, pasti akan ada kegusaran. Tuhan pasti sedang menyiapkan hal yang terbaik untuk kita kedepannya, jika kita sabar pasti kebahagiaan sesungguhnya akan hadir dengan sendirinya," Ujar Doyoung yang diangguki kedua teman yang sudah dianggap adiknya itu.

"Ah, ayo kembali. Aku belum melihat keadaan mereka bertiga hari ini," Ajak Chenle yang diiyakan oleh mereka yang lebih tua.

Akakah ini akhirnya? Mungkin iya
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya? Entahlah, garis takdir yang menentukannya.

Berharap saja hari mereka setelah ini akan bahagia. Mungkin bayang masa lalu akan terus menghantui mereka, terlebih kisah ini terlalu tragis dan memilukan untuk dilupakan.
































.

Dalam heningnya malam, dengan langkah setenang air, seorang pemuda berjaket abu-abu melangkahkan kakinya ke dalam sebuah tempat yang penuh gemerlap. Tak setenang di luar, suara alunan musik yang terdengar hingga tiap sudut tempat ini sangat berisik hingga seakan dapat memekakkan telinga.

Bagaimana bisa orang-orang menyebut tempat ini adalah surga, jika isinya hanya segala macam kesesatan yang mengantarkan mereka menujuk gerbang neraka?

Tak ingin peduli sekitar pemuda itu terus berjalan hingga tiba di sebuah meja, dia mengambil tempat duduk di sana. Pemuda itu melirik ke samping, dimana pemuda lain yang tengah menunggunya sedari tadi terduduk sambil menyesap minuman di gelasnya. Di depannya berdiri seorang lelaki yang tengah sibuk membuat minuman dengan segala macam bahan campuran yang ada. Mereka memanggilnya bartender.

Secret Killer | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang